Merdeka.com - "Api juga merambat dari lantai satu ke lantai dua, karena ada lubang di tengah-tengahnya," tambah Wahyu.
Api sulit dipadamkan karena banyak toko plastik dan pakaian mudah terbakar. Api sempat terlihat padam, tetapi beberapa saat kemudian muncul titik api kembali.
"Karena hidran di TKP memang tidak berfungsi, sehingga PMK mencari air agak jauh. Ada enam hidran di sini, tetapi tidak berfungsi semua," lanjut Wahyu.
Proses pemadaman mengalami kesulitan karena tidak ditemukan hidran di sekitar lokasi pasar. Para pemadam mesti bekerja ekstra karena harus mengambil air yang lokasinya lumayan jauh.
Mereka mengambil air dari Sungai Brantas di sekitar Jalan Boldy yang berjarak tiga kilometer. Mereka terus berlalu lalang memecah kerumunan warga yang bergerombol di lokasi.
"Hidran belum terpasang di sekitar pasar. PDAM harusnya menyediakan hidran. Ini (mobil) airnya habis, ditinggal mengambil air, apinya mengepul lagi. Kendalanya itu, seharusnya ada hidran," kata Wakil Walikota Malang, Sutiaji yang memantau pemadaman di lokasi.
Versi pertama menyebutkan sumber api berasal dari kios barang pecah belah, berlokasi di tengah pasar. Saksi menyebutkan sumber api berasal dari Toko Santoso kemudian merembet.
"Sekitar pukul 03.30 WIB saya mulai membuka toko. Kemudian banyak teriakan dari dalam. Kemungkinan dari Toko Santoso," kata Akhong, penjaga selep danging dan Toko Rezeki Baru milik adiknya. [ary] SEBELUMNYA