Merdeka.com - Gerakan-gerakan radikal seperti halnya kelompok teroris tidak memperhitungkan siapa yang jadi korbannya. Yang penting baginya, ada korban dan ada kerugian. Hal ini disampaikan Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayjen TNI Agus Surya Bakti usai pertemuan dan silaturahmi dengan tokoh-tokoh agama, pemuda dan mahasiswa di Baruga Syekh Yusuf, Makodam VII/Wirabuana, Rabu, (16/11).

Menurutnya, gerakan radikal mulai terjadi di daerah lain seperti Samarinda dan Singkawang dengan adanya teror. Agus mengatakan, pihaknya bersama kepolisian punya trik khusus untuk mendeteksi gerakan-gerakan radikal di tengah masyarakat dan itu telah diidentifikasi.

"Upaya-upaya itu pasti ada. Gerakan dari si A, si B, si C yang ingin mendompleng. Tapi kita sudah identifikasi. Kita bergandeng tangan dengan Kepolisian, BIN untuk mencegah bagaimana agar tidak berkembang menjadi aksi. Kelompok-kelompok itu dalam pantauan," kata Agus Surya Bakti.

Dia tidak bersedia mengungkap kelompok-kelompok yang terdeteksi sementara melakukan upaya gerakan-gerakan radikal. Yang pasti, Agus menegaskan, pihaknya melakukan pemantauan terhadap setiap gerakan di wilayah Sulawesi.

Agus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan adanya gerakan radikal. Masyarakat diharap berperan aktif untuk melakukan pemantauan dan pencegahan terhadap kelompok yang ingin mengganggu wilayah Sulawesi seperti halnya kelompok radikal.

Sebelumnya, Vihara Budi Darma di Kota Singkawang dilempar bom molotov oleh orang tidak dikenal, Senin (14/11) dini hari. Polisi telah membentuk tim khusus menyelidiki kasus ini.

Tak hanya itu, terjadi ledakan bom molotov di halaman Gereja Oikumene di Sengkotek, Harapan Baru, Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11). Ledakan tersebut mengakibatkan 4 balita mengalami luka bakar.