Merdeka.com - Kematian Amokrane Sabet, warga asing sering membikin onar di Kuta, Badung, Bali, masih menimbulkan tanda tanya. Apalagi setelah hasil autopsi menyebut kematian pria berbadan kekar dan mantan atlet tarung bebas itu, akibat luka sayatan pisau pada lehernya.

Kapolda Bali, ‎Irjen Pol Sugeng Priyanto, malah menduga Amokrane sempat terlibat pertarungan dengan salah satu anggota polisi, saat upaya penangkapan buat tujuan deportasi, pada Senin (2/5) lalu. Dia sempat berebut pisau dan mengakibatkan lehernya tersayat.

"Analisa saya ada perlawanan dari anggota kami dan mengambil pisau yang dipegang Amukrane, karena waktu itu hanya dia yang membawa pisau," kata Sugeng di Denpasar, Rabu (4/5).

Meski begitu, Sugeng juga belum bisa memastikan analisanya. Sebab, menurut hasil autopsi dari RSUP Sanglah, Amokrane memang tewas karena luka sabetan di leher, meski di tubuhnya juga terdapat 24 luka tembak.

"Dari hasil autopsi yang dilakukan tim dokter dari RSUP Sanglah terhadap jenazah korban, dapat dipastikan bahwa dia meninggal bukan karena timah panas, melainkan karena luka sabetan benda tajam di lehernya," tutup Sugeng.

Ketika mengamankan Amukrane, polisi mengerahkan 25 anggota. Sugeng menyatakan, polisi telah melakukan tindakan sesuai prosedur. Mulai dari peringatan paling lunak sampai menggunakan senjata api.

Dalam rekaman video saat kejadian diambil seorang warga, terlihat saat itu lelaki bule dengan badan bertato itu sudah terkapar di badan jalan, setelah polisi melepaskan tembakan bertubi-tubi. Bahkan, di saat Amokrane berusaha bangkit, sebuah tembakan kembali dilepaskan hingga dia tidak bergerak.

Dalam rekaman awal, tidak terlihat adanya perlawanan dari polisi, seperti dimaksud Sugeng. Justru terlihat ada seorang polisi mengenakan rompi anti peluru, sambil menggenggam senjata, lari saat Amokrane melawan.