Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Para Tokoh yang Gagal 'Bersinar' di Dunia Politik pada 2018

Para Tokoh yang Gagal 'Bersinar' di Dunia Politik pada 2018 Agus Harimurti Yudhoyono. ©2017 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - 2018, menjadi tahun politik karena jelang pelaksanaan Pemilu Serentak 2019. Di tahun ini, para tokoh partai dan nonpartai mulai melancarkan manuver politiknya jelang pesta demokrasi tahun 2019.

Meski tahap pencoblosan Pileg dan Pilpres dilakukan tahun 2019, tensi dan hiruk pikuk politik mulai memanas sepanjang 2018. Pilpres 2019 menjadi ajang 'rematch' bagi Joko Widodo dan Prabowo Subianto memperebutkan kursi RI 1.

Bagian menariknya bukan ada di sosok calon presiden, tapi ada pada pemilihan cawapres. Drama pencarian cawapres untuk Jokowi dan Prabowo mencuri perhatian publik. Sejumlah tokoh dari parpol dan nonparpol bermimpi jadi 'rising star' di Pilpres.

Mereka 'genit' bermanuver mencuri perhatian para capres agar dipinang menjadi pendamping. Nyatanya, beberapa tokoh ini harus gigit jari dan gagal bersinar di kontestasi Pilpres.

Berikut 4 tokoh pilihan redaksi merdeka.com yang gagal bersinar sepanjang 2018:

Agus Harimurti Yudhoyono

Nama pertama yang dipilih merdeka.com adalah putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kegagalan AHY mencalonkan AHY menjadi cawapres menjadi alasannya. AHY sebelumnya digadang-gadang Demokrat dapat maju di Pilpres 2019.

Demokrat telah jauh-jauh hari mempersiapkan AHY sebagai cawapres seperti keinginan mayoritas internal Demokrat. Namun sampai hari terakhir lobi-lobi koalisi dilakukan, akhirnya Demokrat tak mampu mengantarkan AHY ke panggung kontestasi Pilpres.

Demokrat hanya mampu menyerahkan suara mereka dengan mendukung pasangan capres-cawapres yang diusung koalisi Gerindra, PKS dan PAN. Gerindra, PKS dan PAN sepakat mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

Atas keputusan tersebut, AHY mengucapkan permohonan maaf pada kader maupun masyarakat yang sempat mempercayakan dirinya meramaikan Pilpres 2019 mendatang.

"Saya ucapkan terima kasih pada kader Demokrat dan kalangan masyarakat yang berharap dan mendorong saya untuk maju berpartisipasi pada Pilpres 2019 mendatang," kata AHY di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).

"Saya telah berupaya semaksimal mungkin selama satu tahun terakhir, berkeliling nusantara mendengar dan menyerap aspirasi masyarakat. Saya mohon maaf karena berbagai faktor belum memiliki peluang menjadi cawapres seperti yang diinginkan kader Demokrat," sambung AHY.

Mahfud MD

Tokoh kedua yang gagal bersinar di 2018 adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Secara dramatis, Mahfud tersisih di menit-menit akhir jelang deklarasi calon wakil presiden oleh Joko Widodo pada 10 Agustus 2018.

Padahal, Mahfud telah diminta pihak Istana untuk mempersiapkan segala keperluan sebagai cawapres. Mahfud juga hadir di seberang Restoran Plataran Menteng, lokasi Jokowi mengumumkan pendampingnya. Lengkap dengan baju putih, peci hitam dan dokumen administrasi yang diperlukan.

Mahfud sebenarnya terus menguat jelang deklarasi. Perdebatan hebat terjadi di antara 10 pimpinan partai politik pendukung Jokowi. Kabarnya, nama Mahfud MD mengalami penolakan dari partai. Desas desusnya, partai pendukung Jokowi khawatir dengan manuver Mahfud di Pilpres 2024.

Takdir berkata lain, Pilihan Jokowi jatuh kepada Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin, bukan Mahfud. Ma'ruf Amin dipilih karena dianggap sebagai tokoh bangsa dan mampu mempersatukan semua elemen.

"Dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai elemen masyarakat, maka saya putuskan dan telah mendapatkan persetujuan dari parpol Koalisi Indonesia Kerja bahwa yang akan mendampingi saya sebagai cawapres 2019-2024 adalah Profesor Ma'ruf Amin," ucap Jokowi.

Mahfud mengaku kaget ketika bukan namanya yang disebut oleh Jokowi sebagai cawapres di Pilpres 2019. Pasalnya Mahfud sudah diminta untuk mempersiapkan diri secara detail.

"Saya tidak kecewa tapi kaget saja karena sudah diminta mempersiapkan diri bahkan sudah agak detail," kata Mahfud di MMD Institut, Jalan Kramat VI Nomor 18, Jakarta Pusat, Kamis (9/8).

Mahfud menilai pergantian di detik-detik terakhir semacam itu adalah hal yang lumrah dalam politik. Dia pun tetap menghargai keputusan Jokowi memilih Ma'ruf Amin.

Muhaimin Iskandar

Sejak memasuki tahun politik, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sudah mendeklarasikan diri sebagai cawapres Jokowi. Dia tak lelah melakukan manuver supaya dilirik jadi pendamping Jokowi pada Pilpres mendatang.

Salah satu manuver Cak Imin, sapaan Muhaimin adalah membuat gerakan JOIN (Jokowi-Cak Imin). Bahkan, PKB memberikan jaminan 10 juta suara pemilihnya akan habis-habisan mendukung Jokowi jika Cak Imin jadi cawapres.

Tak hanya itu, Cak Imin rajin bersafari. Mulai dari partai politik, ormas Islam hingga masyarakat umum. Maksudnya tak lain, menunjukkan keseriusan bahwa dirinya layak dipertimbangkan menjadi cawapres.

Beberapa kesempatan, Cak Imin kerap berseloroh tugas menjadi cawapres itu berat. Namun dia yakin memenuhi tuntutan tugas sebagai cawapres. Namun akhirnya, Cak Imin harus gigit jari lantaran Jokowi lebih menggandeng Ma'ruf sebagai pendampingnya.

"Begini ya, saya sudah sering sampaikan ke para bakal calon wapres bahwa jadi wapres itu berat. Lha, ngurus umat, ngurus NU, itu berat. Banyaknya minta ampun. Pesantren saja ada lebih 30 ribu jumlahnya. Jadi, karena berat, biar saya saja. Kan sudah terbukti," ujarnya saat peringatan HUT Ke-69 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum dan Haul ke-40 pendiri pesantren itu di Pati, Jawa Tengah, Selasa (17/7).

Gatot Nurmantyo

Nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo jadi salah satu tokoh yang gagal bersinar di 2018. Memasuki tahun politik 2018, tersiar kabar Gatot bakal maju di Pilpres 2019.

Gatot pun sudah sowan bertemu dengan para petinggi partai politik. Setidaknya PAN dan PKS sempat berminat memberikan tiket maju Pilpres kepada Gatot. Bahkan PAN sempat membuka opsi kombinasi Zulkifli Hasan dan Gatot sebagai pasangan capres-cawapres.

Berbagai relawan dan simpatisan banyak sekali muncul untuk mendeklarasikan dukungannya ke Gatot. Mulai dari Generasi Muda Milenial Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (GMM GNR), Pro Gatot Nurmantyo atau Progo hingga relawan Selendang Putih.

Setelah resmi pensiun akhir Maret lalu, Gatot pun secara terbuka menyatakan kesiapannya menjadi calon presiden. Menurutnya, setelah 36 tahun mengabdi sebagai prajurit TNI, akan selalu bersiap untuk mengabdikan kembali jiwa raganya untuk bangsa.

"Saya katakan sekarang ini saya sipil, memiliki hak sama, hak dipilih dan memilih. Sekali lagi, kalau republik ini memanggil dan rakyat menghendaki saya jadi presiden saya siap jadi Presiden," katanya beberapa waktu lalu.

Sayangnya, sampai tahap pendaftaran capres-cawapres oleh KPU, tak ada satupun partai yang memberi mandat ke dari parpol mana pun untuk maju Pilpres. Pilpres 2019 menjadi medan pertarungan dua paslon, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

(mdk/ray)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenderal Agus Subiyanto Sebar 446.219 Prajurit TNI untuk Amankan Pemilu

Jenderal Agus Subiyanto Sebar 446.219 Prajurit TNI untuk Amankan Pemilu

446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.

Baca Selengkapnya
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Lengkap dengan Sejarah dan Kiprahnya

4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Lengkap dengan Sejarah dan Kiprahnya

Merdeka.com merangkum informasi tentang 4 partai pemenang pemilu 1955, sejarah, kiprahnya di dalam dunia perpolitikan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Contoh Koalisi Partai Politik Sebagai Penentu Pembentukan Pemerintahan Kuat, Kenali Bedanya dengan Oposisi

Contoh Koalisi Partai Politik Sebagai Penentu Pembentukan Pemerintahan Kuat, Kenali Bedanya dengan Oposisi

Berikut contoh koalisi Partai Politik dan kenali perbedaan dengan oposisi.

Baca Selengkapnya
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Baca Selengkapnya
Kemajuan Pembangunan Tak Merata Picu Polarisasi Politik dalam Skala Global

Kemajuan Pembangunan Tak Merata Picu Polarisasi Politik dalam Skala Global

Negara-negara maju mengalami tingkat pembangunan manusia yang mencapai rekor tertinggi.

Baca Selengkapnya
Jelang Pemilu, Wakapolri: Masyarakat Guyub Rukun, yang Ribut Elit Politik

Jelang Pemilu, Wakapolri: Masyarakat Guyub Rukun, yang Ribut Elit Politik

Pemilu sebagai pesta demokrasi dihadapi dengan bahagia dan senang.

Baca Selengkapnya
Memasuki Tahun Politik, Plt Ketum PPP Ajak Kader Ketuk Pintu Langit Jemput Kemenangan

Memasuki Tahun Politik, Plt Ketum PPP Ajak Kader Ketuk Pintu Langit Jemput Kemenangan

Dia mengajak semua pengurus dan kader bergandengan tangan dan bergerak menyapa masyarakat, raih elektoral secara maksimal, seraya terus mengetuk pintu langit.

Baca Selengkapnya
TPN Ganjar Ajak Rakyat Terlibat Usut Kecurangan Pemilu: Kembalikan Indonesia ke Jalur Demokrasi

TPN Ganjar Ajak Rakyat Terlibat Usut Kecurangan Pemilu: Kembalikan Indonesia ke Jalur Demokrasi

Tim Pembela Demokrasi dan Keadilan (TPDK) Ganjar-Mahfud mengajak partisipasi rakyat Indonesia mengungkap kecurangan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Baca Selengkapnya