Kisah Jenderal Hoegeng menyamar di komunitas pecandu ganja

Merdeka.com - Sosok Jenderal Hoegeng tercatat sebagai salah satu polisi jujur yang pantas menjadi teladan. Saat menjabat sebagai Kapolri, jenderal bernama lengkap Hoegeng Imam Santoso itu dikenal sebagai sosok disiplin dan tanggap dalam merespon informasi masyarakat.

Seperti saat Hoegeng menindaklanjuti laporan maraknya pemakaian narkotika, dia menyamar sebagai seorang hippies untuk mendapatkan informasi akurat.

"Saya memang gemar menyamar untuk mengetahui persoalan-persoalan sesungguhnya," kata Hoegeng dalam buku 'Hoegeng, Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa,' Karya Aris Santoso bersama rekan. Terbitan PT Bentang Pustaka.

Hippies awalnya merupakan gerakan pemuda di Amerika Serikat tahun 1960-an yang mengkritik kelas menengah ke atas, menentang penggunaan senjata nuklir, dan segala bentuk yang terorganisir di masyarakat. Kaum hippies memiliki pola hidup tidak teratur, dengan dandanan yang mencolok.

Awal tahun 1970-an, penggunaan narkoba khususnya mariyuana di kalangan generasi muda sedang marak-maraknya. Hoegeng yang penasaran, ingin mengetahui penyebab kenapa generasi muda begitu menggemari mariyuana. Maka dia putuskan untuk turun sendiri menyelidiki.

"Anak buah saya menyuruh saya menyamar dan berdandan seperti anak muda 1970-an. Maka saya pakai wig gondrong, kemeja bunga-bunga, syal di leher. Pokoknya seperti orang gila," lanjut Hoegeng.

Dalam penyamarannya, Hoegeng berjalan ke daerah-daerah di Jakarta yang menjadi tempat kumpul para komunitas hippies. Berhari-hari dia tinggalkan keluarganya. Hoegeng seperti orang asing, tidak ada satupun orang yang mengenalinya.

"Yang menggelikan, selama penyamaran saya tidak berani mencoba mariyuana. Saya selalu merokok dan bertanya macam-macam kepada anak-anak muda itu," kenang Hoegeng.