Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Media cetak Indonesia bertumbangan, ada indikasi sindrom menular

Media cetak Indonesia bertumbangan, ada indikasi sindrom menular Ilustrasi bisnis media cetak. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Tutupnya Harian Sinar Harapan per 1 Januari 2016, mengonfirmasi masalah serius yang membetot bisnis media di Indonesia. Sebelum koran sore itu gulung tikar, beberapa perusahaan lain sudah menutup sebagian lini cetaknya dalam dua bulan terakhir, seperti the Jakarta Globe, Koran Tempo Minggu, maupun Harian Bola.

Kepada merdeka.com, Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Indonesia, Asmono Wikan, menyatakan perkembangan teknologi cuma salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi media cetak. Masyarakat perlahan lebih rutin mengakes informasi lewat Internet, termasuk berita.

Namun yang lebih memukul perusahaan media, seperti dialami Sinar Harapan, adalah buruknya ekonomi sepanjang tahun ini. Perusahaan penerbitan media cetak harus berpikir keras menambal biaya produksinya. Pertumbuhan ekonomi nasional pada semester I tak sampai 5 persen. Imbasnya sampai akhir tahun ini perusahaan swasta - sumber pendapatan iklan media massa - mengetatkan ikat pinggang.

"Media cetak tumbang karena mereka tak sanggup lagi menghadapi situasi ekonomi makro. Kemudian karena ekonomi melemah menyebabkan bahan percetakan menjadi mahal, contohnya kertas dan tintanya. Lalu, parahnya tidak diimbangi dengan iklan," kata Asmono saat dihubungi Kamis (12/11).

Media cetak yang mengambil ceruk pasar spesifik menurutnya juga lebih rawan. Di sinilah masalah lain Sinar Harapan, menurut Asmono. Target pasarnya pembaca isu nasional, tapi surat kabar ini terbit saban sore. "Jadi peluang untuk dibaca jarang sekali. Paling kalo iklan yang dibaca cuma jadwal bioskop, yang baca juga waktu-waktu senggang saja," ungkapnya.

Pengamat media dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, Ignatius Haryanto, menambahkan catatan lain soal krisis yang kini melanda sebagian perusahaan media di Tanah Air. Pekerjaan rumah media cetak menyongsong era digital adalah selalu melakukan regenerasi pembaca. Isu ini sampai menurutnya belum berhasil diatasi, termasuk oleh pemain besar sekalipun.

"Remaja yang sekarang lebih ingin membaca media online dibanding membaca koran," tuturnya.

Masalah makin ruwet, karena prediksi ekonomi tahun depan masih lesu. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi paling sedikit 5,2 persen, lebih rendah dari patokan pemerintah 5,3 persen.

Di Indonesia hingga tahun lalu tercatat ada 567 media cetak, merujuk data Dewan Pers. Lebih detail lagi, bisnis cetak ini terdiri atas 312 media cetak harian, 173 media cetak mingguan dan 82 media cetak bulanan. Data itu belum dimutakhirkan dengan media-media yang tak lagi eksis dua bulan terakhir.

Persoalan lesunya bisnis cetak tak cuma menjangkit media nasional. Banyak surat kabar regional mengurangi oplah 20-30 persen, menurut data SPS. Padahal pertumbuhan oplah media nasional cuma 0,25 persen pada tahun lalu.

Ignatius khawatir masalah bisa memburuk jika anggaran iklan masih dihemat oleh perusahaan sampai tahun depan. Media yang sirkulasi dan cakupan pembacanya rendah, ditambah tak punya skenario konvergensi media, besar kemungkinan mengikuti jejak Sinar Harapan. "Jarang yang beriklan mempercepat (kebangkrutan)."

(mdk/ard)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Segini Potensi Kerugian Dialami Industri Perikalanan Jika Iklan Rokok Dilarang
Segini Potensi Kerugian Dialami Industri Perikalanan Jika Iklan Rokok Dilarang

Rencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.

Baca Selengkapnya
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri

Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.

Baca Selengkapnya
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pertolongan Pertama Jika Disengat Ulat Kucing yang Disebut Sangat Beracun dan Mematikan
Pertolongan Pertama Jika Disengat Ulat Kucing yang Disebut Sangat Beracun dan Mematikan

Media sosial tengah dihebohkan dengan kabar ulat kucing. Ulat bulu ini disebut-sebut sangat beracun dan mematikan.

Baca Selengkapnya
67 Tebak-tebakan Lucu Ala Bapak-bapak Receh di Media Sosial, Lawas Tapi Bikin Ngakak
67 Tebak-tebakan Lucu Ala Bapak-bapak Receh di Media Sosial, Lawas Tapi Bikin Ngakak

Meski dirasa cukup receh di kalangan generasi muda, namun nyatanya tebak-tebakan lucu ala bapak-bapak justru tetap bisa menghadirkan gelak tawa.

Baca Selengkapnya
Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak

Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil
Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil

Adit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.

Baca Selengkapnya