Kedatangan truk pengangkut sampah DKI menjadi rezeki bagi para pemulung. Demi sesuap nasi, mereka rela bergumul dengan kerumunan lalat dan belatung di antara gunungan sampah di Bantar Gebang. Bahkan, bau sampah mereka sebut teman.
Seperti pengakuan Kuncir, pria asal banten ini hijrah dari profesi sebelumnya sebagai petani menjadi pemulung sampah demi hidup yang lebih baik.
Setiap harinya, dia setidaknya mengantongi 80 ribu rupiah dari hasilnya memulung. Yang mengejutkan, dia bahkan kerap menemukan uang hingga bongkahan kecil emas diantara tumpukan-tumpukan sampah.
Baca juga:
Sejarah panjang Bantargebang bikin Jakarta dan Bekasi memanas
Ini sosok polisi teladan yang dipuji karena peduli pada rakyat kecil
Satu lagi potret kemiskinan Cianjur: Desa tanpa listrik