'Pembunuhan' tradisi bakar kemenyan jadi pintu masuk perusakan hutan
Merdeka.com - Sebelum era 90-an, di Kota Bandung, Jawa Barat, masih banyak warga yang membuat sesaji dan membakar kemenyan. Ritual ini biasa dilakukan setiap malam Selasa dan malam Jumat. Kini, bisa dibilang hampir tidak ada lagi ritual yang sarat kearifan lokal tersebut.
Menurut Abah Nzoem, pimpinan Lingkung Seni Reak Tibelat, Bandung, tradisi sesaji dan membakar kemenyan dalam istilah Sunda disebut parupuyan yang terdiri dari berbagai macam sesajen, kembang setaman, dupa untuk membakar kemenyan, cerutu dan lain-lain.
"Tradisi bakar kemenyan dan sesaji mengandung pesan nenek moyang agar selalu berhubungan dengan Pencipta, alam dan manusia," terang Abah Nzoem, kepada Merdeka Bandung, Rabu (18/11) .
Ia mencontohkan bagaimana hubungan manusia dengan alam lewat praktik sesaji. Para karuhun alias nenek moyang sudah mewanti-wanti dengan sejumlah mitos. Di antaranya, alam atau hutan didiami makhluk halus. Karena itu, hutan harus diberi sesaji agar makhluk halus penunggu hutan tidak mengganggu manusia.
"Maka di kita dikenal istilah hutan anker atau hutan larangan. Berpegang pada mitos itu orang tidak ada yang berani mengganggu keanekaragaman hayati dan satwa yang ada di dalam hutan," katanya.
Namun sayangnya, sambung dia, seiring dengan perkembangan zaman kini nilai-nilai leluhur pun makin ditinggalkan. Bahkan, tradisi sesaji atau parupuyan sengaja dibunuh seiring masuknya budaya luar yang mengklaim modern atau religius.
"Pembunuhan terhadap parupuyan setidaknya terjadi sejak 90-an. Awalnya pembunuhan terhadap praktik sesaji, berikutnya merembet pada perambahan hutan atau perusakan bumi. Orang tidak takut lagi masuk hutan larangan atau hutan anker," katanya.
Sebagai pengembang seni tradisi, Nzoem dan kelompok keseniannya berusaha kembali menggali makna nilai tradisi. Menurut dia, nilai-nilai tersebut sebenarnya menjadi benang merah dengan dunia modern.
Jika nilai-nilai tersebut putus, kata dia, maka masyarakatnya hanya menggantung terombang-ambing di era zaman digital ini, namun tidak memiliki akar yang kuat.
"Sesepuh kita dulu sudah menerapkan sejumlah larangan. Misalnya adanya hutan larangan yang tidak boleh sembarangan dimasuki orang. Karena sesepuh dahulu sudah tahu masuknya manusia ke hutan akan merusak," katanya, mengacu kepada kebakaran-kebakaran hutan yang baru-baru ini melanda berbagai hutan di Indonesia.
Itu sebabnya sesepuh dahulu, dia melanjutkan, menanamkan kearifan lokal lewat kesenian atau kebudayaan yang esensinya senapas dengan agama. Maka begitu budaya luar masuk, termasuk agama, nilai-nilai tradisi tersebut tinggal disambungkan. "Sebelum ada agama, sesepuh kita menciptakan budaya yang membimbing kita. Nah begitu datang agama, kearifan lokal tinggal disambungkan, bukan malah dihancurkan," ujarnya.
Ia khawatir, makin dilupakannya nilai-nilai tradisi membuat perkembangan masyarakat di suatu kota makin beringas atau vandal. Ia mengkritik konsep tata ruang yang dilakukan Pemkot Bandung, di antaranya revitalisasi taman-taman kota yang kebanyakan menutup tanah dengan tembok.
"Padahal tanah kita ini sudah teramat penuh dengan tembok. Tanah harus dihormati, tanah harus bernapas. Tidak akan ada hutan kalau tidak ada tanah," ujarnya menandaskan.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah Berencana Setop Sementara Penyaluran Bansos
Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaSerunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam
Selain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaKini Mulai Tertelan Zaman, Ini Kisah Mbah Atmo Sang Pelestari Perajin Mainan Anak Tradisional di Bantul
Nenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Maapam, Tradisi Memasak Apam Khas Pasaman Barat Sambut Bulan Ramadan
Dalam menyambut bulan penuh berkah, masyarakat Pasaman Barat memiliki salah satu tradisi unik yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaRatusan Personel Datang ke Mako Menghadap Komandan Brimob, Sang Jenderal Langsung Bereaksi Begini
Berikut potret ratusan Perwira hingga Tamtama datang ke Mako menghadap Komandan Brimob.
Baca SelengkapnyaKeunikan Tradisi Bajapuik, Adat Perkawinan Menjemput Mempelai Laki-Laki Khas Pariaman
Tradisi pernikahan unik di daerah Pariaman ini memiliki budaya yang berbeda dari wilayah lainnya terutama di Sumatra Barat.
Baca Selengkapnya30 Pantun Palang Pintu Lucu, Bikin Senyum Mengembang
Pantun palang pintu Betawi adalah salah satu bentuk seni tradisional masyarakat Betawi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
Baca SelengkapnyaMengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaTengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Tengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Baca Selengkapnya