Merdeka.com - Air setinggi dua meter menerjang kawasan pesisir Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (23/5). Di kawasan industri Pelabuhan Tanjung Emas, banjir rob tersebut melimpas ke daratan hingga membuat ribuan pekerja berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan diri.
Selain sepeda motor, mobil, ribuan unit mesin jahit serta mesin produksi pada sejumlah pabrik terendam banjir rob.
Puluhan kontainer atau peti kemas yang berada di Pelabuhan Tanjung Emas juga terendam banjir rob yang terjadi bersamaan dengan gelombang tinggi, serta diperparah dengan jebolnya tanggul laut di kawasan pelabuhan.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, tidak hanya di Semarang, fenomena alam ini juga melanda kawasan pesisir pantai utara di Tegal, Pekalongan, Batang, Kendal, jalur Pantura Semarang-Demak, Demak hingga Rembang.
Ketinggian banjir rob tersebut berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini juga dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian gelombang di setiap daerah. Tercatat ketinggian gelombang ada yang mencapai 1,25 hingga 2,5 meter.
BMKG memprakirakan banjir rob akan terjadi hingga 25 Mei 2022. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Retno Widyaningsih mengatakan, rob di wilayah pesisir terjadi bersamaan dengan fase bulan purnama serta dalam kondisi jarak terdekat bulan ke bumi.
Ia menuturkan puncak ketinggian rob di kawasan pesisir Semarang akan terjadi pada sekitar pukul 15.00 hingga 16.00 WIB.
"Pukul 14.00 WIB tadi tercatat sudah mencapai 185 cm, diperkirakan masih bisa naik," kata Retno, Selasa kemarin. Dikutip dari Antara.
Terpisah, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menambahkan, sejak tanggal 13 Mei 2022, BMKG telah merilis informasi potensi banjir pesisir di beberapa wilayah Indonesia, bersamaan adanya fase bulan purnama dan kondisi Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi).
"Selain faktor curah hujan di beberapa wilayah, gelombang tinggi di Laut Jawa yang mencapai 1,25 sampai 2,5 meter juga memberikan dampak terhadap peningkatan banjir rob di wilayah tersebut," terangnya.
Advertisement
Sementara itu, pakar geomorfologi pesisir dan laut dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Bachtiar W. Mutaqin menyebutkan, potensi banjir rob di Pantura tidak bisa lepas dari penggunaan air tanah dalam skala besar.
Menurutnya, perlu adanya aturan pembatasan dalam penggunaan air tanah. Tujuannya untuk mengurangi potensi banjir rob di kawasan itu.
"Kami berharap ada semacam moratorium atau peraturan yang melarang penggunaan air tanah yang di skala industri atau seperti apa, itu perlu dilakukan juga," kata Bachtiar di Kampus UGM, Yogyakarta.
Menurut dia, penggunaan air tanah berskala besar dapat mengakibatkan penurunan muka tanah.
Dalam catatan penurunan muka tanah (land subsidence) di Semarang, kata dia, sekitar 19 cm per tahun, sedangkan rob pernah mencapai tinggi 40 sampai 60 CM dan pernah mencapai 1 meter pada Tahun 2013.
Bachtiar yang juga dosen Fakultas Geografi UGM menyatakan peristiwa rob di Semarang sesungguhnya sudah memiliki riwayat lama.
Riwayat kejadian rob sangat sering dan kejadian terkini karena bersamaan dengan puncaknya pasang, di mana jarak bumi dan bulan begitu dekat.
"Pasangnya cukup tinggi, tanggulnya jebol, ya akhirnya kawasan di pesisir Semarang terendam. Sebenarnya fenomenanya sudah dimitigasi oleh pemerintah, tapi karena muka laut memang cukup tinggi dan ada bangunan yang jebol, akibatnya banyak yang terendam," ujarnya.
Menurut dia, sudah sejak lama kawasan Banten hingga Banyuwangi dikenal sebagai kawasan rawan terjadi rob yang dipicu pemanasan global berupa naiknya permukaan air laut dan material tanah di utara Jawa yang belum solid.
"Belum solid, ditambah banyaknya permukiman. Tidak hanya permukiman pribadi atau perorangan, tetapi juga skala industri, sehingga dimungkinkan penggunaan air tanah. Akibatnya banyak permasalahan cukup kompleks, mulai dari kenaikan muka laut, kemudian material tanahnya yang aluvial umurnya masih muda, juga terkait dengan penggunaan lahan," kata dia.
Dia menjelaskan material tanah di utara Jawa sebenarnya berasal dari endapan atau sedimentasi proses dari sungai sehingga material sedimen tersebut diukur dari skala geologi masih muda sehingga masih labil, belum solid atau belum kompak.
Sementara di atasnya berdiri banyak bangunan sehingga semakin memperberat, ditambah penggunaan air tanah yang berakibat penurunan muka tanah. [cob]
Baca juga:
Akibat Pemanasan Global, Pakar UGM Ungkap Penyebab Banjir Rob Pesisir Utara Jawa
Potret Area Jogging di Tuban Rusak Parah Diterjang Ombak, BMKG Beri Imbauan Ini
Banjir Rob dan Teguran Megawati untuk Ganjar Pranowo
Banjir Rob di Semarang, Tanggul Laut Jebol Sepanjang 20 Meter
Jokowi & PM Inggris Boris Johnson Sepakat Perkuat Kerja Sama Bidang EBT dan Pangan
Sekitar 15 Menit yang laluMesin Perahu Mati, Satu Keluarga Terombang Ambing di Perairan Banggai
Sekitar 17 Menit yang laluDibonceng Seorang Kakek, Bocah di Bukittingi Dicabuli Sepanjang Perjalanan
Sekitar 28 Menit yang laluBertemu Perdana Menteri Kanda, Jokowi Dorong Penguatan Kerja Sama Ekonomi
Sekitar 28 Menit yang laluPolri: ETLE Mobile akan Diterapkan di Jalan Rawan Kecelakaan
Sekitar 30 Menit yang laluKPK soal Status Tersangka Mardani Maming: Tak Ada Proses Hukum Spesial atau Tidak
Sekitar 37 Menit yang laluKemnaker Perbanyak Kesempatan Program Pemagangan ke Jepang
Sekitar 39 Menit yang laluBus Shalawat Setop Operasi 5 Dzulhijjah, Jemaah Haji RI Diminta Salat Dekat Hotel
Sekitar 47 Menit yang laluKemnaker Harap Dubes RI untuk Korsel Kawal Kerja Sama Penempatan & Pelindungan PMI
Sekitar 52 Menit yang laluDijanjikan Rp5 Juta, 9 Pembunuh Bayaran Ditangkap usai Bunuh Warga Musi Banyuasin
Sekitar 2 Jam yang laluEmirsyah Satar di Pusaran Korupsi Garuda
Sekitar 2 Jam yang laluMardani Maming Resmi Ajukan Praperadilan terkait Kasus Suap Izin Tambang
Sekitar 3 Jam yang laluDi sela KTT G7 Jerman, Jokowi & PM India Bahas Penguatan Kerja Sama Pangan
Sekitar 3 Jam yang laluJokowi Bahas Situasi Ukraina dengan Emmanuel Macron: Kita Perlu Terus Upayakan Damai
Sekitar 4 Jam yang laluCerita Reshuffle Kabinet Jokowi
Sekitar 1 Minggu yang laluSosok John Wempi Wetipo, Kader PDIP Miliki Rp65 M Dipuji Megawati Karena Disiplin
Sekitar 1 Minggu yang laluLuhut Bongkar Rahasia, Kisah di Balik Jokowi Sering Merotasinya Sebagai Menteri
Sekitar 6 Hari yang laluMomen Jokowi Lupa Sapa Zulkifli Hasan dan Hadi Tjahjanto di Sidang Kabinet Paripurna
Sekitar 1 Minggu yang laluCerita Reshuffle Kabinet Jokowi
Sekitar 1 Minggu yang laluKe Luar Negeri, Jokowi Tugaskan Ma'ruf Amin Jadi Plt Presiden
Sekitar 13 Menit yang laluJokowi & PM Inggris Boris Johnson Sepakat Perkuat Kerja Sama Bidang EBT dan Pangan
Sekitar 18 Menit yang laluRonaldinho Hadiahi Jersey Brasil Nomor 10 ke Pejabat Anak Buah Jokowi
Sekitar 24 Menit yang laluBertemu Perdana Menteri Kanda, Jokowi Dorong Penguatan Kerja Sama Ekonomi
Sekitar 31 Menit yang laluData Kasus Covid-19 di Indonesia 27 Juni 2022
Sekitar 17 Jam yang laluUji Klinik Vaksin Merah Putih Unair Memasuki Fase Tiga
Sekitar 19 Jam yang laluCovid-19 Melonjak, Pemerintah Klaim Sudah Siapkan Pencegahan dan Pengendalian
Sekitar 22 Jam yang laluHarga BBM Shell Kembali Naik, Bagaimana dengan Pertamina?
Sekitar 3 Minggu yang laluJokowi Soal Harga BBM: Subsidi APBN Gede Sekali, Tahan Sampai Kapan?
Sekitar 1 Bulan yang laluPidato Jokowi di KTT G7: 323 Juta Orang Terancam Hadapi Kerawanan Pangan Akut
Sekitar 1 Jam yang laluVIDEO: Profil Komandan Paspampres, Jenderal Darah Kopassus Penjaga Jokowi di Ukraina
Sekitar 19 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami