Merdeka.com - Kandungan zat narkotika yang ada di dalam tubuh Raffi Ahmad sebenarnya bukan zat baru. Zat yang bernama methylenedioxymethcathinone turunan dari cathinone (katinona) itu sudah diketahui sejak 1996.

"Si M1 ini (Methylone) baru dipatenkan tahun 1996. Di Kita (Indonesia) tidak ngetren. Iya ini kasus pertama, bahwa ini baru di kita bukan berarti ini zat baru. Enggak zat baru tapi baru ditemukan," kata dokter spesialis adiksi dan ketergantungan narkoba, Lula Kamal di Gedung BNN dalam rangka diskusi 'Methylone atau 'M1 dan Peredaran Narkoba di Kalangan Pelajar' Rabu (30/1).

Menurut dia, katinona itu masih tergolong narkoba. Seharusnya, produk UU dari tahun ke tahun harus mampu menyesuaikan agar bisa menjerat pelaku pengguna obat tersebut.

"Kalau ditanya narkoba apa enggak, ya narkoba lah. Bahwa dia gak ada di lampirannya UU narkotika, ya iya, kan namanya turunan bikin terus orang. Tidak mungkin di-update yang namanya UU tiap tahun," paparnya.

BNN sejauh ini belum juga menetapkan tersangka kepada Raffi meski berkali-kali dilakukan pemeriksaan. Raffi sudah menjalani tes urine dua kali. Hasilnya pun masih samar.

BNN hanya menemukan zat di dalam tubuh Raffi yang belum masuk golongan narkoba seperti diatur dalam undang-undang. Karena itu, empat hari pasca penangkapan nasib Raffi belum jelas.