Merdeka.com - Shirley Kristiani Widjihandayani (80) berpose ngapurancang diapit oleh ayah dan ibunya, Hardjoadiwinoto (Tjhwa Hoo Liong) dan Watiningrum (Dora Liauw). Pemilik nama Thionghoa Tjhwa Hiang Nio itu masih lengkap mengenakan kostum Arjuno, tokoh yang diperaninya kala itu.
Foto hitam putih itu diambil di salah satu sudut Istana Negara Jakarta usai tampil di depan Presiden RI Pertama, Soekarno. Shirley memerani tokoh Arjuno dalam cerita Wayang Orang Srikandi Mustokoweni.
"Seingat saya itu ceritanya Srikandi Mustokoweni. Mereka kok mau ya melihat kita dua jam. Ceritanya dibuat singkat-singkat, yang melihat itu menteri-menteri dan bos-bos," kenang Shirley tersenyum.
Shirley semasa remaja merupakan pemain utama kelompok wayang orang Ang Hien Hoo. Meski dikenal sebagai kesenian tradisional Jawa, para pemain Ang Hien Hoo hampir keseluruhan para peranakan Thionghoa di Malang.
Tahun 1960-an, Shirley dan kawan-kawan diundang oleh Presiden Soekarno untuk tampil dua malam berturut-turut. Ia bersama (alm) Ratna Djuwita (Nelly Ie), Ratnawati (Melly Oei) dan para rombongan 'ngamen' di Istana Negara Jakarta.
Bagi Sherly yang saat itu masih belasan tahun, peristiwa itu tidak terlupakan hingga sekarang. Kenangan itu pun hanya sebagian terdokumentasi lewat beberapa lembar foto hitam putih yang sudah mulai pudar.
"Semua pemain disalami. Ditepuk-tepuk pundaknya. Pak Karno kan ramah, diwejangi, disuruh melestarikan budaya, karena wayang ini filsafatnya tinggi. Ya enggak bisa ngomong-ngomong lama, kan Presiden banyak urusannya sama bos-bos. Banyak menteri-menteri," urainya.
Ang Hien Hoo manggung di depan Presiden dalam rangka penggalangan dana amal bagi korban kecelakaan kereta api di Trowek, Jawa Barat. Kenangan itu masih membekas kuat di benak, meski telah terjadi puluhan tahun lalu.
Sekitar 30 Orang pemeran dalam cerita itu diboyong dengan kereta api dari Malang ke Jakarta. Turut juga dalam rombongan itu para pengrawit dan orang tua dari para pemain yang sebagian masih anak-anak.
"Disewakan gerbong sendiri, satu gerbong kereta api, dari stasiun Malangi ke Jakarta. Waktu itu, ke Jakarta kayak masih sulit gitu ya, jauh gitu rasanya," kisahnya.
Selain manggung di Jakarta, Ang Hien Hoo telah berkeliling kota besar di Jawa dalam rentang sekitar hampir 20 tahun sejak didirikan. Tangkar alias Liem Ting Tjwan, seorang pengusaha rokok di Malang menjadi pencetusnya pada tahun 1955.
Setiap manggung memboyong pemain, pengrawit dan berbagai peralatan panggung dan kostum. Mereka biasa menggunakan bus atau kereta api ditambah truk untuk pengangkut dekorasi.
Pertunjukan disajikan di panggung-panggung dan gedung kesenian, seperti Surabaya, Solo, Magelang, Yogyakarta. Jakarta, Sidoarjo, Bandung, Semarang dan lain-lain. Setiap pertunjukan selalu menyimpan kenangan yang membekas hingga saat ini.
"Pernah juga diundang oleh Mangkunegaran, Solo untuk ikut lomba di Sriwedari. Pesertanya kelompok wayang orang seluruh pulau Jawa. Gusti Mangkunegaran menjadi jurinya," katanya.
Advertisement
Ang Hien Hoo dalam lomba itu berhasil menyabet Juara 2 setelah bersaing dengan Juara 1 dari Wayang Orang kelompok anak-anak menteri kabinet kala itu. Sherly sendiri saat itu memerankan tokoh Resi Supadio.
"Itu masih zamannya Pak Karno, tapi sudah akhir," tegasnya.
Sherly yang sudah dikaruniai empat anak perempuan dan lima cucu ini mengaku sudah lupa dengan judul pementasan sekitar 50 tahun lalu itu.
Kisah lain yang juga masih dikenang Sherly ketika memerankan tokoh Dewi Anggraeni dalam judul Palguna Palgunadi di Semarang. Peran itu sering dimainkan tetapi dirasakan yang paling berat karena harus bergulung-gulung 'dianiaya' di atas panggung.
"Waduh itu paling soro, digebuki. Kan ceritanya itu kesetiaan, roman kesetiaan sama suaminya. Anggraeni dipukuli dianggap enggak setia, sampai glutung-gluntung," kisahnya.
Kisahnya Dewi Anggraeni ditinggal oleh Palgunadi, suaminya. Tetapi diuber-uber oleh Palguno sampai ke khayangan. Palgunadi pun tidak terima menyangka Dewi Anggraeni tidak setia dan selingkuh.
"Itu dulu, saat masih muda, sekarang suruh berdiri dan jalan saja tidak bisa. Kalau dikenang, kapan bisa kembali lagi, kan enggak bisa ya," ungkapnya.
Setiap pertunjukan, Sherly dituntut memahami karakter tokoh yang peraninya. Banyak tokoh yang menjadi langganan aktingnya selain Dewi Anggraeni, yakni Arjuno, Kresno dan Rama.
Selain itu, Sherly juga dituntut mampu maes (make up) karakter-karakter yang dimainkan tersebut. Karena selama manggung dituntut mandiri dalam merias diri, mengingat keterbatasan jumlah personel.
"Kalau make up wajahnya tetap, yang berubah-ubah. Itu kuluknya (mahkota) beda-beda. Kalau Serimpi gini, Srikandi pendek, Arjuno mlungker, Resi Supadio mahkotanya tinggi. Kalau Srikandi dan Janoko pakai panah," urainya.
Karena pemain rata-rata masih usia sekolah, Ang Hien Hoo hanya manggung saat datang liburan. Pertunjukkan paling banyak digelar pada malam Minggu, sehingga Senin bisa kembali ke sekolah.
Karena itu, keluarga Sherly yang tidak memiliki latar belakang seniman mendukung penuh setiap pementasan. Bahkan mereka selalu ikut mendampingi berkeliling dari panggung ke panggung.
"Tidak ganggu sekolah. Naik kelas terus kok cuma sondok (agak) ngantuk di kelas," ungkapnya.
Terkait sekolah, Sherly mengaku mempunyai cerita unik saat pentas dua malam berturut-turut di Sidoarjo. Kala itu pementasan digelar Sabtu dan Minggu, padahal, Senin harus ulangan mata pelajaran Sejarah.
"Jadi Minggu masih main, Seninnya ulangan. Waduh gimana, bingung. Jadi jam 4 pagi saya sudah pulang dari Sidoarjo. Minta sama pengurus diantarkan jam 4 pagi dari Sidoarjo ke Malang, dulu masih naik truk," kisahnya.
Advertisement
Tidak sampai di situ saja, Sherly tidak sempat membersihkan make up di wajahnya secara sempurna. Coretan pensil alis tidak hilang saat dibersihkan, karena itu sempat ditertawakan oleh gurunya.
"Itu sampai di sekolah masih kepet, celak-celaknya itu masih nempel, guru saya itu tertawa," ungkapnya.
Sherly pun berhasil menyelesaikan pendidikannya Jurusan Sastra Inggris, IKIP Malang (sekarang UM) Tahun 1965. Ia sempat menjadi guru di SMP Santa Maria Malang sampai 1965.
Sherly eksis di Ang Hien Hoo sejak remaja, saat masih pelajar di Sekolah Katolik Panderman Malang sampai usia 25 tahun. Pernikahannya pada 1971 membuatnya sibuk mengurus anak-anak, kendati memang sudah mulai mati suri.
Semasa awal pemerintahan Presiden Soeharto masih sempat manggung, sebelum kemudian tidak manggung lagi hingga sekarang ini. Faktor regenerasi dan gempuran budaya barat saat itu menjadi penyebab utamanya.
"Kita enggak berhubungan dengan politik. Di masa Soeharto sempat manggung tapi enggak lama, tahun 70 sudah berhenti," kata perempuan kelahiran Malang, 28 Agustus 1943.
Sherly mengaku beruntung hidup dalam lingkungan keluarga yang mencintai kesenian wayang orang. Tapi disayangkan kesenian panggung warisan leluhur itu nyaris tidak lagi dapat ditemukan di Malang.
"Kita cinta Indonesia ya, cinta kebudayaan Indonesia. Yang muda-muda sudah modern, enggak mau meneruskan," katanya.
Sherly juga mengaku sudah kesulitan menemukan pertunjukkan kesenian wayang orang. Panggung-panggung pertunjukkan sudah tidak menyajikan kesenian Jawa, begitu juga siaran televisi. "Sekarang yang dianut sing ora-ora. Wis beda zaman," pungkasnya. [cob]
Baca juga:
Kronik Ang Hien Hoo, Kelompok Warga Tionghoa Pemain Wayang Orang
Kisah Koh Steven, Mualaf Sedekahkan Semua Harta buat Covid Lalu Tinggal di Kontrakan
Potret & Sejarah Rumah Kapitan Bagansiapiapi, Peninggalan Tionghoa Lebih dari 1 Abad
Mengenal Perkampungan Tionghoa di Pedalaman Kalimantan, Warganya Cantik & Ramah
Arti Perayaan Cap Go Meh dan Cara Memeriahkannya Sesuai Tradisi di Indonesia
Airlangga Ungkap Koalisi Besar saat di NasDem: Tunggal Tanggal Mainnya
Sekitar 28 Menit yang laluAirlangga Singgung Hubungan Dekat sama Paloh, Sinyal Golkar Gabung Koalisi Perubahan?
Sekitar 1 Jam yang laluWaspada Gangster Bersarung Teror Pengendara Serpong Utara saat Dini Hari
Sekitar 1 Jam yang laluRafael Alun Buka Suara: Tak Ada Niat Kabur dari Indonesia, Saya Hormati Proses Hukum
Sekitar 1 Jam yang laluHadiri Acara NasDem, Ketua Golkar Airlangga Bahas Politik Ekonomi dengan JK
Sekitar 2 Jam yang laluMakin Mesra dengan Anies, Ini Keinginan AHY
Sekitar 2 Jam yang laluBuntut Sosok Misterius Lempari Mobil Pengendara, Polisi di Ciamis Gencar Patroli
Sekitar 2 Jam yang laluHadiri Acara NasDem, PPP Dapat Sinyal Ini dari Koalisi Perubahan
Sekitar 2 Jam yang laluKejagung Perpanjang Masa Tahanan 5 Tersangka Kasus BTS Kominfo 30 Hari ke Depan
Sekitar 3 Jam yang laluAHY: Kami Berikan Anies Kebebasan Memilih Cawapresnya
Sekitar 3 Jam yang laluPantun Sekjen PKS 'Goda' Airlangga Ajak Golkar Gabung Koalisi Perubahan
Sekitar 3 Jam yang laluVIDEO: Polisi Akui Salah, Patung Bunda Maria Ditutup Terpal Bukan Kasus Intoleransi
Sekitar 56 Menit yang laluBuntut Sosok Misterius Lempari Mobil Pengendara, Polisi di Ciamis Gencar Patroli
Sekitar 3 Jam yang laluAnggota Polisi Gorontalo Ditemukan Tewas di Dalam Mobil, Ada Luka Tembak di Dada Kiri
Sekitar 5 Jam yang laluPolisi Ingatkan Ormas Dilarang Sweeping Tempat Hiburan Malam Selama Ramadan
Sekitar 13 Jam yang laluVIDEO: "Papa Kangen" Isi Surat Sambo & Putri Candrawathi ke Anak Tercinta
Sekitar 1 Hari yang laluSepucuk Surat Ferdy Sambo & Putri untuk Si Bungsu yang Ultah, Ada Pesan Haru
Sekitar 1 Hari yang laluPutra Bungsunya Ulang Tahun, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Tulis Pesan Haru
Sekitar 2 Hari yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 5 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 2 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 2 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluHasil BRI Liga 1: Persebaya Menang Dramatis atas Persikabo 1973, Paulo Victor Gacor!
Sekitar 1 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami