Kisah lucu di sela pertempuran 10 November: Jadikan Ruslan kapten!
Merdeka.com - Rangkaian pertempuran 10 November 1945 tak hanya soal kisah-kisah heroik semata. Terselip juga beberapa peristiwa lucu. Salah satunya adalah polosnya para pejuang Republik Indonesia saat menghadapi perundingan dengan tentara Inggris.
Ceritanya sekitar tanggal 30 Oktober 1945, diadakan gencatan senjata antara pejuang dan tentara Inggris. Salah satu kesepakatan antara kedua belah pihak adalah membentuk joint comittee yang akan sama-sama mengawasi gencatan senjata.
Dari Inggris diwakili oleh Brigjen Mallaby, Kolonel Pugh, Mayor Hudson, Kapten Shaw, dan Wing Commander Groom. Sementara Indonesia ada Residen Sudirman, Dul Arnowo, Atmaji, Sungkono, Kusnandar, Ruslan Abdulgani dan lain-lain.
Di komite bersama itu, Kapten Shaw menjabat sekretaris. Dari pihak Republik, Ruslan Abdulgani yang ditugaskan menjadi sekretaris.
Ruslan bercerita soal momen yang bikin tersenyum itu dalam buku 10 November '45, Mengapa Inggris Membom Surabaya?". Buku tersebut ditulis Sejarawan Batara R Hutagalung dan diterbitkan Yayasan Persahabatan Surabaya '45 tahun 2001.
Dia ingat tiba-tiba Des Alwi masuk ruangan dan menanyainya dalam Bahasa Suroboyoan.
“Eh Cak, kamu berunding dengan siapa?” tanya Des Alwi.
“Itu, Kapten Shaw,” jawab Ruslan.
“Lha, pangkatmu opo?” tanya Des Alwi lagi.
“Ndak duwe opo-opo,” kata Ruslan polos.
“Ayo jadi kapten. Karena Shaw itu kapten, harus jadi kapten juga. Habis ini terus lapor ke tempat Moestopo”
Mereka lalu menemui dokter Moestopo yang jadi salah satu komandan pasukan di Surabaya.
“Mus, Ruslan dadekno kapten! (Mus, jadikan Ruslan kapten!),” kata Des Alwi.
“Kenopo?” tanya Moestopo.
“Ngadepi kapten!” balas Des Alwi. Maksudnya nanti harus menghadapi kapten Inggris di perundingan.
Maka enteng saja Moestopo menyetujui kenaikan pangkat luar biasa itu. “Dadekno, kono!” Jadikan, sana.
Maka setelah resmi jadi kapten Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Ruslan Abdul Gani menghadap Kolonel Sungkono. Dia menerima tanda pangkat kapten. Saat itu berupa tiga buah bintang kecil.
“Baru saya ngerti kalau kapten itu bintang tiga,” gumam Ruslan.
Kelucuan tak berhenti sampai di situ. Kolonel Sungkono pun membriefing Ruslan soal tata cara hormat militer.
“Cak, engko nek ono letnan, kon ojo ngene (sambil memperagakan memberi hormat). Artinya, Cak, kalau ada letnan Inggris kamu jangan memberi hormat.
“Oh ya,” jawab Ruslan.
“Itu nek ono kolonel, kon sing ngene! (Kalau sama kolonel kamu harus hormat!) kata Sungkono.
“Kalau (podo) sama-sama kapten?” tanya Ruslan.
“Menengo wae! Ya diam saja!”
Begitulah, kata Ruslan. Seorang kapten lahir hari itu.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca Selengkapnya21 Januari: Peringatan Hari Pelukan Nasional, Berikut Sejarah dan Tujuannya
Hari Pelukan Nasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 21 Januari.
Baca SelengkapnyaJelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik
Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kisah Perempuan Militer, Bertugas Jatuhkan Bom dan Selalu Tepat Sasaran ke Arah ke Musuh
Bahkan, Jerman menjuluki pilot pengebom Rusia sebagai Nachthexen, atau “penyihir malam”.
Baca SelengkapnyaKisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan
Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaRekapitulasi Suara Pemilu Luar Negeri, Anies-Cak Imin Unggul di Afrika Selatan dan Pakistan
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar meraih suara terbanyak yakni 80 suara di Afrika Selatan dan Pakistan
Baca SelengkapnyaMelihat Penangkaran Rusa Milik Mantan Wagub Tampan, Luas Banget Netizen 'Sultan Sesungguhnya'
Melihat rusa, eks Wagub tersebut tampil sederhana.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaSejarah 14 Agustus 1914: Pecahnya Pertempuran Lorraine pada Perang Dunia 1
Prancis yang tidak terima karena wilayahnya direbut berusaha untuk melancarkan serangan. Pihak Jerman pun bersiap, hingga akhirnya pertempuran pun pecah.
Baca Selengkapnya