Jagong Gayeng, Cara Warga Kudus Berembuk Mencari Solusi
Merdeka.com - Sudah dua tahun Desa Lambangan dan sejumlah desa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menerapkan Jagong Gayeng, yaitu pola pembinaan yang dilaksanakan dalam bentuk dialog, dikemas santai dan tanpa sekat guna membahas permasalahan yang dihadapi warga beserta solusinya.
Kepala Satuan Polisi (Kasatpol) Pamong Praja (PP) Kudus, Kholid MM menerangkan Jagong Gayeng yang dilaksanakan sejak tahun 2020, dan telah memasuki putaran ke-50 ini untuk membangkitkan semangat dan mengembalikan marwah atau kewibawaan satuan perlindungan masyarakat (Satlinmas).
"Kegiatan inovatif ini menjawab bahwa Satlinmas khususnya Satlinmas di Kabupaten Kudus tidak seperti yang digambarkan dalam sinetron atau tayangan televisi, yang selalu dijadikan bahan lelucon dan bahan bully-an. Satlinmas justru menjadi pilar dan garda terdepan di masyarakat dalam menjaga ketentraman, ketertiban, dan keamanan masyarakat," kata Kholid, Kudus, Senin (21/3).
Dengan adanya kegiatan Jagong Gayeng, anggota Satlinmas dinilai lebih semangat dalam melaksanakan tugas, dan juga menjadi motor penggerak dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.
"Tidak kalah penting Satlinmas menjadi ujung tombak dalam pencegahan, penangan dan proses evakuasi korban jika terjadi bencana, dan juga terlibat aktif dalam pencegahan dan penanganan wabah Covid-19 di daerahnya. Satlinmas juga menjadi andalan pemerintah dalam mendeteksi adanya potensi kerawanan dan konflik sosial di tengah masyarakat," tuturnya.
Sementara itu, Aparatur Bidang Linmas pada Satpol PP Kudus Hasan menuturkan selain Jagong Gayeng, di Kudus juga dibentuk Satlinmas Avatar yang merupakan satuan-satuan kecil Satlinmas berkemampuan teknis dalam penanganan kebencanaan.
"Saat ini terdapat 162 anggota Satlinmas Avatar yang terdiri dari 100 anggota Satlinmas Air, 31 anggota Satlinmas Air dan 31 anggota Satlinmas Tanah dan tentu saja yang sudah pasti keberadaan Satgas Linmas Kabupaten Kudus yang merupakan amanat Permendagri 26 tahun 2020," imbuh Hasan.
Fadly Elwa Purwansyah, selaku Kepala Subdirektorat Perlindungan Masyarakat pada Direktorat Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan, Kementerian Dalam Negeri mengatakan, kearifan lokal seperti Jagong Gayeng merupakan subjek penting yang harus dimanfaatkan dalam membangun masyarakat, salah satunya dengan memberdayakan komunitas.
"Kearifan lokal ini juga memiliki fungsi adaptasi, pengembangan, dan pertahanan nilai-nilai tertentu di masyarakat. Oleh karena itu apa yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam penyelenggaraan linmas dan pembinaan Anggota Satlinmas melalui pendekatan kearifan lokal, dapat dijadikan salah satu role model yang bisa diterapkan di kabupaten kota seluruh Indonesia," tutur Fadly.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jalan di Kampung Ini Bersih dan Mulus Banget Karena Sering Dipel, Viewnya Menakjubkan Bikin Melongo
Warga Kampung Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawua, Kabupaten Subang Jawa Barat, bahu membahu membersihkan jalan raya dengan cara mengepel.
Baca Selengkapnya6 Hal yang Tanpa Disangka Bisa Jadi Penyebab Munculnya Bau Badan
Munculnya bau badan merupakan persoalan yang sering dialami oleh banyak orang dan bisa mengganggu kepercayaan diri serta interaksi sosial.
Baca SelengkapnyaHeboh Gundukan bak Gunung Baru Muncul Usai Gempa Bawean Jatim, Ini Penjelasan Ahli
Gundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bawaslu Temukan Pelanggaran, 23 TPS pada 13 Daerah di Jateng Harus Gelar Pemungutan Suara Ulang
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah menemukan sejumlah pelanggaran hari pencoblosan Pemilu 2024, Rabu (14/2).
Baca SelengkapnyaDuduk Perkara Kampanye Gibran di Maluku Berujung Dugaan Pelanggaran
Kampanye Gibran di Maluku melibatkan sejumlah kepala desa.
Baca SelengkapnyaCurhat Pengungsi Gempa Bawean: Bantuan Lambat, Letak Dapur Umum Sangat Jauh
Kebutuhan makan para pengungsi yang berada di pedesaan cukup memprihatinkan lantaran ketiadaan dapur umum.
Baca Selengkapnya3 Pekan Kampanye, Bawaslu Jabar Temukan 10 Jenis Dugaan Pelanggaran
Sejak tahapan kampanye Pemilu 2024 dimulai pada 28 November 2023, Bawaslu Jawa Barat mencatat 10 jenis dugaan pelanggaran di 22 kota dan kabupaten.
Baca SelengkapnyaDesa Ini Lokasinya di Pinggir Jurang Tapi Padat Penduduk, Pemandangannya Ternyata Indah Banget
Meski berada di tepi jurang, namun perkampungan tersebut padat penduduk.
Baca SelengkapnyaMenguak Jejak Kejayaan Perkebunan Kapuk di Tanah Jawa, Dulu Mampu Memenuhi 85 Persen Kebutuhan Kapuk Dunia
Industri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.
Baca Selengkapnya