Kisah Tharmidi, penyandang tunanetra jualan keset di Beringharjo

Merdeka.com - Panasnya matahari yang membuat pengap pasar Beringharjo tidak membuat Muhammad Tharmidi (51) mengeluh. Keringatnya mengalir dari celah peci yang digunakannya dibiarkannya saja menetes ke lantai pasar.

Keset, Sapu dan Kemoceng barang jualannya diikat dengan tali plastik lalu dipanggul di bahu supaya mudah membawanya. Kondisi penglihatannya yang tidak sempurna membuatnya perlu berhati-hati berjalan disela-sela pembeli yang berdesakan lorong sempit.

"Sapu-sapu," katanya menjajakan jualannya.

Jika ada pembeli, dia menepi lalu jongkok dan melayani pembeli. "Kalau keset Rp 10 ribu, mau beli berapa?" ujarnya.

Pekerjaan ini sudah dilakoni Tharmidi sejak tahun 1986. Uang yang didapatnya digunakan untuk menyambung hidup di Yogyakarta.

"Kalau ini saya dapat barang dari Kebumen. Saya jual di sini," tuturnya.

Soal pendapatan jangan ditanya, laku satu buah saja membuat bersyukur. "Kalau laku saja bersyukur. Nggak bisa ditentukan dapatnya berapa sehari," tambahnya.

Jika hari sudah larut, dia pun mencari masjid yang bisa digunakan untuk menginap. Dia harus meminta izin dulu pada penjaga masjid untuk diizinkan tidur di masjid.

"Kalau di Yogya saya numpang di masjid kadang di masjid Mutakin atau masjid di Bantul sana dekat kantor polisi," tandasnya.