Muncul Subvarian Covid-19 BA.4.6, Kenali Karakteristiknya
Merdeka.com - Subvarian baru Covid-19 terus bermunculan. Belum usai subvarian BA.4 dan BA.5, kini muncul lagi BA.4.6.
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, subvarian BA.4.6 tercatat 15 persen lebih menular daripada BA.5 di dunia secara umum. Sementara untuk kawasan Asia, 28 persen lebih mudah menular.
"BA.4.6 juga 12% lebih mudah menular dibanding BA.2.75 di dunia secara umum, dan bahkan dapat sampai 53% lebih mudah menular dari BA.2.75 di Asia," kata Tjandra mengutip data The Centre for Medical Genomics, Rabu (10/8).
Tjandra menyebut, subvarian BA.4.6 secara genomik agak mirip dengan BA.4. Perbedaannya hanya terletak pada mutasi Spike atau tonjolan R346T.
Secara umum, kata dia, belum ada bukti bahwa BA.4.6 akan menimbulkan penyakit lebih berat, dapat menghindar dari imunitas, atau resisten terhadap vaksin
"Tentu kita tidak perlu khawatir berlebihan dengan kembali adanya subvarian baru ini, karena varian atau subvarian baru memang mungkin akan ada dari waktu ke waktu," ucapnya.
"Tetapi, perkembangan ini juga tidak boleh dianggap remeh. Perlu diperiksa dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di negara kita, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini," imbuhnya.
Sebaran BA.4.6
Tjandra menyebut, berdasarkan laporan Centres for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, 4,1 persen kasus Covid-19 di negara itu merupakan subvarian BA.4.6. Data tercatat sampai 30 Juli 2022.
Meskipun secara nasional baru 4,1 persen, kasus subvarian BA.4.6 di empat negara bagian Amerika mencapai 10,7 persen. Empat negara bagian itu yakni Iowa, Kansas, Missouri, dan Nebraska.
"Di daerah mid-Atlantic dan di Selatan juga angkanya lebih tinggi dari rata-rata nasional," ucapnya.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini mengatakan, subvarian BA.4.6 sudah dilaporkan setidaknya di 43 negara, dan diperkirakan sudah ada sejak beberapa minggu yang lalu. Indonesia belum mengidentifikasi keberadaan subvarian BA.4.6.
"Dilaporkan sudah ada setidaknya 5.681 samples BA.4.6 dalam 3 bulan terakhir ini, dan juga sudah dimasukkan dalam database dari GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data) yang sudah kita kenal luas," tutupnya.
(mdk/tin)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini Bahaya Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di Indonesia
Zubairi menyebut, EG.5 merupakan varian baru Covid-19 yang berkaitan erat dengan subvarian Omicron XBB.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo
Meskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaKemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Apa Perbedaan dari Istilah Akut dan Kronis pada Penyakit?
Istilah akut dan kronis pada penyakit merujuk pada dua kondisi yang berbeda dan perlu kita pahami.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaDaftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO
WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaSejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaFakta di Balik Ganasnya Penularan DBD di Jepara, Kemenkes Sampai Terjunkan Tim Khusus Amati Jenis Virus
Virus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca Selengkapnya