Menguji Klaim Presiden Jokowi Sukses Tangani Covid-19 di Indonesia
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo berkali-kali menyatakan pemerintah berhasil mengendalikan pandemi Covid-19. Klaim ini disampaikan sejak September 2020 hingga beberapa waktu lalu.
Pernyataan Jokowi berangkat dari beberapa hal. Pertama, kasus aktif Covid-19 di Indonesia masih berada di bawah rata-rata dunia.
Data 28 Januari 2021, kasus aktif Covid-19 di Indonesia sebanyak 166.540 atau sekitar 16 persen. Sedangkan rata-rata kasus aktif Covid-19 dunia 25,53 persen.
Kedua, Indonesia masuk dalam daftar negara yang bisa mengendalikan krisis kesehatan dan ekonomi.
"Kita bersyukur, Indonesia termasuk negara yang bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik," kata Jokowi saat memberikan sambutan di Sidang MPL PGI 2021 dalam siaran telekonferensi, Senin (25/1).
Tak berselang lama setelah Jokowi menyampaikan klaim keberhasilan itu, muncul hasil penelitian tentang Indeks Tingkat Penanganan Covid-19 terbaik di seluruh dunia yang dirilis Institut Lowy, Australia. Dari 98 negara, Indonesia berada pada peringkat ke-85.
Selandia Baru berada pada posisi teratas. Indonesia berada di bawah Afrika Selatan, Irak dan Bangladesh. Namun, Indonesia berada di atas India, Amerika Serikat, Iran, Meksiko dan Brasil.
Indeks yang dibuat Institut Lowy ini berdasarkan data di 98 negara dengan mempertimbangkan sistem politik, populasi, kemampuan ekonomi masing-masing negara. Periode penelitian dilakukan selama 36 pekan setelah tiap negara mencapai lebih dari 100 kasus. Data ini dihitung hingga 9 Januari 2021.
Semua negara dinilai berdasarkan angka kasus positif, jumlah kematian, kasus positif per satu juta penduduk, jumlah kematian per satu juta penduduk, kasus positif dan jumlah tes per seribu penduduk.
Penelitian itu justru sejalan dengan yang disampaikan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito. Wiku mengakui Indonesia belum bisa mengendalikan pandemi Covid-19.
Keberhasilan menangani pandemi Covid-19 ditentukan sejumlah indikator. Pertama, laju penularan Covid-19 bisa ditekan yang ditandai dengan kasus positif dan aktif menurun.
Kedua, kebutuhan perawatan pasien Covid-19 menurun. Ketiga, sebagian besar kasus positif dan kontak erat Covid-19 di lingkungan masyarakat teridentifikasi.
"Untuk saat ini, Indonesia belum mencapai semua indikator tersebut secara sempurna," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (28/1).
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo menilai yang disampaikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tepat. Klaim Jokowi berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 justru hanya asumsi semata.
Jika melihat data, kasus Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. Bahkan, Indonesia belum mencapai puncak pandemi Covid-19 gelombang pertama.
"Angka positivity rate kita melonjak masih tinggi, sering kita di atas 30 persen. Bayangkan, padahal tidak boleh (positivity rate) lebih dari 5 persen. Nah, kalau di atas 30 persen, itu kan menunjukkan bahwa tingkat penularan tinggi," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (29/1).
Selain itu, effective reproduction number (Re/Rt) Covid-19 di Indonesia masih berada di atas satu. Jika sebuah negara bisa mengendalikan Covid-19, maka Re/Rt berada di bawah angka satu. Rt satu menunjukkan, satu orang di Indonesia bisa menulari Covid-19 kepada lebih dari satu orang.
Di sisi lain, testing Covid-19 di Indonesia masih rendah. Hingga saat ini, kemampuan mendeteksi orang yang terinfeksi Covid-19 baru berada di angka 2,3 persen dari total penduduk di Indonesia.
"Jadi jelas dari semua ukuran-ukuran tadi kita betul-betul belum bisa mengendalikan (pandemi Covid-19)," sambungnya.
Windhu juga menyinggung hasil penelitian Institut Lowy, Australia, mengenai Indeks Tingkat Penanganan Covid-19 di seluruh dunia. Hasil penelitian menunjukkan, Indonesia berada di urutan 85 dari 98 negara.
"Bayangkan itu, jadi gampangnya kita dari segi penanganan pandemi Covid-19 20 persen terjelek. Nah itu belum lagi testing rate, dari 202 negara di dunia kita ada di urutan ke 159. Artinya, dari segi testing rate kita ada pada 25 persen terjelek," ucapnya.
Namun Windu melihat klaim Indonesia berhasil menangani pandemi Covid-19 bukan kesalahan Jokowi. Kemungkinan, klaim keberhasilan tersebut datang dari orang-orang terdekat mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Tentu yang salah bukan Pak Jokowi. Jelas Pak Jokowi bukan seorang ahli kesehatan masyarakat. Beliau presiden, pasti ada sekondannya. Sekondannya siapa yang memberikan informasi yang keliru?" katanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaJokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa
Wajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Tegaskan Gubernur DKI Jakarta Dipilih Rakyat
Jokowi menyampaikannya dalam rapat membahas RUU DKJ bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaJokowi: Dampak Perubahan Iklim Nyata, Imbasnya Kerugian Gagal Panen
"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.
Baca SelengkapnyaGanjar soal Jokowi Naikkan Tunjangan Bawaslu Jelang Pencoblosan: Mudah-Mudahan Bukan Godaan atau Suap
Ganjar Pranowo merespons keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menaikan tunjungan pegawai Bawaslu
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaJokowi Siaran Perdana dari RRI IKN, Sapa Pendengar di Sejumlah Daerah
Jokowi optimistis Upacara Peringatan ke-79 Kemerdekaan RI bisa digelar di IKN.
Baca SelengkapnyaJokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat
Presiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat
Baca Selengkapnya