Kisah Ken Arok di Situs Karuman Malang
Merdeka.com - Sebuah situs peninggalan bersejarah di Indonesia memang banyak sekali ditemukan. Salah satunya adalah di Kota Malang, lebih tepatnya di sudut kampung Tlogomas.
Di Tlogomas ada sebuah situs yang lebih dikenal dengan sebutan Punden Karuman. Situs ini dikelilingi tembok setinggi 1 meter dengan rimbun pohon. Lokasinya mirip pekuburan. Hanya berjarak puluhan meter dari Sungai Brantas.
Di lokasi tersebut ada sebuah papan informasi dipasang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. Papan itu menjelaskan bahwa itu adalah Situs Karuman, sebuah situs purbakala penting bernilai sejarah tinggi.
Arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, mengatakan situs itu sekaligus menjadi penegas bahwa kawasan itu merupakan desa kuno yang sudah ada sejak masa Kerajaan Kanjuruhan di abad VIII.
“Kawasan ini juga tempat bersejarah, keberadaannya dicatat dalam Kitab Pararaton,” kata Dwi Cahyono di Malang, Sabtu, 5 Mei 2018.
Nama Karuman disebut beberapa kali dalam Kitab Pararaton, sebuah kitab yang mengisahkan Ken Arok sebagai pendiri Kerajaan Singasari. Menjadi tempat tinggal Ken Arok semasa kecil hingga tumbuh remaja saat tinggal bersama ayah angkatnya yang kedua, yakni Bango Samparan.
"Pergilah Bango Samparan dari Rabut Jalu, berjalan pada waktu malam, akhirnya menjumpai seorang anak. Dicocokkannya anak itu dengan petunjuk Hyang, sungguhlah itu Ken Angrok. Dibawa pulang ke Karuman, diakui anak oleh Bango Samparan," demikian bunyi kutipan Kitab Pararaton.
Usia Ken Arok saat itu sebaya anak gembala. Ia ikut Bango Samparan hingga tumbuh remaja. Arok meninggalkan rumah, saat mulai tak cocok dengan anak–anak ayah angkatnya. Pergi berkelana, ia menjadi berandalan hingga mengabdi pada Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Kitab Pararaton juga menuliskan, di sela masa pengabdiannya pada Tumapel, Ken Arok kembali pulang ke Karuman. Meminta pertimbangan Bango Samparan saat hendak membunuh sang akuwu dari kekuasaannya sekaligus memperistri Ken Dedes. Melalui ayah angkatnya itu pula, Ken Arok tahu tentang Mpu Gandring dan memesan senjata untuk mengkudeta Tunggul Ametung.
“Temuan artefak dan gambaran paleo-ekologi di kawasan ini menguatkan bahwa di sinilah Karuman sebagaimana yang ditulis Pararaton,” kata Dwi Cahyono.
Kampung Tlogomas Kota Malang merupakan desa kuno sejak masa Hindu–Buddha abad VIII hingga era Kesultanan Mataram Islam abad XVII. Maka, di kampung ini selain ada situs Karuman juga ada Makam Mbah Aruman, seorang penyebar Islam dari Mataram.
Situs Karuman itu sendiri bukan punden biasa. Sebenarnya situs itu adalah sebuah candi yang dibangun atas perintah Ken Arok di awal berdirinya Kerajaan Singasari. Sebagai balas budi terhadap Bango Samparan, sekaligus menetapkan statusnya sebagai desa sima atau bebas pajak.
“Karena itulah kuat dugaan masih banyak peninggalan arkeologis yang terpendam di dalam tanah di kawasan ini,” kata Dwi Cahyono.
Sedangkan bukti artefak yang masih bisa dilihat di kawasan ini adalah fragmen arca Durga dan arca Siwa yang sudah hilang bagian kepalanya. Ada pula batu sima, penanda penetapan status desa bebas pajak. Benda purbakala itu diletakkan di areal Makam Mbah Aruman
Sedangkan di Situs Karuman sendiri ada arca Lembu Nandi yang sudah pecah bagian kepalanya, yoni dan lingga berbeda ukuran. Ada pula beberapa balok batu dan bata kuno. Tak jauh dari situs ini, dekat Sungai Brantas pernah ada sebuah patirtan atau taman pemandian kuno.
Di sekitar patirtan itu dahulu ada beberapa jaladwara berbahan batu andesit yang berfungsi sebagai pancuran. Air mengalir dari arung atau saluran bawah tanah melalui jaladwara dan ditampung dalam patirtan. Sayangnya, jaladwara maupun patirtan sudah lenyap tak tersisa.
Hanya aliran air dari arung yang masih bisa dijumpai. Di bekas lokasi patirtan itu kini hanya berdiri tempat pemandian umum untuk warga. Sedangkan air juga diambil sebuah kolam pemandian wisata dengan jumlah besar.
"Patirtan jadi tempat penyucian diri sebelum melakukan pemujaan di candi. Menunjukkan betapa pentingnya kawasan ini," ujar Dwi Cahyono.
Warga Tlogomas sendiri masih sering menemukan sisa batu bata kuno saat menggali tanah sekitar. Termasuk di bekas lokasi patirtan yang kini jadi tempat pemandian umum. Mereka juga memanfaatkan bata kuno temuan itu untuk pemugaran jalan di pemandian umum itu.
“Kata kakek saya, dulu juga sering menemukan arca saat menggali tanah. Karena takut, ditanam lagi ke dalam tanah,” kata Imam Musyafak, Ketua RT 4 RW 5 Tlogomas, Kota Malang.
Perlahan tapi pasti, warga mulai sadar menyelamatkan temuan-temuan itu. Tembok di Situs Karuman, misalnya, baru dibangun warga di awal tahun 2000-an. Dahulu, cagar budaya itu dibiarkan dalam ruang terbuka. Situs kini dianggap memiliki nilai penting untuk sejarah desa.
“Kalau pemerintah hanya pasang papan informasi itu. Perawatan dan pemeliharaan situs sehari-hari ya dari warga,” ujar Imam.
Warga juga ada keinginan membongkar kolam pemandian dan memindahkannya. Di tempat itu ingin dibangun patirtan tiruan, setidaknya mengingatkan warga bahwa kampung mereka adalah desa kuno. Air yang keluar dari arung juga akan dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH).
"Kami tak ingin memutus sejarah kawasan ini dan juga memanfaatkan airnya agar ada nilai lebih untuk warga," ucap Imam.
Ini adalah satu dari sekian banyak peninggalan bersejarah di Indonesia. Di luar sana tentunya masih banyak yang belum terkuak.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arkeolog Temukan Harta Karun Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu
Arkeolog Temukan Perhiasan Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu
Baca SelengkapnyaKeren, Kompak dan Berani Emak-emak Menangkap Ular Besar di Kebun 'Makan Besar Guys Malam Ini Kami'
Begini aksi kompak emak-emak menangkap ular piton besar di kebun. Banjir pujian warganet seketika.
Baca SelengkapnyaTengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Tengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Makam Kuno Berisi Kerangka Manusia Terkubur dengan Pedang 1,2 Meter, Ternyata Sosok Pria Perkasa
Menurut para arkeolog, pria ini bukan orang sembarangan, tapi memiliki status sosial tinggi.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Agung Bakal Bikin Satgas Khusus, Diyakini Penanganan Perkara Korupsi Timah Kian Terang
Kejagung telah menetapkan belasan orang sebagai tersangka dalam perkara ini
Baca SelengkapnyaPermen Karet Zaman Batu Ditemukan Berusia 10.000 Tahun, Begini Bentuk dan Sosok yang Mengunyahnya
Permen karet zaman purba ini terbuat getah pohon damar.
Baca SelengkapnyaPaman di Tanjung Priok Tega Bunuh Keponakannya, Begini Kronologinya
Sejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca SelengkapnyaPeninggalan Kerajaan Tarumanegara, Berikut Daftar dan Sejarahnya
Peninggalan-peninggalan ini dapat memberi pandangan yang menarik tentang peradaban kuno kala itu.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang Moro Kogoya dari Suku Dani Bentak Prajurit Kopassus Ini Untuk Angkat Kayu 'Laki-laki Harus Bisa Ngangkat'
Momen Panglima Perang Suku Dani bentak prajurit Kopassus lantaran tak bisa angkat kayu. Begini selengkapnya.
Baca Selengkapnya