Merdeka.com - Pemerintah Kota Solo memberikan sedikit kelonggaran dalam pesta atau resepsi pernikahan. Pasangan mempelai dan kedua orang tua yang duduk di pelaminan diperkenankan tidak mengenakan masker. Namun ada beberapa peraturan atau protokol kesehatan lain yang harus tetap ditaati.

"Nanti setelah ekonomi bergerak, gedung untuk pesta nikah kita buatkan acuan. Nampaknya baru Solo yang akan melakukan. Pengantin, bapak/ibu orang tua, maupun bapak ibu mertua tetap berdiri di pelaminan tanpa mengenakan masker," ujar Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo, di sela penyerahan bantuan di SDN Purwodiningratan, Sabtu (27/6).

Untuk hidangan boleh disajikan dengan cara 'piring terbang'. Namun agar aman, diserahkan oleh petugas satu persatu kepada tamu dan tidak boleh dibagikan dengan cara digeser. Penyaji juga harus mengenakan sarung tangan plastik dan masker atau face shield.

Hal tersebut agar mengurangi resiko penularan Covid-19. Sedangkan jumlah tamu, lanjut pria yang akrab disapa Rudy itu, tetap dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas ruangan.

"Yang kedua, atur ucapan terima kasih, itu dilakukan oleh keluarga. Terus setelah selesai acara tidak ada acara bedhol manten (Pengantin dibawa keluar)," kata dia.

Sehingga, lanjut Rudy, tidak ada acara jabat tangan. Ucapan selamat, lanjut Rudy, dilakukan oleh salah satu perwakilan para tamu undangan. Setelah itu, kegiatan pesta pernikahan dinyatakan selesai.

"Baru kemarin kita evaluasi, wis orasah neko-neko (tidak usah aneh-aneh. Wong nikahan kok pakai zoom. Terus piye sing arep jagong?" katanya.

"Pernikahan ini kan sekali seumur hidup, masak pakai masker, riasannya tidak kelihatan. Kalau hari hari gini kita pakai masker efisien. Nggak usah dandan (bersolek) sudah cukup, nggak kelihatan. Ini guyonnya seperti itu," katanya.

Kendati ada pelanggaran, Rudy mengingatkan agar para penyelenggara acara tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu pembatasan tamu undangan maksimal 50 persen juga tidak boleh dilanggar.

"Pernikahan itu peristiwa seumur hidup sekali, kita sampaikan kelonggarannya seperti itu. Tapi dengan catatan pengatin dan orang tua serta mertua tidak boleh ngomong, alias tapa bisu. Itu yang menarik, tapa bisu untuk menentukan masa depan keluarga," pungkas Rudy.