Merdeka.com - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi dalam keluarga Putri Balqis dan Bani Bayumi dan berujung di kepolisian, berdampak pada anak-anak mereka. Bani tidak bisa menemui ketiga anaknya. Semua akses ditutup oleh sang istri, Balqis. Sejak tiga bulan lalu, Bani tidak lagi bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya.

Sejak pertengkaran besar di Februari 2023, Balqis pergi meninggalkan rumah membawa ketiga anaknya. Bani tidak mengetahui kejadian itu karena sedang istirahat usai bertengkar hebat dengan Balqis.

"Istrinya kemudian pergi ke meja makan untuk alasan mengambil air minum. Pada saat itu, klien saya di kamar. Ternyata klien saya dikunci dari luar, dikurung di kamar. Setelah itu sang istri pergi membawa ketiga anak sampai saat ini," kata kuasa hukum Bani, Eka Sumanja di Cinere, Depok pada Jumat (26/5) malam.

Menurut kuasa hukum Bani, konflik ini berimbas pada akademis anak-anak. Mereka tidak datang ke sekolah sejak pertikaian antara orang tuanya.

"Tidak sekolah, nilai anjlok, ini akan kita sangat perhatikan."

Bani tetap membayar uang sekolah anak-anaknya. Menurut Eka, kliennya tidak pernah terlambat membayarkan uang sekolah walau dipersulit bertemu anak-anak.

"Selama tiga bulan klien kita dipersulit bertemu dengan anak, tapi selalu membayarkan biaya sekolah rutin. Tiap bulan tidak pernah telat, meskipun klien kita dipersulit bertemu dengan anak. Pada prinsipnya klien kita sangat sayang ketiga anaknya lebih dari apapun," tegasnya.

Baru Tahu Jadi Tersangka saat Lapor Polisi

Bani pun membuat laporan di Polres Depok pada 9 Maret 2023 atas dugaan KDRT. Bani tidak tahu kalau istrinya sudah lebih dulu melaporkan dirinya. Bani baru tahu kalau dia dilaporkan, ketika sudah berada di Polres Depok.

"Hingga akhirnya proses pemeriksaan tetap dijalankan oleh polisi, dan pada akhirnya klien kita ditetapkan sebagai tersangka lebih dahulu daripada sang istri,"

Bani keberatan dengan status tersangka. Dia merasa sebagai korban atas tindakan sang istri. Menurut sang kuasa hukum, kliennya berupaya kooperatif. Kliennya juga berupaya mengajukan restorative justice (RJ) ke Polres Depok.

“Dan Kemudian di tanggal yang telah ditentukan Polres, kita hadir namun Balqis tidak hadir. Saya tidak tahu alasannya apa. Yang pasti tidak hadir. Dan panggilan pada saat penyelidikan hadir, tidak hadir selang seling kemudian saat naik sidik hadir tidak hadir, sebenarnya itu wilayah polres untuk memutuskan penetapan tersangka,” akunya.