Merdeka.com - Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) kini menjadi bahan pembicaraan pulik tanah air. Nama organisasi ini langsung melejit begitu ada seorang pria melaporkan kehilangan istri dan anaknya. Setelah ditelusuri, ternyata dia bergabung dengan Gafatar.
Sepak terjangnya serba rahasia, bahkan mirip dengan Negara Islam Indonesia (NII). Para anggotanya tak pernah menjalankan salat lima waktu, bahkan puasa di bulan Ramadan.
Ternyata, organisasi ini mendapatkan 5 ribu hektare tanah kepala suku di Kalimantan. Hibah tanah ini rencananya akan dibangun kota mandiri, di mana seluruh penduduknya bisa menanam dan mencari nafkah tanpa keluar dari sana.
Rencana Gafatar membangun kota mandiri ini membuka kembali lembaran kelam ajaran sesat di dunia. Di mana, seorang yang mengaku nabi membawa seluruh pengikutnya ke sebuah tanah kosong di negeri yang jauh dari keramaian. Dia tega membunuh lebih dari 900 pengikutnya dengan racun sianida karena tak mau kedoknya terbuka begitu saja.
Kisah ini bermula dari seorang pemuda asal Amerika Serikat bernama James Warren Jones. Berbeda dengan ayahnya yang mendukung kelompok Ku Klux Klan, dia memiliki kepedulian terhadap warga Afro Amerika.
Tahun 1955, Jones mendirikan perkumpulan bernama 'Kuil Rakyat'. Dia juga mendirikan gereja untuk menekankan gerakannya tersebut atas dasar agama.
Sama halnya dengan Gafatar, dia mengedepankan ceramah soal gerakan sosial setiap kali berdiri di atas podium. Tak hanya itu, dia juga memakai cara penyembuhan untuk meyakinkan banyak orang, hal itu membuat pengikutnya semakin banyak.
Jones mengklaim jumlah anggota Kuil Rakyat mencapai 20 ribu orang lebih, namun sumber lain menyebut keanggotaan yang terdaftar hanya sekitar 3.000 orang.
Mengetahui jumlah anggotanya makin banyak, Jones mulai menerapkan sejumlah aturan, seperti melarang pengikutnya merayakan Thanksgiving dan Natal bersama keluarga, kecuali bersama-sama dengan 'Kuil Rakyat'.
Perjalanan komunitas sesat ini semakin mendekati akhir.
Pada 1961, Jones mengaku diberikan pengelihatan, di mana Chicago bakal dibom nuklir. Kepada pengikutnya, dia menyampaikan kejadian itu juga mengakibatkan Indianapolis ikut hancur, ia juga mengajak mereka untuk mencari tempat baru yang lebih aman. Pilihan itu sempat jatuh ke Brazil, namun niat tersebut dibatalkannya karena kekurangan dana.
Perpindahan itu baru terlaksana pada 1974. Jones memilih kawasan Jonestown sebagai tempat baru untuk komunitas yang didirikannya. Perpindahan ini tak lepas dari tindakan polisi yang terus mengawasi pergerakannya, serta investigasi media yang curiga pergerakan mereka.
Di lokasi baru ini, mereka menyebutnya sebagai 'Proyek Pertanian Kuil Rakyat'. Sedangkan Jones melihatnya sebagai 'surga sosialis' yang melepaskannya dari perhatian media. Bahkan, dia menyebut hidupnya selama di AS berada di bawah tekanan fasis.
Tapi, di sinilah bencana itu dimulai. Jones mulai mempersiapkan keputusan untuk mengakhiri hidupnya dan seluruh pengikutnya. Kondisi itu tak lepas dari tindakan anggota Kongres asal San Fransisco, Leo Ryan yang sedang menginvestigasi aksi kekerasan yang dilakukan komunitas tersebut.
Sesaat setelah tiba, dia menemui Jones dan seluruh anggota Kuil Rakyat. Di sana, beberapa orang menyatakan niatnya untuk kembali ke AS. Rupanya hal itu membuat kesal Jones dan memerintahkan orang kepercayaannya untuk menghabisi Ryan dan seluruh rombongannya.
Serangan dimulai, Ryan dan tiga jurnalis bersama seorang desertir Kuil Rakyat tewas dihujani peluru. Insiden ini sempat terekam oleh salah satu jurnalis yang terbunuh, Bob Brown. Tepat pada sore harinya di 18 November, Jones meminta seluruh anggotanya minum bersama yang sudah dimasukkan racun sianida.
Hasilnya, 918 orang tewas termasuk 276 anak-anak. Angka itu belum termasuk empat orang lainnya yang tewas di markas pusat mereka di Georgetown di malam yang sama. Ironis. [tyo]
Baca juga:
Lagi, warga Mempawah Kalbar desak 700 eks Gafatar angkat kaki
Wilayah Kalimantan diduga akan jadi basis Gafatar
MUI desak Pemkot Samarinda pulangkan pengikut Gafatar ke daerah asal
Gafatar dapat hibah tanah 5.000 Ha, mau bangun kota di Kalimantan
Diduga ikut Gafatar, 54 warga dilaporkan hilang ke Polda Jateng
Airlangga: Banyak Pengunjung Masuk Mal Tanpa Scan Aplikasi PeduliLindungi
Sekitar 5 Menit yang laluViral Umbar Tembakan saat Pelantikan Kepala Desa, Pria di Deli Serdang Ditangkap
Sekitar 16 Menit yang laluMegawati Tugaskan Puan dan Prananda untuk Penjajakan Kerja Sama Pemilu 2024
Sekitar 22 Menit yang laluSoal Kursi Menpan RB, PDIP: Ada Ganjar, Olly dan Hasto
Sekitar 26 Menit yang laluJokowi: Puncak Kasus Covid-19 Diprediksi Minggu Kedua atau Ketiga Juli Ini
Sekitar 32 Menit yang laluAnies Baswedan Pastikan Jakarta Aman dari Penyakit Mulut dan Kuku
Sekitar 34 Menit yang laluPemerintah: Pandemi Belum Usai, Vaksin Booster Jadi Syarat Perjalanan
Sekitar 46 Menit yang laluAjak ke Daerah, Puan Minta Anggota DPR PDIP Tak Hanya Fokus di Dapil
Sekitar 1 Jam yang laluPuan Maharani Ungkap Alasannya Keliling Indonesia
Sekitar 1 Jam yang laluIni Profil PT Alfatih Indonesia Terlibat 46 Haji Furoda Dideportasi Imigrasi Saudi
Sekitar 1 Jam yang laluMasih Berduka, Airlangga Sebut Koalisi Belum Bahas Pengganti Tjahjo Kumolo
Sekitar 1 Jam yang laluSoal Kursi Menpan RB, PDIP: Ada Ganjar, Olly dan Hasto
Sekitar 28 Menit yang laluMengenang Menteri PAN RB Tjahjo Kumolo, Sosok Kakek yang Hangat dan Dekat dengan Cucu
Sekitar 3 Hari yang laluCerita Reshuffle Kabinet Jokowi
Sekitar 2 Minggu yang laluLuhut Bongkar Rahasia, Kisah di Balik Jokowi Sering Merotasinya Sebagai Menteri
Sekitar 1 Minggu yang laluMomen Jokowi Lupa Sapa Zulkifli Hasan dan Hadi Tjahjanto di Sidang Kabinet Paripurna
Sekitar 1 Minggu yang laluCerita Reshuffle Kabinet Jokowi
Sekitar 2 Minggu yang laluPemerintah: Pandemi Belum Usai, Vaksin Booster Jadi Syarat Perjalanan
Sekitar 48 Menit yang laluJokowi Bisa jadi 'King Maker' di Pilpres 2024, Ini Alasannya
Sekitar 19 Jam yang laluBeda Gaya Jokowi Bertemu Dua Seteru, Putin dan Zelenskyy
Sekitar 1 Hari yang laluIndonesia dan UAE Sepakati IUAE-CEPA, Ini Isinya
Sekitar 2 Hari yang laluMenko Airlangga: Pandemi Belum Berakhir
Sekitar 20 Menit yang laluJokowi: Puncak Kasus Covid-19 Diprediksi Minggu Kedua atau Ketiga Juli Ini
Sekitar 34 Menit yang laluPemerintah: Pandemi Belum Usai, Vaksin Booster Jadi Syarat Perjalanan
Sekitar 48 Menit yang laluMenghapus Subsidi BBM yang Tinggal Janji
Sekitar 4 Hari yang laluHarga BBM Shell Kembali Naik, Bagaimana dengan Pertamina?
Sekitar 1 Bulan yang laluRusia Klaim Kuasai Wilayah Timur Ukraina Setelah Pertempuran Hebat
Sekitar 4 Jam yang laluUkraina Bombardir Kota di Rusia, Tiga Orang Tewas dan Puluhan Rumah, Gedung Rusak
Sekitar 21 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami