Kasus simulator SIM, Rp 1,5 miliar mengalir ke Itwasum Polri
Merdeka.com - Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri diduga menerima aliran dana sebesar Rp 1,5 miliar untuk memenangkan PT Citra Mandiri Metalindo Abadi dalam proyek pengadaan simulator uji klinik roda empat, di Korps Lalu Lintas Polri pada 2011. Fakta itu terungkap dalam surat dakwaan terdakwa kasus korupsi simulator Djoko Susilo hari ini.
Dalam surat dakwaan dibacakan oleh anggota tim Jaksa Penuntut Umum, Pulung Rinandoro, lantaran nilai pengadaan simulator roda empat pada tahun anggaran 2011 lebih dari Rp 100 miliar, yakni Rp 127,5 miliar, maka Kapolri Jenderal Timur Pradopo, sebagai Pengguna Anggaran, yang berwenang menetapkan pemenang lelang. Sebelum diteken, Ketua Panitia Lelang pengadaan simulator, Ajun Komisaris Besar Polisi Teddy Rusmawan, membuat nota dinas yang diparaf Djoko, soal usulan PT CMMA jadi pemenang lelang.
"Selanjutnya, Kapolri memerintahkan Itwasum Mabes Polri yang beranggotakan Wahyu Indra P., Gusti Ketut Gunawa, Grawas Sugiharto, Elison Tarigan, dan Bambang Rian Setyadi melakukan pre audit terhadap proyek pengadaan simulator roda empat," kata Pulung saat membacakan berkas dakwaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa (23/4).
Atas perintah Kapolri dan usulan terdakwa, tim Itwasum melakukan proses pre audit proyek pengadaan simulator roda empat, pada 7 sampai 9 Maret 2011. Surat perintah pre audit diteken oleh wakil Itwasum Mabes Polri, Rismawan.
Pada 9 Maret 2011, Direktur PT CMMA, Budi Susanto, meminta Direktur PT Inovasi Teknologi Indonesia, Sukotjo Sastronegoro Bambang, melakukan demo teknis di hadapan seorang anggota Itwasum, Gusti Ketut Gunawa, seorang anggota panitia lelang Wandy Rustiwan, dan petugas BPK, di pabrik PT CMMA Jalan Narogong Raya kilometer 11,5, Bantar Gebang, Bekasi. Usai demo teknis, Wandy bertemu Sukotjo dan mengatakan keberatan lantaran penetapan harga dilakukan setelah menang lelang.
Usai demo teknis, Budi Susanto meminta uang Rp 50 juta kepada Sukotjo. Duit itu diberikan kepada Gusti, dan meminta kepada Sukotjo agar esok harinya menyampaikan surat penawaran produksi driving simulator.
Sehari kemudian, Sukotjo menemui Budi dan menyerahkan surat penawaran produksi simulator roda empat, seharga Rp 80 juta per unit. Saat itu, Budi meminta uang Rp 1 miliar kepada Suktjo buat diberikan kepada Itwasum.
"Saya minta Rp 1 miliar lagi untuk Itwasum. Kita enggak bisa ambil uang lain-lain lagi. Jadi perintah Kakor (Djoko) uang Rp 1 miliar dari kamu," ujar Jaksa Pulung menirukan perkataan Budi ke Sukotjo.
Namun, menurut Sukotjo, saat itu dia tidak memiliki uang Rp 1 miliar. Dia pun meminta Sukotjo menalangi dulu uang itu.
Kemudian, pada 14 Maret 2011, Budi meminta uang kepada Sukotjo Rp 1,5 miliar, buat diberikan ke tim Itwasum Polri. Sukotjo pun menyerahkan duit itu kepada tim Itwasum Mabes Polri. Setelah fulus itu diterima, Itwasum memenangkan PT CMMA dalam proyek pengadaan simulator roda empat.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban dijanjikan menjadi tentara dan pelaku meminta uang ratusan juta rupiah dari keluarga.
Baca SelengkapnyaOTT terkait kasus dugaan korupsi pemotongan insentif ASN Sidoarjo yang mencapai Rp2,7 Miliar.
Baca SelengkapnyaModus pelaku, berpura-pura memesan dan meminta diantarkan ke suatu tempat. Tetapi dalam perjalanan dihabisi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Driver ojol mengeluhkan sistem mitra dengan aplikator yang dinilai banyak merugikan
Baca SelengkapnyaPolisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca SelengkapnyaSeorang siswi SMP di Lampung inisial NA, disekap dan diperkosa secara bergilir oleh 10 pria selama tiga hari.
Baca SelengkapnyaMenteri BUMN, Erick Thohir selaku RUPS memberhentikan dengan hormat Komjen. Pol. (Purn) Ari Dono Sukmanto.
Baca SelengkapnyaTimnas Anies-Muhaimin (AMIN) memberikan pendampingan hukum bagi juru bicaranya Indra Charismiadji, yang ditangkap Kejaksaan
Baca SelengkapnyaKorupsi yang diduga dilakukan Budi Said di Antam ditaksir mencapai Rp1,1 triliun
Baca Selengkapnya