Merdeka.com - Tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP Setya Novanto mengirimkan 'surat sakti' meminta tak dilengserkan dari jabatannya sebagai Ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar. Permintaan Novanto yang menjadi tersangka dan ditahan atas kasus dugaan korupsi e-KTP itu menuai polemik. Sebagian meminta Novanto legowo mundur dari jabatannya.

Wakil Sekretaris Jendral Partai Golkar Sarmuji meminta Setya Novanto berlapang dada jika tidak tidak bisa memimpin partainya kembali. Sarmuji juga mengatakan Golkar akan menggelar Munaslub jika praperadilan yang diajukan Novanto ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

"Kalau Praperadilan ditolak, ya beliau kita minta secara legowo mundur," kata Sarmuji.

Namun kata Sarmuji, jika Novanto tidak mau mundur dari jabatan di partai pihaknya akan segera menggelar rapat kembali. Kemudian, kata dia akan menggelar Munaslub. "Kalau pak Novanto tidak mau mundur kita akan segera rapat lagi, menyelenggarakan Munaslub," ungkap Sarmuji.

Sementara itu, Wasekjen Partai Golkar lainnya, Dave Laksono mengatakan Golkar menunggu sikap kenegarawanan dari Novanto untuk mengundurkan diri dari jabatan Ketua DPR maupun Ketum Golkar jika nantinya kalah di praperadilan. "Kita yakini Pak Nov memiliki jiwa negarawan yang besar dan dia tahu apa yang harus diperbuat bukan hanya untuk kepentingan elite. Apalagi kepentingan pribadinya akan tetapi untuk kepentingan masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan," ujarnya.

Jika Novanto urung mengundurkan diri meski kalah praperadilan, lanjut Dave, Golkar akan memberhentikan dari posisi Ketum dan Ketua DPR. Golkar akan membuat munaslub untuk menentukan calon Ketum dan Ketua DPR pengganti Novanto.

"Bila tidak mengundurkan diri akan diberhentikan oleh DPP Golkar dan di situ akan ditentukan akan membuat munas menentukan ketum dan juga kita akan menentukan siapa yang akan mengganti beliau di DPR," tukasnya.

Selain itu, anggota Dewan Pakar DPP Partai Golkar, Zainal Bintang, meminta Novanto diminta berbesar hati melepaskan Golkar. "Saya minta kepada saudara saya Setya Novanto berbesar hatilah, berjiwa besarlah melepaskan Golkar " jelasnya.

Sejak mencuatnya dugaan keterlibatan Novanto dalam korupsi e-KTP, elektabilitas Golkar turun drastis. Jika Novanto mengundurkan diri maka diharapkan dapat kepercayaan publik terhadap Partai Golkar kembali meningkat.

"Supaya partai ini besar antara lain karena kebesaran hati saudara," serunya.