Kemen PPPA Harap Kematian Anak karena Pembelajaran Daring Tak Terulang
Merdeka.com - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) turut turun tangan menyelidiki kematian bocah perempuan setelah dianiaya ibunda karena sulit belajar online.
Kemen PPPA melalui Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Lebak mengawal proses penyelidikan dilakukan polisi terkait penyebab orang tua korban tega melakukan aksi tersebut.
"Untuk saat ini dalam proses penyidikan, jadi enggak bisa ikut campur. Di awal kami dari Kementerian akan cek dengan pemerintah daerah setempat (P2TP2A) juga sudah ikut terlibat dan membuat laporan dengan kami," kata Deputi Bidang Perlindungan Anak Kemen PPPA Nahar saat dihubungi merdeka.com, Rabu (16/9).
Nahar berharap kasus serupa tak terulang. Menurut dia, guna mengantisipasi kekerasan terhadap anak selama sistem pembelajaran jarak jauh atau daring Kemen PPPA telah berkoordiasi dengan Kemendikbud dan beberapa kementerian lain.
Nahar menjelaskan, koordinasi itu salah satunya dengan menyusun kebijakan regulasi terkait pola asuh anak. Selain itu juga ada diskusi mengenai protokol pengasuhan dan penanganan kekerasan.
"Sudah dikomunikasikan dengan Kemendikbud, beberapa hal yang kami waspadai. Ini kan kasus kejadiannya tidak terlaporkan, lapor polisi sebagai alibi dan dengan gerak cepat kepolisian akhirnya mengungkap ada persoalan di rumah. Bisa jadi ini posisi anak lagi belajar, kedua mungkin pada saat melakukan kekerasan ada faktor pemicu lain atau tidak, sehingga anak jadi bahan pelampiasan ini yang terus didalami sehingga tahu polanya," kata dia.
Kementerian PPPA menghimbau untuk orangtua, sekolah, dan guru untuk lebih sering melakukan pemantauan selama proses belajar di rumah. Dia mengatakan, ketika di sekolah tatap muka, orang tua yang mengawasi karena tidak menutup adanya kekerasan di sekolah.
Sebaliknya, imbuh dia, untuk kondisi saat ini, guru diingatkan untuk mengecek kondisi anak-anaknya selama di rumah, misalnya seminggu sekali melakukan semacam evaluasi bagaimana kesulitan dan persoalan dihadapi siswa ketika belajar di rumah.
Catatan KPAI
Sementara itu, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengungkapkan kesabaran orang tua memberikan bimbingan belajar di rumah selama pandemi Covid-19 menjadi modal utama agar anak tetap semangat dalam belajar. Dia mengatakan, jika selama proses belajar di rumah anak mengalami kekerasan fisik dan psikis malah mempersulit memahami pelajaran.
KPAI mengingatkan para orangtua dan guru agar selalu membangun komunikasi selama kegiatan belajar daring. KPAI juga meminta agar jangan memberikan tugas yang terlalu berat kepada anak khususnya anak SD kelas 1-3 yang mungkin saja baru belajar membaca dan belajar memahami bacaan.
"Kekerasan bukan hanya selama PJJ pastilah ada seperti ditunjukan juga oleh survey KPAI pada Juni lalu dengan responden anak sebanyak 2.500-an. Namun bukan melulu soal PJJ. Kalau dorongan untuk evaluasi perbaikan PJJ fase dua sudah disampaikan kepada Kemendikbud dan Kemenag untuk meringankan beban para guru, orangtua, dan siswa selama PJJ secara online,” ujar Retno.
Survei KPAI PADA 8-14 Juni 2020 dengan responden anak sebanyak 25.164 orang menunjukan bahwa terjadi kekerasan psikis dan fisik selama pandemi terhadap anak dengan pelaku dari keluarga terdekat seperti ayah, ibu, kakak/adik, saudara lainnya, kakek/nenek, asisten rumah tangga.
KPAI mencatat beberapa bentuk kekerasan fisik terhadap anak selama pandemi diantaranya dicubit (23%), dipukul (9%), dijewer (9%), dijambak (6%), ditampar (3%), bahkan diinjak (2%). Sedangkan kekerasan psikis dimarahi (56%), dibandingkan dengan anak lain (34%), dibentak (23%), diancam (4%).
Retno menambahkan permasalahan tidak hanya dilatarbelakangi oleh kondisi psikologi dan masalah ekonomi orang tua si anak, tetapi juga pada guru, sekolah, dan dinas pendidikan untuk tidak terlalu berat memberi tugas kepada siswanya, harus disesuaikan dengan kondisi anak dan psikolog anak didik.
"Penggratisan internet dan penyederhanaan kurikulum untuk meringankan beban guru, orang tua, siswa dalam PJJ online. Itu yang paling diperlukan meringankan beban itu, kalau beban berkurang stress akan menurun, sehingga diharapkan tidak ada lagi kekerasan," tandasnya.
Reporter Magang: Febby Curie Kurniawan
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PBB: 2023 Jadi Tahun Penderitaan, Banyak Orang Tertindas Kemiskinan dan Kelaparan
Kata Gueters, orang-orang semakin tertindas akibat meningkatnya kemiskinan dan kelaparan.
Baca SelengkapnyaPerempuan Tua yang Tewas di Bekasi Diduga Korban Pembunuhan
Dugaan itu setelah polisi melakukan penyelidikan dan olah TKP.
Baca SelengkapnyaPolisi Masih Kesulitan Gali Keterangan Cahaya, Anak Asal Sumbar Korban TPPO Dibuang di Jakut
Pemprov Sumbar telah memberikan pendampingan kepada Cahaya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Heboh Kepala Puskesmas di Palembang Larang Anak Buah Hamil & Wajibkan Terus Kerja Tanpa Istirahat
Kepala puskesmas juga menahan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menjadi hak pegawai.
Baca SelengkapnyaKetua KPU Ingatkan Pentingnya Mencoblos: Satu Suara Sangat Menentukan
Pemilih adalah penentu terhadap siapa yang akan menduduki jabatan.
Baca SelengkapnyaPenangkapan Terduga Teroris Dinilai Beri Rasa Aman Bagi Masyarakat
Penangkapan di beberapa tampat baru-baru ini semakin menguatkan rasa aman bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaBelasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita
Belasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita
Baca SelengkapnyaAkhirnya Terungkap, Ini Penyebab Ayah dan Anak Tewas Membusuk di Koja
Polisi resmi menghentikan perkara ini usai merampung investigasi.
Baca SelengkapnyaDitemui Keluarga Pelaku, Orangtua Remaja Perempuan Korban Penganiayaan di Ciputat Tolak Damai
Nida bersama suaminya kemudian membuat laporan Polisi.
Baca Selengkapnya