Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Masuki Musim Kemarau, Debit Air Irigasi di Banyuwangi Masih Aman

Masuki Musim Kemarau, Debit Air Irigasi di Banyuwangi Masih Aman Sungai di Banyuwangi. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Memasuki musim kemarau sejumlah petani di Kabupaten Banyuwangi mulai menggunakan alternatif penyedotan sumber mata air untuk pengairan tanamannya. Meski demikian, kondisi pengairan di sungai-sungai untuk kebutuhan irigasi pertanian tercatat masih mencukupi.

Kepala Dinas Pengairan, Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo mengatakan, debit air sungai untuk irigasi di sejumlah sungai di Kabupaten Banyuwangi memang terpantau mengalami penurunan, namun masih bisa mencukupi kebutuhan irigasi pertanian hingga 30 persen, sesuai standar kemampuan.

"Sisa debit yang ada masih cukup, asalkan dengan pola tanam yang tepat," kata Guntur, Senin (8/7).

Dia menjelaskan, pola pertanian yang tepat sesuai ketentuan dari dinas pertanian sangat menentukan kecukupan irigasi. Seperti diketahui, jumlah pola tanam dibagi menjadi tiga jenis tiap tahunnya.

"Tiap tahun dinas pertanian menetapkan tiga musim. Pertama musim hujan, kemarau satu dan kemarau dua," katanya.

Bila kondisi saat ini sedang memasuki masa kemarau, namun tetap memaksakan dengan tanaman padi, maka bisa berakibat kekurangan pembagian air.

"Kekeringan bisa karena tidak dapat jatah air, atau sesuai gilirannya tapi harus menunggu lebih lama," paparnya.

Hingga saat ini, kata Guntur kondisi irigasi di Dam besar seperti di Karangdoro, Kecamatan Tegalsari masih mencapai 11,5 meter kubik, dan masih siap mengairi 16.000 hektar sawah.

"Irigasi desa yang kecil juga masih cukup, tambahan embung juga banyak membantu," katanya.

Kemudian di Dam Blambangan, Kecamatan Srono, kata Guntur, saat ini masih mencapai 600 liter per detik , dengan kondisi normal saat musim hujan 3000 liter per detik.

"Memang debitnya turun. Tapi Dam Blambangan masih bisa melayani 1500 hektar persawahan," katanya.

banyuwangi©2019 Merdeka.com

Pemerintah sendiri, kata Guntur memiliki kewajiban untuk memberikan irigasi 30-50 persen dari total area persawahan seluas 65 ribu hektare di Banyuwangi, terutama persawahan yang menggantungkan tadah hujan.

"30 persen yang kewajiban kita di padi. Kemungkinan bisa sampai 50 persen," paparnya.

Kondisi kemarau diprediksi berlangsung hingga bulan Agustus dan September nanti. Dia berharap petani bisa mematuhi aturan pola tanam yang tepat agar kebutuhan air bisa tercukupi.

"Puncaknya Agustusan, sampai September. Kemarin masih ada hujan di beberapa wilayah selama dua hari sangat membantu," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan menambahkan, hingga saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi melalui petugas lapangan untuk mensosialisasikan pola tanam yang tepat agar tidak gagal panen.

"Pola tanam masyarakat sudah diatur. Cuma yang melanggar masih banyak, terutama daerah Bangorejo, Purwoharjo, kalau dulu tanam kedelai, dan dipaksakan tanam padi, selain jeruk dan buah naga," katanya.

Pihaknya, mengaku sudah membuat aturan pola tanam dari musim kemarau pertama dan kedua (MK1 dan 2).

"Teman teman di lapangan sudah menyampaikan, ada MK 1 dan MK 2," ujarnya.

(mdk/hhw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menengok Kondisi Kota Lama Semarang Terendam Banjir Imbas Limpasan Air Sungai

Menengok Kondisi Kota Lama Semarang Terendam Banjir Imbas Limpasan Air Sungai

Curah hujan yang tinggi menyebabkan debitnya yang masuk ke badan sungai menjadi lebih besar hingga akhirnya meluap.

Baca Selengkapnya
Desa di Magelang Ini Punya Mata Air Abadi, Sumber Air Jernih Melimpah Muncul dari Dasar Kolam

Desa di Magelang Ini Punya Mata Air Abadi, Sumber Air Jernih Melimpah Muncul dari Dasar Kolam

Mata air itu dijaga kemurniannya oleh warga. Untuk bisa masuk ke sana, pengunjung masih dikenakan biaya masuk seikhlasnya

Baca Selengkapnya
Miris Perkampungan Waria Kumuh, Hidup Tanpa Listrik dan Air 'Ya Make Up Harus Siang'

Miris Perkampungan Waria Kumuh, Hidup Tanpa Listrik dan Air 'Ya Make Up Harus Siang'

Di tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Wilayah Pesisir Pantura Jateng Kembali Dilanda Banjir Besar, Ketinggian Air Capai 1,5 Meter

Wilayah Pesisir Pantura Jateng Kembali Dilanda Banjir Besar, Ketinggian Air Capai 1,5 Meter

Banjir kali ini lebih besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa pada awal Februari lalu.

Baca Selengkapnya
Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga

Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga

Mbak Ita membawa sejumlah logistik bantuan berupa air bersih, sembako, selimut yang akan dibagikan kepada warga terdampak.

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Atap SMA Negeri 1 Ciampea di Bogor Ambruk, Sejumlah Siswa Dikabarkan Luka-Luka

Detik-Detik Atap SMA Negeri 1 Ciampea di Bogor Ambruk, Sejumlah Siswa Dikabarkan Luka-Luka

Atap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.

Baca Selengkapnya
623 Warga Terjebak Banjir Semarang Sudah Diungsikan

623 Warga Terjebak Banjir Semarang Sudah Diungsikan

Banjir masih menggenangi enam kecamatan, yakni Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Tugu, Semarang Timur dan Semarang Utara.

Baca Selengkapnya
Kini Diapit Kebun Tebu, Ini Potret Saluran Air Bukti Kemasyhuran Kota Majapahit

Kini Diapit Kebun Tebu, Ini Potret Saluran Air Bukti Kemasyhuran Kota Majapahit

Selain saluran air, ada juga sumur kuno yang ditemukan secara tidak sengaja oleh warga.

Baca Selengkapnya
Penampakan Hewan Keramat Penjaga Mata Air di Maluku, Posturnya Raksasa

Penampakan Hewan Keramat Penjaga Mata Air di Maluku, Posturnya Raksasa

Di Maluku, ada sebuah hewan yang sudah hidup berdampingan dengan warga selama ratusan tahun lamanya.

Baca Selengkapnya