Insiden Saksi Dianiaya, DPR Nilai Reformasi Kultural di Polri Belum Berjalan Baik
Merdeka.com - Penganiayaan saksi kasus pembunuhan saat dimintai keterangan di Polsek Percut Sei Tuan disesalkan banyak pihak. Apalagi, peristiwa itu terjadi hanya selang beberapa hari setelah HUT Bhayangkara.
"Jadi memang ini sangat menyakitkan dan menyesakkan dada, karena kejadian ini selang beberapa hari setelah polisi merayakan ulang tahunnya. Yang seharusnya lebih baik. Apakah mereka tidak mendengar pidato dari Presiden, pidato dari Kapolri tentang reformasi kultural," ujar Anggota Komisi III DPR, M Nasir Djamil saat dihubungi merdeka.com, Jumat (10/7).
Menurutnya, insiden yang dialami Sarpan menjadi bukti bahwa reformasi di kepolisian belum berjalan dengan baik, sebagaimana yang diinstruksikan Presiden Joko Widodo.
"Jadi reformasi kultural itu belum berjalan dengan baik. Jadi perilaku yang cenderung menggunakan kekerasan itu kerap dilakukan oleh oknum oknum kepolisian. Nah, Oleh karena itu ini menjadi alarm bagi Kapolri dan jajarannya untuk evaluasi pola pembinaan dan pengawasan yang berjenjang di kepolisian," imbuhnya.
Kasus ini, sambung Nasir, seharusnya tamparan keras bagi institusi kepolisian agar segera membenahi sistem. Di samping, penerapan sanksi tegas kepada oknum yang menyimpang.
"Kepada mereka karena apapun tindakannya yang seharusnya mengayomi dan melindungi kok justru sebaliknya. Memang ini dibandingkan dengan polisi yang baik juga masih banyak sebenarnya. Tapi gara-gara kejadian ini seperti pepatah, gara-gara noda setitik rusak susu sebelanga. Gara-gara aksi koboi mereka itu, ikut rusak institusi yang malu itu juga kan polisi," imbuh Nasir.
Instruksi Presiden Jokowi untuk Reformasi Polri
Padahal pada HUT Bhayangkara ke-74 di Istana Negara, Rabu (1/7), Presiden Joko Widodo menginstruksikan reformasi Polri dalam menjaga kehormatan instansi dan kepercayaan masyarakat selama bertugas.
"Terus lakukan reformasi diri secara total dan bangun sistem dan tata kelola yang partisipatif, transparan, dan, akuntabel," ujar Jokowi.
Jokowi memerintahkan kepada Polri untuk memegang teguh nilai Tribrata dan Catur Prasetya untuk perubahan kultur kerja yang baik dalam diri Polri.
"Terapkan strategi proaktif dan humanis dalam menangani masalah sosial di masyarakat," tegas Jokowi.
Pesan serupa juga disampaikan Kapolri Jenderal Idham Azis. Dia ingin agar anggotanya tetap menjaga soliditas internal dengan baik, sebagaimana pesan dari Presiden Joko Widodo.
"Pada akhirnya sesuai dengan pesan Presiden, marilah kita menjaga soliditas internal kita dengan baik," kata kata Idham di Mabes Polri.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melalui akun media sosialnya, Kapolri menyebut NU menjadi salah satu pilar bangsa dalam mengisi kemerdekaan
Baca SelengkapnyaRambut gondrong dan kumis tebal. Sekilas, mungkin tak ada yang percaya profesi dari pria ini adalah polisi.
Baca SelengkapnyaPolri melihat sejauh ini keamanan dan ketertiban masyarakat kondusif lantaran kolaborasi dan koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat berjalan baik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Eks Kabareskim Polri ini berharap agar semuanya dapat berjalan dengan lancar.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaKapolda memutuskan terhitung mulai 31 Januari 2024, Bripka NA diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas Bintara Polri.
Baca SelengkapnyaMabes Polri tengah menyiapkan pembentukan Direktorat Siber. Direktorat baru ini akan ditempatkan pada delapan Polda.
Baca SelengkapnyaImbauan itu sesuai dengan perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Baca SelengkapnyaKapolri percaya atas semua proses penyidikan yang dilakukan Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto
Baca Selengkapnya