Merdeka.com - Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo (Rudy), bermimpi membikin Sungai Bengawan Solo semakin terkenal dan bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya memugar bantaran serta melakukan penghijauan, pria berkumis tebal itu ingin sungai terpanjang di Pulau Jawa menjadi tempat rekreasi.

"Bengawan Solo itu mempunyai sejarah yang luar biasa, dilewati 22 kabupaten/kota dan dimanfaatkan sebagai transportasi air. Festival Gethek yang kita adakan itu untuk memberikan pesan kepada masyarakat tentang kondisi Bengawan Solo saat ini," kata Rudy saat ditemui merdeka.com, Senin (2/5).

Dengan kegiatan yang dilakukan antara Pemerintah Kota Solo dan masyarakat, Rudy berharap pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), lebih memberi perhatian kepada Bengawan Solo. Supaya nantinya Sungai Bengawan Solo dulu mempunyai peranan penting pada masanya bisa tetap dikenang.

"Saya ini sampai punya inisiatif untuk membendung Bengawan Solo. Jadi kalau musim kemarau, airnya bisa digunakan untuk obyek wisata. Paling tidak anak-anak kita bisa bermain dan mengenang atau mengetahui sejarah masa kejayaan Bengawan Solo," ujar Rudy.

Selain rencana itu, Pemkot Solo, kata Rudy, bekerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) juga tengah mengerjakan proyek serupa. Yakni embung atau tandon (polder penampungan air) di Kali Anyar, serta penataan kawasan bendung karet Tirtonadi. Selain mengantisipasi agar banjir tidak menerjang di Solo, khususnya bagian utara, proyek itu juga buat menambah obyek wisata air.

Saat ini, Pemkot Solo tengah memindahkan sekitar 200 keluarga tinggal di bantaran sungai di kawasan Minapadi, dan 300 keluarga hidup di bantaran Kali Gajah Putih. Keputusan itu, lanjut Rudy, supaya masyarakat terhindar dari banjir dan longsor, karena lokasi rumahnya berada di bantaran sungai terkikis arus sungai.

"Lokasi pembangunan embung atau tandon air akan dibangun di kawasan Tirtonadi, tepatnya di pertemuan Kali Gajah Putih dengan Kali Pepe. Nantinya embung tersebut akan berfungsi sebagai penampung air, sehingga Kota Solo akan terhindar dari banjir dan tentu sebagai obyek wisata," ucap Rudy.

Dana dipakai buat pembangunan embung, kata Rudy, bersumber dari dana APBN dan APBD Jawa Tengah, sebesar Rp 12,5 miliar. Pemkot Solo bertugas melakukan penyelesaian pembebasan tanah warga tinggal di sepanjang bantaran sungai.

Mimpi besar Rudy lainnya terkait Sungai Bengawan Solo, adalah menjadikan sungai itu sarana transportasi. Bukan memanfaatkan aliran airnya, tetapi bantaran sungai di sepanjang jembatan kereta api Jurug hingga jembatan Bacem, di Kabupaten Sukoharjo. Di atas bantaran sepanjang lebih dari tujuh kilometer itu akan dibangun jalan layang lingkar selatan.

"Ini baru memasuki tahap studi kelayakan (Feasibility Study) untuk pembangunan jalan layang di bantaran Bengawan Solo. Kita berharap pemerintah pusat akan memberikan dukungan penuh," harap Rudy.

Rudy menambahkan, jika terwujud, jalur itu akan memecah kepadatan lalu lintas, khususnya di jalur timur dan selatan Kota Solo. Sehingga kemacetan di jalur pinggir Kota Pasarkliwon, Jurug, Gading, dan Jalan Yos Sudarso bisa dikurangi.

"Masyarakat dari Solo timur yang akan ke Wonogiri, Sukoharjo, atau Yogyakarta bisa lewat jalur tersebut. Demikian juga sebaliknya dan jarak tempuhnya pun bisa dikurangi," tutup Rudy.