Merdeka.com - Pasar tradisional menjadi salah satu tempat yang difokuskan sebagai sasaran pengetesan masif Covid-19. Para pedagang dan pembeli diminta untuk serius dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, hasil kajian dari tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar menyatakan bahwa zona perdagangan merupakan tempat yang harus diwaspadai.

"Di Jabar akan memfokuskan pengetesan masif di pasar-pasar tradisional untuk menekan potensi sebaran COVID-19. Ada 700 pasar di Jabar, 500 yang dikelola oleh pemerintah sisanya dikelola swasta, kita datangi dengan Mobile COVID-19 Test, nanti hasil screeningnya langsung dites swab oleh mobil satunya lagi," kata dia saat melakukan peninjauan di Kota Cimahi, Selasa (9/6/2020).

"Kami minggu ini fokus ke pasar tradisional untuk memastikan keselamatan. Teknisnya diserahkan ke kepala daerah masing-masing, mana yang diatur mana yang ditutup sesuai wilayah masing-masing. Kemudian tes PCR kita per minggu 10 ribu yang ditargetkan di Jabar. Berapa ke pasarnya saya gak hafal tapi arahan saya standar Jabar seminggu 1-2 ribu tes. Mayoritas kita fokuskan di Pasar," lanjut dia.

Seperti diketahui, baru-baru ini tiga pasar tradisional di Kota Bandung ditutup sementara karena empat orang pedagang terindikasi positif berdasarkan tes SWAB yang dilakukan pekan lalu.

Adapun pasar tradisional yang ditutup tersebut di antaranya, Pasar Haurpancuh setelah satu pedagang terindikasi positif, Pasar Leuwipanjang dua orang terindikasi positif dan Pasar Sadang Serang ada satu orang yang terindikasi positif.

Ia mengaku belum mendapatkan laporan total seluruh Jawa Barat, tapi, selain di Kota Bandung, berapa pasar di Jabar yang pedagangnya terindikasi positif di antaranya, satu Pasar di Kota Cimahi, dan satu di Bogor.

Penutupan pasar tersebut harus menjadi pelajaran bagi yang lain untuk menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan disiplin. "Kalau pedagang dan pembeli tidak disiplin, menyepelekan, pas disampling ada (warga positif Covid-19) maka pasarnya ditutup. Yang rugi kan teman-teman pedagangnya sekelilingnya sehingga tak ada transaksi ekonomi," terang dia.

"Maka saya titip tolong bantu kami sosialisasi di pasar. Jadi dari semua unit kegiatan pasar yang paling rawan. Maka pakai masker jaga jarak cuci tangan, terbukti tiga pasar di Bandung ditutup dan sempat di Cimahi juga Pasar Antri ditutup ini merugikan mereka yang disiplin. Maka melawan Covid hanya satu, disiplin," terang dia.

Mengacu Standar WHO

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan dan juga Wakil Sekretaris Gugus Tugas Berli Hamdani menyatakan pelaksanaan tes masif metoda rapid test maupun tes swab mematuhi semua prosedur yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

"Jumlah orang yang harus diperiksa itu kami mengacu WHO, rapid tes dilakukan kepada 6 persen populasi, artinya 300 ribu orang di jabar. Ketersediaan rapid tes di jabar yang belum terpakai ada 81 ribu lebih. Ini masih kurang. Kita masih mengupayakan alat rapid tes," terang dia.

Kemudian, standar WHO untuk menerapkan metoda pengetesan PCR itu sebanyak 175 ribu orang dari total populasi di Jabar. Ketersediaan PCR 150 ribu dan sedang ditambahkan. Pihaknya akan mendapat 10 ribu PCR yang diserahkan BNPB baik mesin dan ekstraksi.

"Akan kita tambah, akan mendapat bantuan dari negara tetangga untuk alat PCR. Mudah mudahan di bulan Juni bisa menyelesaikan target," kata dia.

"Tes masif di pasar, memang tes masif ini tidak berdasarkan kuota. Tapi langsung kita datang ke pasar, bawa amunisi banyak. Sehingga kalau kita menggunakan rumus 6 persen dari yang ada di pasar, cukup," pungkasnya.