Lima cerita orang nekat di Istana, DPR, MA dan MK
Merdeka.com - Dalam unjuk rasa, kadang seseorang nekat berbuat apa saja. Hal itu dilakukan agar jeritan mereka di dengar.
Unjuk rasa di depan Istana Negara, DPR atau institusi pemerintah lainnya hanya dengan menyampaikan orasi sepertinya sudah tidak lagi ngetren. Kebanyakan demonstran melakukan aksi dengan cara ekstrem agar suaranya di dengar.
Tak jarang pula, aksi unjuk rasa berujung bentrok dengan aparat keamanan. Contohnya demo kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Aksi para mahasiswa ini beberapa bulan lalu itu selalu berujung bentrok. Kejadian itu hampir terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Di tengah aksi para demonstran dengan kekerasan, ada juga orang yang melakukan protes dengan tidak biasa. Seperti mantan Bupati Subang Eep Hidayat, aktor Harjatmo, Sri Gayatri, Hari Suwandi, dan Arifin Mardiyanto.
Bagaimana cerita aksi nekat mereka? klik di bawah ini.
Eep Hidayat
Protes yang dilakukan oleh mantan bupati Subang, Jawa Barat, Eep Hidayat di depan Mahkamah Agung (MA) terbilang nekat. Sebagai seorang pejabat waktu itu, Eep protes mengikat kepalanya dengan rantai sambil menggigit sandal di depan gerbang MA.Dengan memakai baju kabayan, khas Sunda, Eep protes ke MA atas putusan hukuman lima tahun yang dijatuhkan oleh MA. Eep yakin tidak bersalah dalam perkara korupsi Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (BP PBB) Pemerintah Kabupaten Subang tahun 2005-2008 senilai Rp 2,5 miliar. Putusan itu dinilai politis.Sebelumnya, Eep juga melakukan tindakan konyol. Dia mengajak pegawai negeri sipil (PNS) di daerah Subang protes ke MA dan Kementerian Dalam Negeri.Mereka menyerahkan mobil operasional di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang. Eep waktu itu meminta kasusnya dihentikan.Masih soal aksi Eep. Selain gigit sandal jepit dan menyerahkan mobil dinas, di perempatan Jalan Cihapit-Jalan Martadinata Bandung, ada baliho bergambar Eep digantung.Baliho tersebut bergambar Eep yang mengenakan pakaian tradisional dengan ikat kepala dan kaos putih. sementara leher mantan orang nomor satu di Subang itu digantung menggunakan rantai.Baliho bertuliskan: BPK/BPKP/KEMENDAGRI/KEJAKSAAN SUBANG 'Eep Tidak Langgar Hukum dan Tidak Rugikan Uang Negara'. Eep juga menulis 'Kenapa tidak dimunirkan saja'.
Pong Harjatmo
Aktor senior Pong Harjatmo pernah melakukan protes yang tak biasa. Meski usainya sudah tidak muda lagi, pada tahun 2010 Pong naik ke atap gedung kura-kura DPR. Dia menulis kata-kata "Jujur, Adil dan Tegas" di atap gedung dengan cat semprot. Saat itu Pong mengaku kecewa dengan Pansus Hak Angket Century di DPR.Pada akhir Juli lalu, Pong kembali melakukan aksi nekat. Dia kembali naik ke gedung kura-kura. Namun belum sampai puncak, lima orang petugas keamanan (Pamdal) DPR sudah berteriak-teriak menyuruh Pong turun. "Turun-turun. Jangan buat kegaduhan," teriak para Pamdal itu waktu itu.Pong yang mengenakan baju kotak-kotak akhirnya terpaksa turun. Pamdal langsung menyeretnya ke Pos Keamanan. Pong sempat protes karena diseret terlalu keras oleh Pamdal itu. Pong sendiri hanya spontan menjalankan aksinya. Dia terdorong rasa kecewa pada anggota DPR."Saya ingin anggota DPR bekerja sesuai idealisme dan realitas karena keduanya berbeda. Tak sengaja saya main ke sini, dan melihat tangga, makanya saya naik untuk memperingati 2 tahun insiden yang pertama kali saya naik tangga juga," kata Pong.
Sri Gayatri
Perjuangan Sri Gayatri dalam mencari uangnya di Bank Century tak pernah lelah. Salah satu nasabah bank Century ini selalu melakukan aksi unjuk rasa agar deposito Rp 69 miliar miliknya dikembalikan.Sayang, perjuangannya hingga saat ini tidak membuahkan hasil. Padahal, berbagai cara sudah dilakukan. Mulai aksi di depan Bank Century di Surabaya, sampai protes ke DPR.Dalam aksi protesnya, Gayatri beraksi macam-macam. Saat DPR menggelar Pansus angket Century misalnya, dia malah berjualan kue sambil bernyanyi di depan ruangan Pansus Century.Dia menjual kue karena harus membeli tiket pesawat dari Surabaya ke Jakarta. Aksinya ini tidak lama, Pamdal DPR yang mengetahui hal ini langsung membubarkannya.Saat Gayatri dipanggil oleh Pansus Century, dia kembali berulah. Di depan anggota dewan, Gayatri malah berjoget dengan mengangkat kedua tangannya. Aksi ini langsung membuat anggota pansus tertawa.
Hari Suwandi
Masih ingat dengan pria yang mengaku menjadi korban lumpur Lapindo ini. Ya, Hari Suwandi waktu itu melakukan aksi nekat dengan berjalan kaki dari Porong, Sidoarjo menuju Jakarta. Dia ingin bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Suwandi berjalan menuju Ibu Kota dengan memakai sandal jepit. Dalam perjalanannya, Suwandi menemui banyak rintangan. Dia juga sempat kecopetan. Uanganya ratusan ribu hilang.Dia akhirnya menjual kepingan CD yang berisikan jeritan korban Lapindo. Aksinya ini sempat mendapat simpati dari masyarakat.Setibanya di Jakarta, Suwandi melakukan protes di Istana Negara. Tetapi, keinginannya untuk bertemu dengan SBY gagal. Beberapa kali mencobanya, Suwandi tidak bisa menemuinya. Suwandi juga melakukan protes di gedung milik Bakrie di Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Dengan menggunakan lumpur yang diusap di badannya, Suwandi melakukan aksi teatrikal di depan gedung tersebut sebagai bentuk protes karena Lapindo tidak mau bertanggung jawab.Setelah berjuang berhari-hari di Jakarta, kisah Suwandi ini pada akhirnya berujung damai.
Arifin Mardiyanto
Satu lagi soal aksi nekat. Aksi nekat ini dilakukan oleh Arifin Mardiyanto. Polah Arifin di depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK) menyedot perhatian. Lelaki berusia 50 tahunan ini membuka baju dan mengancam bunuh diri. Ternyata bukan sekali ini saja Arifin berbuat nekat. Satu tahun lalu dia juga nekat menyayat dahinya di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).Saat itu Arifin tiba-tiba merantai dirinya di tangga KPK. Tak cuma itu, dia berteriak meminta KPK menyelesaikan kasus kakap seperti Century, Nazaruddin dan Gayus Tambunan yang sedang hangat kala itu."Melawan korupsi jangan pakai demo-demo kayak anak SMA, harus pakai revolusi dengan darah," katanya 15 September 2011 lalu.Lelaki asal Yogyakarta itu lalu mengeluarkan pisau cutter dan menyayat dahinya hingga mengeluarkan darah. Dia terus meminta KPK mengusut perkara korupsi yang ada di Yogyakarta. "Ini merah putih, darah saya," katanya.Setelah menjalankan aksinya, Arifin pergi begitu saja. Kini dia kembali beraksi di Gedung MK dengan tuntutan soal ijazah palsu.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK
Pihak Istana masih menunggu pembuktian atas tuduhan yang disampaikan persidangan.
Baca SelengkapnyaVIDEO: Istana Buka Suara Panas Soal Pemakzulan Presiden Jokowi di Tahun Pemilu 2024
Bagi Ari, adanya keinginan pemakzulan kepala negara dari masyarakat merupakan kritik dan mimpi politik.
Baca SelengkapnyaIstana Kutip Pernyataan Ganjar: Jangan Sampai Menganggap Lawan Politik Itu Sebagai Musuh
Ari lantas mengutip pernyataan Ganjar agar persatuan Indonesia harus terus dibangun melalui kedewasaan berdemokrasi dan berpolitik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peristiwa 23 Maret: Adam Malik Menjadi Wakil Presiden ke-3 Menggantikan Sri Sultan HB IX
Tepat hari ini, 23 Maret pada 1978 silam, Adam Malik dilantik menjadi Wakil Presiden Indonesia ketiga.
Baca SelengkapnyaNama Jokowi Diseret dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024, Begini Reaksi Istana
Nama Jokowi berulang kali disebut dalam sidang perdana sengketa hasil Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaMenko Luhut Kesal Banyak Kritik Jelek Pemerintah, Ini Respons Anies Baswedan
Anies menuturkan, ada tiga hal prinsip demokrasi. Yaitu kebebasan berbicara khususnya mengkritik pemerintah.
Baca SelengkapnyaNasDem: Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi Puluhan Kali, Tidak Terkait Sikap Politik
Surya Paloh dan Jokowi diketahui menggelar pertemuan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (18/2).
Baca SelengkapnyaArti Pemilu dan Azas Pemilu: Berikut Prinsip dan Tujuannya
Momen pemilu sering disebut sebagai pesta demokrasi rakyat
Baca SelengkapnyaPengeroyok Aktivis KAMMI Anggota TNI AU, Kasus Ditangani Polisi Militer Lanud Halim Perdanakusuma
Peristiwa itu bermula saat korban mengaku diklakson berulang kali oleh orang tidak dikenal dan berseragam lengkap TNI di kawasan Fly Over, Pondok Kopi Jaktim.
Baca Selengkapnya