Partai Berkarya akui beririsan dengan Golkar
Merdeka.com - Partai Beringin Karya atau Berkarya telah dinyatakan lolos menjadi partai peserta pemilu 2019 mendatang. Banyak pihak menilai Partai Berkarya terafiliasi dengan Partai Golkar. Spekulasi itu muncul karena melihat kesamaan lambang dan warna yang digunakan kedua partai.
Partai besutan putra sulung Presiden ke-2 RI Soeharto, Hutomo Mandala Putra atau yang akrab dikenal Tommy Soeharto ini memakai lambang pohon Beringin dan warna dasar kuning seperti Golkar. Sekjen Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang tidak membantah jika Berkarya masih beririsan dengan Partai Golkar. Sebab, sejumlah pendiri Berkarya juga pernah menjadi kader Partai Golkar, termasuk Tommy.
Badar bercerita, awal didirikannya Berkarya berawal dari konflik dualisme Partai Golkar pada 2015 lalu antara Agung Laksono dan Aburizal Bakrie. Sementara para pendiri Berkarya rata-rata berada di kubu Agung Laksono.
Saat proses mediasi antara dua kubu, para pendiri Berkarya menolak ikut dan akhirnya keluar dan membentuk partai. Badar menuturkan, keluar dari Golkar dan membentuk partai baru menjadi opsi paling tepat karena melihat kondisi partai yang tidak sehat.
"Jadi ada irisannya sehingga beliau melihat daripada di tempat lain ibarat keranjang telur, telurnya sudah penuh ada yang busuk satu bisa mempengaruhi yang lain ya kita buat keranjang baru untuk menampung kader-kader yang bersih dan fokus," kata Badar saat berbincang dengan merdeka.com di Gedung Granadi, Kuningan, Jakarta, Rabu (28/6).
Lebih lanjut, Badar menjelaskan, logo pohon beringin dan warna dasar kuning Partai Berkarya berbeda dengan lambang Golkar. Logo Berkarya, kata Badar, diadopsi dari logo yang ada di Pancasila.
Salah satu perbedaannya terletak lingkaran rantai berjumlah 34 rantai yang saling berkaitan yang mengelilingi pohon Beringin. Rantai itu diartikan sebagai persaudaraan, jumlah provinsi se-Indonesia dan simbol semangat dan harapan. Sementara logo Golkar, pohon beringin dikelilingi oleh padi dan kapas.
"Kita logo beringin ini sila ketiga Pancasila, logonya pas dengan logo yang ada di lambang Garuda Pancasila. Beda kan dengan teman-teman di Golkar kemudian ada rantai persatuan Indonesia, kita ambil dari simbol-simbol yang ada di logo tersebut. Kita modifikasi sehingga tidak sama dengan yang ada di Golkar atau partai lain," terangnya.
Warna kuning dalam partai dengan nomor urut tujuh ini, menurut Badar, tidak serta merta diidentikkan dengan Golkar. Banyak partai lama yang memakai warna yang sama dengan partai lain, seperti Demokrat dan PAN. Lagipula, pemaknaan dari warna tersebut bisa bermacam-macam tergantung visi misi dan platform masing-masing partai.
Secara keseluruhan makna dari logo dan warna Partai Berkarya adalah mempersatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indoensia dalam bingkai persaudaraan.
"Kalau warna kan kita punya hak yang sama dengan warna merah di PDIP, PSI atau partai-partai yang menggunakan warna merah, warna biru di PAN, Demokrat apa semuanya. Kuning pun tidak hanya Golkar yang bisa klaim kita pun bisa mengklaim," tegas Badar.
Meski beririsan dan memiliki kemiripan dengan Golkar, tetapi Badar membantah logo dan warna yang dipakai merupakan strategi politik untuk menarik suara masyarakat awam. Logo dan warna itu merujuk pada Sekretariat Bersama Partai Golkar sebagai cikal bakal berdirinya Golkar pada 20 Oktober 1964.
"Ya saya dengan adanya Pak Tommy di partai berkarya orang tidak bisa memungkiri bahwa ini ada aspirasi dari bapak beliau, Pak Soeharto selaku pendiri dari yang membidangi Golkar beberapa tahun di Indonesia yang lewat Sekber Golkar tahun 1964 itu oleh angkatan darat termasuk beliau untuk mengantisipasi Partai Komunis Indonesia saat itu. Sehingga dibentuk lah Sekber Golkar yang terdiri dari beberapa organisasi dan jadilah partai pada masa Orde Baru," ungkapnya.
"Tentunya kita juga punya referensi aspirasi dari sana. Tidak seperti kan aspirasi dari Sekber ini selain Golkar sendiri kan ada beberapa partai yang saat ini eksis orang-orang itu dan juga aspirasinya dari sana termasuk kita. Anggaplah Gerindra, Hanura, PKPI, NasDem yang terakhir," tandas Badar.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Golkar Tidak Keberatan Jika Ada Partai Baru Bergabung dengan Koalisi Prabowo
Kendati demikian, Golkar mengaku tak mengetahui siapa partai politik yang akan bergabung dengan KIM.
Baca SelengkapnyaGibran Jawab Isu Dirinya dan Jokowi Bergabung ke Golkar
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto merespons baik terkait kemungkinan Presiden Jokowi masuk ke partainya.
Baca SelengkapnyaJokowi Jawab soal Isu akan Gabung Golkar
Golkar menyambut baik jika benar Jokowi ingin bergabung dengan partai berlambang pohon beringin itu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dinilai Berpeluang Jadi Ketum Golkar, Ini Respons Khas Gibran
Cawapres Gibran Rakabuming Raka memberi jawaban khas saat ditanya soal peluangnya menjadi Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Airlangga Hartarto.
Baca SelengkapnyaPSI Gelontorkan Rp80 Miliar Dana Kampanye Pemilu, Kalahkan Demokrat dan Golkar
Laporan dana kampanye tersebut menempatkan partai dipimpin Kaesang Pangarep masuk dalam tiga besar partai dengan kategori pengeluaran terbanyak.
Baca SelengkapnyaSoal Partai Baru Gabung Koalisi Prabowo, Golkar Bocorkan Komunikasi dengan NasDem dan PKB
Baru-baru ini, Gibran menyebut akan ada partai baru yang bergabung ke koalisinya usai dinyatakan menang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaAnak-Anak Gaza Main Perosotan di Kawah Bekas Bom Israel
Anak-Anak Gaza Main Perosotan di Kawah Bekas Bom Israel
Baca Selengkapnya4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya
Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaLepas Pemudik Lebaran 2024, Airlangga: Karena Telah Bantu Naikkan Suara Golkar
Partai Golkar menyediakan 20 unit bus dengan kapasitas penumpang sekitar 40-50 orang per bus
Baca SelengkapnyaBahlil Ingatkan Tak Ada Partai Politik yang 10 Tahun Lebih Berkuasa
Dari pergantian pemimpin itu, partai pengusung yang berkuasa juga berganti.
Baca Selengkapnya