Merdeka.com - Siapa yang akan menggantikan Sultan Hamengku Buwono X masih menjadi tanda tanya besar. Seperti diketahui, Sri Sultan HB X tidak memiliki keturunan laki-laki. Lantas siapa penerusnya menjadi raja Yogya.

Pertayaan itu belum bisa terjawab. Pada awal pekan bulan ini, Sri Sultan telah membacakan sabda tama atau amanat Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta. Dalam sabda tama yang berisi 8 butir itu, Sultan menyatakan, tidak seorang pun kecuali Raja yang bisa memutuskan atau berbicara tentang Keraton Yogyakarta, terutama terkait suksesi takhta keraton.

Sultan mengeluarkan sabda tama terkait pembahasan Raperda Istimewa (Raperdais) DIY tentang Tata Cara Pengisian Jabatan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur. Hal ini dianggap sesuatu yang sangat krusial bagi keraton Yogyakarta karena mengenai siapa calon penerus takhta setelah Sultan HB X.

Sebelum sabda tama dikeluarkan, Sultan dikabarkan berselisih pendapat dengan tiga adiknya, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo, dan GBPH Yudhaningrat soal isi Rancangan Raperdais. Di mana isi Raperdais itu, calon gubernur dan calon wakil gubernur DIY wajib menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat, antara lain: riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri, dan anak.

Kata istri dalam kalimat Raperdais tersebut dinilai Sultan sangat diskriminasi terhadap perempuan. Dengan kata lain, dalam Rancangan Raperda tersebut Gubernur dan Wakil Gubernur DIY hanya boleh dijabat oleh laki-laki saja. Artinya keturunan Sultan sendiri bisa jadi tidak akan menjadi penerus takhta.

Di tengah gonjang-ganjing siapa penerus Sultan HB X, banyak spekulasi muncul. Nama-nama calon kuat pengganti Sultan mulai mengerucut.

Dosen Fakultas Politik Pemerintahan UGM, Bayu Dardias K memperkirakan hanya ada tiga kandidat kuat yang memungkinkan menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tiga kandidat tersebut merupakan kandidat terkuat dari 18 kandidat yang ada.