Merdeka.com - Kebiasaan sekelompok orang termasuk sebagian warga di daerah Sulawesi Utara yang sering mengonsumsi daging hewan ekstrem ternyata cukup berisiko terhadap kesehatan. Pemerhati lingkungan dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Prof Willie Smits, mengingatkan bahwa kebiasaan tersebut bahkan bisa berdampak kematian bagi para penggemar daging hewan tak lazim ini.

"Di Sulawesi Utara banyak terjadi orang yang makan yaki (sebutan warga lokal untuk monyet), ular, tikus, kelelawar, anoa. Padahal mereka tidak tahu jika pada yaki banyak terdapat penyakit yang dapat terjangkit pada manusia seperti TB, Hepatitis, ada virus-virus lain, ada cacingnya yang dapat membunuh manusia," jelas Smits kepada wartawan di Meximo Caffe Manado, Rabu (16/4).

Tak jauh-jauh, sebagai pecinta satwa, dicontohkannya, dirinya sendiri pernah terjangkit salah satu penyakit berbahaya tersebut. Beruntung nyawanya bisa selamat melalui proses chemoteraphy.

Dia tak sependapat jika kebiasaan memakan hewan liar merupakan faktor budaya maupun kebiasaan yang telah mengakar pada warga Minahasa, Sulawesi Utara.

"Tidak ada budaya yang mengajarkan memakan segala macam binatang. Bahkan kalau ada anak yang terjangkit penyakit akibat hewan tersebut apakah itu yang dinamakan budaya?" tegas dia.

Mantan staf ahli Menteri Kehutanan ini bahkan menyayangkan populasi Anoa, hewan endemik Pulau Sulawesi yang hampir punah akibat perburuan ilegal yang dilakukan tangan-tangan tak bertanggungjawab.