Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kenang Alfred Russel Wallace di Sulawesi, Pemkot Bitung Resmikan Monumen

Kenang Alfred Russel Wallace di Sulawesi, Pemkot Bitung Resmikan Monumen Pemkot Bitung Bangun Monumen Kenang Alfred Russel Wallace. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Alfred Russel Wallace dikenal sebagai penemu teori evolusi melalui seleksi alam dan membuat tulisan bersama Charles Darwin yang membahas subjek tersebut. Beliau dianggap sebagai “Bapak dari Biogeografi” - sebuah studi mengenai distribusi secara geografi dari flora dan fauna.

Alfred Russel Wallace (8 Januari 1823 –7 November 1913) adalah seorang naturalis, ahli biologi, penjelajah, geografer dan antropolog dari Britania Raya. Ia paling dikenal akan pemahamannya tentang teori evolusi melalui seleksi alam; tulisannya yang membahas tentang subjek tersebut diterbitkan bersamaan dengan beberapa tulisan Charles Darwin pada tahun 1858. Hal ini mendorong Darwin untuk mempublikasikan gagasannya sendiri dalam bukunya yang berjudul “Origin of Species” (Asal Usul Spesies). Wallace banyak melakukan penelitian lapangan, pertama-tama di lembah Sungai Amazon dan kemudian di Kepulauan Melayu (Nusantara), termasuk Celebes (Sulawesi). Observasinya yang tajam menyoroti keunikan dari biogeografi Sulawesi.

Di Indonesia, Wallace mengidentifikasi pembagian flora dan fauna yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace. Garis tak kasat mata ini melintang melewati di antara Bali dan Lombok ke arah utara di antara Borneo dan Sulawesi. Garis Wallace membagi kepulauan Indonesia menjadi dua bagian flora dan fauna yang berbeda: bagian barat terdiri dari fauna yang berasal dari Asia (primata, macan, harimau, gajah, badak, dsb) dan bagian timur terdiri dari fauna asal Australia (kakaktua, perkici, cendrawasih, marsupial, dsb).

Garis Wallace dan batasan biogeografi antara Papua dan Maluku kini didefinisikan sebagai area ekologis yang dikenal sebagai Wallacea. Wallacea dideskripsikan sebagai zona dengan persilangan flora dan fauna yang unik antara Asia dan Australia. Zona ini terdiri dari Sulawesi dan Kepulauan Maluku bagian utara, dan Kepulauan Nusa Tenggara bagian selatan.

Sekarang ini, zona tersebut dianggap sebagai salah satu dari titik dengan keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia, dimana spesies baru yang bahkan belum pernah ditemukan oleh peneliti sebelumnya masih bermunculan sampai hari ini. Dalam sejarah taksonomi,penamaan spesies hewan berdasarkan nama Wallace jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan nama-nama yang lain.

Wallace melakukan perjalanan ke wilayah Minahasa dari bulan Juni sampai September 1859. Ia mengunjungi Batuputih selama seminggu pada pertengahan September tahun 1859 untuk mencari spesimen Maleo - burung endemik Sulawesi - sebagai bahan koleksi di museum sejarah alam di Inggris. Populasi Maleo di Batuputih sekarang sudah punah karena telur-telur mereka diambil oleh masyarakat untuk dikonsumsi secara berlebihan. Namun sampai saat ini sebagian masyarakat masih mengingat tempat bersarang Maleo yang terletak di sepanjang garis pantai ini di masa lampau.

Wallace mencatat bahwa masyarakat setempat biasanya berjalan sejauh 50 km untuk mengumpulkan telur Maleo di Batuputih, sebuah desa nelayan yang didirikan oleh warga keturunan Kepulauan Sangihe-Talaud. Burung Maleo, termasuk sarang dan telur mereka, kini sudah dilindungi hukum Republik Indonesia.

35 tahun setelah kunjungan Wallace, seorang Belanda ahli botani Dr. Sijfert Koorders melakukan survei di hutan Minahasa secara ekstensif pada tahun 1894-1895, tetapi ia sendiri tidak sempat mejelajahi Tangoko. Beliau sudah mempelajari publikasi dari Wallace dan mereka berdua surat-menyurat menggenai beberapa hal.

Koorders juga sempat memberi nama sekelompok pohon di Sulawesi Wallaceodendron, sebagai tanda untuk menghormati Wallace. Dr. Koorders menjabat sebagai ketua Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsch-Indische Vereeniging tot Natuurbescherming), yang mengusulkan beberapa kawasan konservasi di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua. Meskipun Koorders tidak pernah survei hutannya sendiri, “Goenung Tongkoko-Batoeangoes” di resmikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai cagar alam pada 1919 karena memiliki "nilai ilmiah" berdasarkan flora dan fauna (Anoa, Babirusa dan Maleo).

Wallace sangat terpukau dengan Sulawesi karena keunikan formasi geologinya yang terbagi atas dua kawasan ekologi. Berdasarkan penelitiannya terhadap burung, serangga, mamalia, tumbuhan dan biota lainnya, ia bisa menjelaskan secara detail mengenai apa yang disebutnya sebagai “anomali dan eksentriknya sejarah alam di Sulawesi. Kata beliau, Sulawesi merupakan pulau yang kaya akan makhluk yang khas, banyak keistimewaan dan keindahan. Sejumlah fauna disini begitu luar biasa dan tidak ada duanya di belahan dunia yang lain.

Sulawesi adalah satu-satunya wilayah di Asia yang mempunyai baik primata (seperti ragam spesies tarsius dan macaca) dan marsupial (seperti ragam spesies kuse kerdil dan kuskus beruang). Kita bisa melihat apa yang menjadi inspirasi di balik konsep biogeografi Wallace dan evolusi dari seleksi alam :

“Maka dari itu, Sulawesi menunjukkan kepada kita bukti nyata mengenai pentingnya kita mempelajari distribusi geografis fauna.”

Monumen ini didirikan oleh pemerintah kota Bitung dan diresmikan pada tanggal 20 Februari 2019 nanti sebagai peringatan berdirinya 100 tahun cagar alam Tangkoko-Batuangus, mengenang perjalanan dan sumbangan ilmu dari Alfred Russel Wallace, serta perayaan 150 tahun terbitnya tulisan beliau.

"Monumen ini juga sekaligus menjadi simbol keunikan satwa endemik di Sulawesi serta menjadi peringatan bahwa mengkonsumsi satwa liar asli secara berlebihan bisa berujung pada kepunahan," demikian rilis yang diterima merdeka.com dari Pemkot Bitung.

Kota Bitung merasa bangga karena sejak kunjungan Wallace hingga hari ini, Batuputih mampu menarik para ilmuwan dan pelajar dari seluruh belahan dunia untuk mempelajari keunikan dan kekayaan serta keanekaragaman hayati Sulawesi Utara di Tangkoko. Fungsi lain dari monumen adalah sebagai simbol untuk melindungi dan menghormati warisan alam kita sampai ke generasi yang akan datang.

(mdk/paw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Arkeolog Temukan Sedotan Tertua di Dunia Berusia 5.500 Tahun, Panjangnya Hampir 1 Meter

Arkeolog Temukan Sedotan Tertua di Dunia Berusia 5.500 Tahun, Panjangnya Hampir 1 Meter

Studi terbaru menemukan, tabung ramping yang terbuat dari emas dan perak yang diciptakan pada Zaman Perunggu menjadi sedotan minuman tertua di dunia.

Baca Selengkapnya
Penemuan Spesies Baru Ular yang Tiba-Tiba Muncul di Pohon, Ilmuwan Langsung Teliti

Penemuan Spesies Baru Ular yang Tiba-Tiba Muncul di Pohon, Ilmuwan Langsung Teliti

Di selatan Provinsi Yunnan, Tiongkok terdapat sebuah penemuan yang menarik telah menggemparkan para ilmuwan saat ular baru muncul di atas pohon setinggi 2 kaki.

Baca Selengkapnya
Situs Batu Batikam, Lambangkan Pentingnya Perdamaian dalam Kehidupan Masyarakat Minangkabau

Situs Batu Batikam, Lambangkan Pentingnya Perdamaian dalam Kehidupan Masyarakat Minangkabau

Lubang yang ada di Batu Batikam itu merupakan simbol dari perdamaian antar suku yang tengah berkuasa pada saat itu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Melawan, Bandar Coba Tabrak Polisi Pakai Mobil Berujung Didor & Ditangkap, 10 kg Sabu Disita

Melawan, Bandar Coba Tabrak Polisi Pakai Mobil Berujung Didor & Ditangkap, 10 kg Sabu Disita

Dari kasus ini polisi juga mendalami informasi peredaran sabu di salah satu lapas di Sumatera Utara.

Baca Selengkapnya
Camat di Sumsel Dipergoki Konsumsi Sabu, Digerebek Setelah Kurir Narkoba Keluar dari Ruang Kerja

Camat di Sumsel Dipergoki Konsumsi Sabu, Digerebek Setelah Kurir Narkoba Keluar dari Ruang Kerja

Seorang camat di Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, inisial B, ditangkap polisi saat mengonsumsi sabu di ruang kerjanya.

Baca Selengkapnya

"Kapsul Waktu" Berusia 4.500 Tahun Ditemukan di Lahan Gambut, Isinya Bikin Melongoya Bikin Melongo

Temuan ini berasal dari Zaman Neolitikum dan Zaman Perunggu.

Baca Selengkapnya
5 Pedang Kuno Berusia Ribuan Tahun yang Ditemukan Arkeolog

5 Pedang Kuno Berusia Ribuan Tahun yang Ditemukan Arkeolog

Semuanya memiliki nilai sejarah yang tinggi dan informasi tentang persenjataan di masa lampau.

Baca Selengkapnya
Keluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal

Keluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal

Keluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal

Baca Selengkapnya
Penampakan Hewan Keramat Penjaga Mata Air di Maluku, Posturnya Raksasa

Penampakan Hewan Keramat Penjaga Mata Air di Maluku, Posturnya Raksasa

Di Maluku, ada sebuah hewan yang sudah hidup berdampingan dengan warga selama ratusan tahun lamanya.

Baca Selengkapnya