Penjelasan BMKG Soal Perubahan Data Gempa yang Berubah
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof Dwikorita Karnawati menjelaskan terkait data magnitudo gempa yang kerap berubah saat pihaknya menyajikan data. Dia bilang, bahwa BMKG memprioritaskan terlebih dahulu adanya gempa baru disusul akurasi magnitudo.
"Tugas kita memberikan informasi sedini mungkin agar dapat segera dilakukan penyelamatan, jadi Jepang, Indonesia, India, Australia policy adalah kecepatan nomor satu, bukan akurasi," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (14/5).
Menurutnya, BMKG berbeda dengan negara yang tidak memiliki kewajiban atau tanggung jawab memberikan informasi yang cepat. Misalnya seperti di Amerika dan Jerman.
"USGS (United States Geological Survey) itu mengeluarkan informasi pada menit ke 15, Jerman juga mengeluarkan informasi ke menit 20," katanya.
Negara itu, lanjut Dwikorita, berbeda dengan Indonesia dan Jepang yang dituntut memberikan informasi pada menit ke 3. Dia menjelaskan, di Jepang pada menit ke 3 jumlah data yang masuk baru sebagian. Karena pada umumnya seluruh data bisa masuk dan dihitung secara stabil pada menit ke 15 seperti yang dilakukan USGS ataupun Jerman.
"Namun karena untuk kepentingan keselamatan, harus dikeluarkan lebih dahulu sehingga policy kami yang penting ada skenario terburuk, sehingga kami keluarkan dulu pada menit ketiga," ucapnya.
"Stabil itu pada menit ke 15, jadi bukan di ralat, di update. Karena katakan pada menit ketiga katakan terkumpul 20an sensor pada menit ketiga, tapi kalau menunggu ke 15 ratusan sensor sudah masuk," jelasnya.
Menurutnya, kecepatan lebih penting. Kata dia, bila BMKG menunggu data stabil hingga menit ke 15 dikhawatirkan korban sudah terlalu banyak.
"Di USGS tidak memberikan peringatan dini tsunami, Jerman juga tidak memberikan peringatan dini tsunami, tapi Jepang, Indonesia, Australia dan India mereka harus memberikan peringatan dini tsunami," jelasnya.
"Kalau magnitudo dihitung stabil pada menit ke 15, tsunami bisa datang pada menit ke 2, jadi tidak ada gunanya istilah peringatan dini kalau menunggu stabil pada menit ke 15," tambah dia.
Dwikorita menambahkan, perbaruan data magnitudo gempa yang dilakukan BMKG biasanya lebih rendah. Sehingga, angkanya menurun, bukan justru makin tinggi.
"Meskipun di Jepang updatenya dari 7,1 di update 30 menit kemudian menjadi 9, itu terjadi di Jepang. Tapi kami berupaya update itu selalu selisihnya maksimum 0,7 atau paling buruk tidak lebih dari 1 dan harus lebih rendah, karena mengkhawatirkan kalau updatenya lompat seperti di Jepang dari 7 menjadi 9," tuturnya.
"Tetapi meskipun dari 7 ke 9, di Jepang meksi menit ke-3 sudah diumumkan, tsunami sudah diumumkan masyarakat ribuan orang sudah berhasil banyak diselamatkan daripada menunggu akurasi magnitudo 9 pada menit ke 30, tsunami pasti sudah terlambat, dia datang, sudah banyak korban jiwa," pungkasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Enam Perusahaan BUMN Kolaborasi dengan KIP Perkuat Keterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan informasi publik memiliki peran signifikan dalam pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Baca SelengkapnyaSudah Masuk Musim Hujan tapi Masih Panas Terik? Ini Penjelasan BMKG
Berikut adalah penjelasan lengkap BMKG tentang cuaca hujan belum mereta di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerbedaan Negara Kesatuan dan Negara Serikat, Ini Penjelasannya
Ada berbagai bentuk negara di dunia, dan masing-masing memiliki cirinya tersendiri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang Berpotensi di 27 Daerah Ini
Hari ini, sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
Baca SelengkapnyaMenkominfo Soal Suap SAP: Kasus Lama, Skalanya Terlalu Kecil
Budi menjelaskan, hal ini terjadi sebelum nama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) berubah menjadi BAKTI.
Baca Selengkapnya19 Kali Gempa di Tuban, Ini Penjelasan BMKG
Gempa tersebut bahkan dirasakan masyarakat di Malang, Semarang hingga Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Ungkap Kronologi Kasus Penggelapan BBM Senilai Puluhan Juta Rupiah di Serang Berakhir Damai
Kejagung menghentikan penanganan kasus penggelapan uang hasil penggelapan puluhan liter BBM senilai Rp53 juta.
Baca SelengkapnyaBMKG Ungkap Penyebab Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Tuban
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,9.
Baca SelengkapnyaKolaborasi Strategis dalam Tingkatkan Keamanan Data, Ini Contohnya!
Kolaborasi antara perusahaan, lembaga pemerintah, akademisi, dan penyedia solusi teknologi menjadi kunci.
Baca Selengkapnya