Merdeka.com - Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo memastikan, keikutsertaan Irjen Remigius Sigid Tri Hardjanto dalam seleksi calon anggota Komnas HAM tidak akan menimbulkan konflik kepentingan. Sigid sendiri merupakan Kepala Divisi Hukum Polri.

Menurut Dedi, Sigid mesti mengikuti persyaratan sebagai calon anggota Komnas HAM. Regulasi yang ada harus dilewati dengan profesional.

"Enggak ada, semuanya itu profesional. Ada persyaratan-persyaratan yang harus ditaati oleh semua komisioner Komnas HAM, harus. Regulasinya sudah lengkap," ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/6).

Dedi mengaku, Polri tidak mendorong Sigid untuk menjadi anggota Komnas HAM. Lagi pula, latar belakang Remigius sudah mendukung di bidang hukum untuk menjadi anggota Komnas HAM.

"Enggak ada (mewakili Polri), personal, karena memang itu kemauan yang bersangkutan sendiri karena kapasitasnya dan kompetensinya yang bersangkutan yang 30 tahun berdinas sebagai besar di bidang penegakan hukum," ucapnya.

Dedi menuturkan, seluruh adminsitrasi calon komisoner yang menentukan adalah panitia seleksi. Di persyaratan administrasi di pansel itu disebutkan calon anggota komisioner Komnas HAM boleh dari unsur di bidang penegakan hukum seperti TNI, Polri, Jaksa dan Hakim.

Jika pun terpilih, Dedi menegaskan, Sigid harus mundur dari anggota Polri. "Prosedurnya tentunya, nanti kalau beliau misalnya terpilih, nanti tentunya di akhir akan mengundurkan diri kalau belum pensiun," tutup Dedi.

Diketahui, beredar pengumuman peserta yang lolos seleksi calon anggota Komisi Komnas HAM periode 2022-2027, yang ditanda tangani Ketua Panitia Seleksi Calon Anggota Komnas HAM RI Periode 2022-2027 Makarim Wibisono pada 18 April 2022.

Dalam surat tersebut, ada 96 orang yang dinyatakan lolos seleksi administrasi, salah satunya Irjen Remigius. Kemudian beberapa Komisioner Komnas HAM incumbent atau petahana yang juga lolos yaitu Beka Ulung Hapsara dan Amiruddin Al Rahab.

Peserta yang lolos seleksi administrasi ini nantinya akan melanjutkan ke tahapan tes tertulis obyektif dan penulisan makalah. Kemudian, dialog publik, psikotes, tes kesehatan dan wawancara.