Penyebaran konten damai di dunia maya bantu perangi terorisme
Merdeka.com - Penyebaran konten negatif, provokatif, ujaran kebencian, dan propaganda terorisme masif di media sosial. Generasi muda diharapkan bisa melakukan kontra narasi dengan menyebarkan pesan damai di dunia maya.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar pelatihan Duta Damai Dunia di wilayah Jawa Tengah yang diikuti 30 blogger, 20 orang desain komunikasi visual, dan informasi teknologi (IT). Mereka akan digembleng untuk membuat web, tulisan, opini, meme, video, dan konten damai lainnya.
"Semoga duta damai dunia maya ini bisa membantu pemerintah memerangi terorisme di Indonesia," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Hamli dalam keterangan tertulis, Rabu (17/5).
Menurutnya, majunya teknologi komunikasi menandakan masyarakat menjadi terbuka dan dunia seakan menjadi sempit menjadi satu genggaman dengan hanya melakukan sekali klik di dunia maya. Namun revolusi digital itu sering digunakan untuk melakukan transformasi kejahatan baru.
"Salah satunya mereka melakukan perubahan radikalisasi dari cara-cara konvensional ke online. Dulu propaganda dan perekrutan anggota baru dilakukan melalui pengajian dan dakwah, sekarang cukup lewat media sosial. Sudah banyak buktinya, salah satunya keberadaan pelaku terorisme sendirian (lone wolf)," jelas Hamli.
Ia menjelaskan, pada awal tahun 2000-an, salah satu juru bicara Al Qaeda mengatakan bahwa internet adalah universitas bagi Al Qaeda untuk melakukan propaganda. Itu dibuktikan dengan semboyan mereka yaitu daripada merekrut anggota baru ke Afganistan, akan lebih mudah dan berharga memindahkan pelatihan mereka ke rumah, desa, dan perkampungan muslim di negaranya masing-masing. Dan strategi itu kini dilakukan kelompok radikal ISIS.
Kalau dulu, menurut Hamli, radikalisasi dari atas ke bawah, sekarang itu bisa dilakukan dari bawah, terutama dalam menyasar generasi muda karena faktanya generasi muda adalah pengguna terbesar di dunia maya. Menurut data yang ada, dari 250 juta penduduk Indonesia, hampir 132 juta orang menggunakan dunia maya.
"Kami berharap mereka bisa menjadi agen perubahan dalam mengikis dan menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya yang disusupi agitasi dan propaganda radikalisme terorisme," terangnya.
Sementara itu, Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Sujatmiko menambahkan bahwa penyebaran radikalisme dan terorisme di dunia maya sangat sulit untuk dikontrol. Karena itu diperlukan peningkatan kesadaran individu terhadap bahaya terorisme, terutama generasi muda. Dari situlah, pemerintah, melalui BNPT merangkul generasi muda sebagai mitra strategis atau duta damai dunia maya dengan membentuk jaringan untuk menyebarkan konten positif.
"Sejak 2016, BNPT telah membentuk 28 kelompok duta damai di lima provinsi, Sumut, Sulsel, Jakarta, DIY, dan Jabar. Sejauh ini, duta damai telah memberikan kontribusi positif dan berpartisipasi aktif dalam pencegahan terorisme," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaJangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.
Baca SelengkapnyaKasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Aksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaIslamophobia juga bisa disebabkan oleh propaganda media yang bertujuan membuat kerusakan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaMunculnya bau badan merupakan persoalan yang sering dialami oleh banyak orang dan bisa mengganggu kepercayaan diri serta interaksi sosial.
Baca SelengkapnyaMedia sosial tengah dihebohkan dengan kabar ulat kucing. Ulat bulu ini disebut-sebut sangat beracun dan mematikan.
Baca SelengkapnyaGerakan Nurani Bangsa yang diinisiasi para tokoh bangsa menggelar dialog dengan para pemimpin redaksi media massa
Baca Selengkapnya