Merdeka.com - Dua bersaudara yang juga warga negara Indonesia asal dari Siantan Tengah, Pontianak Utara, Kalimantan Barat, nyaris dihukum mati. Mereka dituduh membunuh saat menjaga rental PlayStation milik Hooi Teong Sim, di Selangor, Malaysia.

Kisah bermula ketika Frans Hiu dan Dharry Hiu memutuskan bekerja di kedai PlayStation sejak 2009. Mereka masuk ke Malaysia sejak 2009 dengan visa pelancong agar bisa bekerja di kedai tersebut.

Pada 3 Desember 2010, Frans memergoki pencuri di mes tempatnya bekerja di Jalan 4 Nomor 34, Taman Sri Sungai Pelek, Sepang, Selangor, Malaysia. Penjahat yang juga warga negara Malaysia bernama Kharti Raja ditangkap oleh Frans, namun pencuri itu pingsan dan meninggal dunia di lokasi.

Pemeriksaan lebih lanjut oleh pihak kepolisian Malaysia mendapati pencuri itu menyimpan narkoba di saku celananya. Ditambah hasil visum dokter juga menyebutkan Kharti Raja meninggal akibat 'over dosis'.

Pengadilan Majelis Rendah Selangor menyidangkan Frans, Dharry serta seorang rekan kerja mereka berkewarganegaraan Malaysia sekitar bulan Juni-Juli tahun 2012. Ketiganya dinyatakan tidak bersalah dan diputuskan bebas dari semua tuntutan.

Dalam sidang banding, kedua bersaudara ini divonis bersalah. Namun, pada sidang kasasi kedua bersaudara tersebut dibebaskan kembali oleh majelis hakim.

Atas putusan itu, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Tuanku Yang Terutama Dato' Seri Zahrain Moh Hasyim bersyukur masalah hukum yang dialami Frans dan Dharry Frully Hiu asal sudah selesai. Itu pun tak lepas dari keterlibatan Gubernur Kalbar Cornelis yang ikut memberi bantuan kepada Hiu bersaudara.

"Masalahnya sudah selesai, dan ditambah pendekatan yang dilakukan Gubernur, ikut berusaha mencari jalan dan upaya diplomasi," kata Zahrain usai bertemu Gubernur Kalbar Cornelis di Pontianak, Kamis (30/1), seperti dilansir dari Antara.

Dia melanjutkan di Malaysia, ada proses yang harus dilalui sebelum seseorang dianggap tidak bersalah. Apalagi, isu TKI di Malaysia menjadi satu persoalan yang cukup menarik perhatian kedua negara.

"Tetapi yang benar, akan terbukti. Yang penting, kita mau cerita yang benar. Dan hukum di Malaysia berbeda dengan Indonesia," ujar dia.