Moeldoko Cerita Sulitnya Membangun Stabilitas di Negara Demokrasi
Merdeka.com - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, mengingatkan pesan stabilitas supaya negara demokrasi tidak gagal. Menurutnya, mengelola stabilitas yang baik di negara demokrasi merupakan persoalan yang tak mudah.
Hal itu ia sampaikan Moeldoko dalam Forum Titik Temu: Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan yang dihadiri Presiden Joko Widodo di DoubleTree Hilton Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/8).
"Ada sebuah negara yang sentralistik, ingin bergerak menuju negara yang demokrasi, gagal di tengah jalan. Karena apa? karena tidak bisa mengendalikan (stabilitas) dengan baik. Banyak, Mesir, Suriah, Irak dan berbagai negara yang lain," kata Moeldoko.
Maka dari itu, menurutnya, perlu mencari titik temu antara stabilitas dan demokrasi. Dia menyebut, pemerintah yang begitu ketat mengendalikan stabilitas, demokrasinya pasti akan terganggu. Tapi, bila demokrasi diberikan ruang sebebas-bebasnya, liar dan tidak terkendali, maka stabilitas itu akan terancam.
"Dan begitu stabilitas terancam, tidak ada orang happy, semua orang menderita. The point of no return, apa yang terjadi di berbagai negara. Kalau sudah the point of no return, maka tidak ada gunanya. Kita baru sadar setelah rata. Tidak ada gunanya," tuturnya.
Untuk itu, Moeldoko berharap masyarakat tidak terganggu bila pemerintah berbicara atas nama stabilitas. Sebab, pasca-reformasi, orang tidak berani berbicara tentang stabilitas lantaran di cap orde baru.
"Tetapi yang ingin saya bangun, kesadaran kali ini adalah mari, mari, kita ingin dalam sebuah negara demokrasi. Maka tolong stabilitas ini tidak boleh diabaikan oleh siapapun," imbuhnya.
Mantan Panglima TNI itu menilai demokrasi dan anarkis beda tipis. Dia tak ingin kebebasan yang tanpa batas di manfaatkan atas nama demokrasi.
"Antara demokrasi dengan anarkis itu sungguh sangat tipis. Jangan dengan jubah demokrasi, orang bisa melakukan apapun," pungkas Moeldoko.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
7 Hari Jelang Pencoblosan, Semua Pihak Diminta Bijak Jaga Stabilitas Politik
Indonesia akan memilih pemimpin baru pada 14 Februari 2024
Baca SelengkapnyaMoeldoko Nilai Pernyataan Jokowi Bukan Semerta-merta Mempersiapkan Diri untuk Kampanye
Jokowi mengatakan, seorang presiden boleh memihak juga melakukan kampanye. Pernyataan Jokowi itu menuai pro dan kontra.
Baca SelengkapnyaUsai Salaman dengan AHY, Moeldoko: Namanya Rekan Satu Kabinet
Ini kali pertama Moeldoko bertemu dan bersalaman dengan AHY, usai konflik di Partai Demokrat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Negara Miskin Bakal Menjadi Negara Kuat karena Hal Ini
Negara miskin diyakini memiliki kekuatan dalam bernegosiasi karena mereka merasakan dampaknya secara langsung.
Baca SelengkapnyaMoeldoko Ungkap Alasan Absen di Pelantikan AHY Sebagai Menteri ATR
Sebagai informasi, Moeldoko pernah ingin merebut Demokrat dari tangan AHY.
Baca Selengkapnya40 Kata-Kata Ajakan Jangan Golput di Pemilu 2024, Jadi Warga Negara yang Patuh Melalui Suaramu
Golput bukan hanya merugikan individu saja, namun berdampak pada keberlanjutan demokrasi.
Baca SelengkapnyaCiri Pemilu yang Demokratis adalah Bebas, Adil, dan Rahasia, Berikut Penjelasannya
Pemilu yang demokratis sangat penting untuk menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dan memastikan bahwa warga negara memiliki suara.
Baca SelengkapnyaJabat Tangan di Istana, AHY Bicara Hubungannya dengan Moeldoko
Menteri AHY ungkap hubungannya dengan Moeldoko yang pernah berseteru terkait Partai Demokrat.
Baca SelengkapnyaSkor AHY Lawan Moeldoko: 19-0
Dengan kemenangan ini, Demokrat merasakan semakin kuat dan berani dalam mencari keadilan dan kebenaran.
Baca Selengkapnya