Menyibak Lahan Basah Praktik Kesehatan Ilegal WNA di Bali, Daerah Canggu Paling Kacau
Merdeka.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof Wimpie Pangkahila mengakui banyak warga negara asing (WNA) di Bali membuka praktik kesehatan ilegal.
Dia menyebutkan, mereka diduga banyak membuka praktik kesehatan di kawasan Canggu, Kabupaten Badung, dan ada juga di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Sementara, praktik kesehatan WNA itu dipromosikan melalui iklan di sosial media. Mereka menawarkan pengobatan terapi ozon, kecantikan, hingga stem cell.
"Itu sebenarnya sudah cukup lama berlangsung. Saya sering menerima pengaduan dari teman-teman tenaga kesehatan. Kok ini dibiarkan, saya sendiri ke daerah Canggu memang malas dari dulu, karena memang kacau di situ. Jadi saya terima beberapa laporan (WNA tawarkan praktik di bidang kesehatan)," kata Wimpie, saat dihubungi, Selasa (14/3).
Dia juga mengatakan, cara mereka mempromosikan praktik kesehatan ilegal secara terang-terangan di media sosial. Seperti salah satunya praktik tranplantasi rambut dan sasarannya bukan hanya sesama warga asing namun juga warga Indonesia.
"Mereka malah terang-terangan di media sosial itu. Ada iklannya pakai bahasa Indonesia lagi, biasanya tranplantasi rambut. Kalau tujuannya orang mereka (sesama WNA) kan tidak pakai bahasa Indonesia," ujarnya.
"Juga di iklan medsos besar-besaran tapi sekarang saya lihat sudah tidak ada lagi. Itu mereka menawarkan selain praktik kecantikan, juga ozon terapi atau stem cell terapi. Stem cell ini kan sangat berisiko, karena secara internasional saja pun belum disahkan untuk semua gangguan, artinya betul-betul sangat ketat. Ini kok mereka iklankan di media sosial seenaknya," ungkapnya.
Warga pun diminta tidak percaya begitu saja dengan iklan penawaran-penawaran terapi stem cell.
"Kalau sampai ada korban yang terjadi di Indonesia di Bali khususnya, itu akan mencoreng nama daerah, nama negara, nama bangsa," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan, bahwa yang melakukan itu ada warga Rusia dan ada juga yang Italia. Dan selain itu, parahnya yang menjadi sasarannya bukan hanya WNA tapi warga Indonesia.
"Rusia banyak, tapi yang tadi yang sebutkan kode 90 itu Italia. Kalau negara lain saya tidak tau. Kemarin saya terima nomor handphonenya itu kalau tidak salah 90, kalau 90 itu kan Italia berarti Negara Italia kode 90 itu. Tapi iklannya dalam bahasa Indonesia. Kan jelas orang Indonesia itu sasarannya, kalau untuk mereka pakai bahasa mereka dong, kan begitu," jelasnya.
Untuk lokasi praktik, kebanyakan mereka menyewa vila lantaran dianggap murah.
"Yang lebih aman kan vila sebenarnya. Tapi saya tidak tahu apa semua (menggunakan vila) tapi yang pasti vila, yang lain saya tidak tahu. Mungkin vila, karena dianggap relatif murah. Saya kira harus ditindak tegas tidak bisa dibiarkan apapun risikonya, apakah merugikan pariwisata saya kira tidaklah. Kan mereka wisatawan kelas recehan," ujarnya.
Wimpie juga menegaskan, bahwa praktik tersebut sebenarnya sudah lama dilakukan namun tidak semarak saat ini, karena pihaknya mengaku sudah lama mendapatkan laporan dari para petugas kesehatan.
"Menurut saya sudah lama. Teman-teman (tenaga kesehatan sudah lama laporan ke saya), dan lama-lama semakin banyak seperti itu, ya sudah terpaksa saya viralkan saja. Tapi syukurlah sudah ada tindakan dari Kepolisian, Pemda juga sudah mulai ada. Saya kira dulu tidak sebanyak sekarang. Kalau dulu sudah ada tapi sekarang ini semakin banyak," ujarnya.
Wimpie juga mengawasi lemahnya pengawasan pemerintah atau pihak terkait lainnya terhadap masifnya iklan-iklan tersebut di media sosial.
"Kelemahan kita juga di regulator sampai kebobolan sekian lama dan pengawasan kurang. Yang lebih parah lagi iklan-iklan medsos yang dibiarkan. Itu tanggung jawab siapa, tentu Kominfo tanggung jawabnya di medsos itu kenapa dibiarkan. Dan jangan lupa di kalangan kita sendiri banyak sekali medsos yang bohong termasuk medsos dari dokter kita sendiri, banyak juga yang tidak benar tapi dibiarkan sekian lama. Jadi banyak hal yang harus kita benahi," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenis Penyakit yang Sering Muncul Pasca Lebaran, Radang Tenggorokan Paling Banyak Terjadi
Meskipun memikat untuk dinikmati, menu-menu lebaran sebaiknya dinikmati dengan porsi yang terkendali demi mencegah timbulnya sejumlah masalah kesehatan.
Baca SelengkapnyaBule Rusia Bikin Onar di Bali, Pakai Jasa Spa dan Makan Tak Mau Bayar
Seorang pria WN Rusia, LK (51) ditangkap petugas Kantor Imigrasi Kelas II TPI Singaraja, Bali, karena kerap bikin onar dan meresahkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaTemui Pj Gubernur Bali, Pengusaha Spa Sampaikan Keberatan Pajak 40 Persen
Keberatan itu disampaikan Ketua BPD PHRI Bali Prof Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengusaha Teriak, Pajak 40% Ancam Geliat Bisnis Spa di Bali
Pengusaha menilai kenaikan itu tergesa-gesa. Padahal Bali saja bangkit usai pandemi.
Baca SelengkapnyaMengapa Tidak Langsung Cuci Muka Setelah Terpapar Matahari? Ini Kata Dokter
Dokter Saskia menyarankan agar tidak langsung mencuci muka setelah beraktivitas di luar ruangan atau terpapar sinar matahari.
Baca SelengkapnyaFakta-Fakta Kasus Dokter Diduga Cabuli Istri Pasien Sedang Hamil Modusnya Suntik Vitamin
Korban berinisial TA (22) melayangkan laporan dugaan pencabulan itu ke Polda Sumatera Selatan pada pekan lalu.
Baca SelengkapnyaJenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Jenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Baca Selengkapnya45 Warga di Yogyakarta Suspek Antraks
Dinas Kesehatan Yogyakarta saat ini tengah menunggu hasil tes darah dari 45 pasien.
Baca SelengkapnyaPengusaha Spa Terapis Gugat Pajak Hiburan 75 Persen, Mendagri Tito: MK Nanti akan Hadapi
Mendagri Tito menilai, gugatan yang dilayangkan pelaku usaha spa tersebut merupakan hak dari pelaku usaha atas regulasi pemerintah.
Baca Selengkapnya