Ingin punya rumah di Jakarta harus punya gaji minimal Rp 7 juta
Merdeka.com - Harga rumah di wilayah Jakarta dan sekitarnya sudah mencapai angka di atas Rp 300 juta. Harga selangit itu membuat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak mampu menjangkau.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ali Tranghanda, pengamat properti dari Indonesia Property Watch (IPW). Dia mengatakan, untuk bisa mencicil rumah di wilayah Jakarta dan sekitarnya saat ini paling tidak harus punya penghasilan Rp 7,5 juta hingga Rp 10 juta.
Selain karena biaya cicilan yang mahal pembeli juga harus merasakan beban bunga KPR tinggi. Saat ini BI rate naik mencapai 7,75 persen.
"Dulu orang bisa mimpi buat beli rumah di sini. Sekarang mimpi pun rasanya mustahil," kata Ali, Jumat (13/2).
Harga rumah Rp 300 juta itu paling murah di Jabodetabek. Itupun untuk rumah minimalis dan tipe 36. Kalaupun mau mencari yang berada di kisaran harga ini, masyarakat harus mencarinya di pinggiran kota Jakarta seperti Depok, Parung, Bekasi, dan Cileungsi. Untuk MBR yang bekerja di tengah kota tentu harus mengeluarkan cost transportasi lebih besar jika membeli rumah di pinggiran Jakarta.
"Misalkan beli rumah di Parung, kerja di Jakarta, ongkosnya sehari bisa 50 ribu. Sebulan 20 hari kerja bisa habis 1 juta buat ongkos transport saja. Belum lagi makan, service kendaraan, dan pengeluaran lainnya," tutur Ali.
Di samping itu MBR juga harus membayar uang muka sebesar 30 persen dari harga beli. Misalkan harga belinya Rp 300 ribu, berarti MBR harus punya uang sebesar Rp 90 juta untuk membayar uang muka. Jadi kalau aman, menurut Ali, harus punya penghasilan paling tidak Rp 10 juta. Penghasilan Rp 7,5 juta itu sudah pas-pasan.
"Kalau sudah bicara MBR, solusi satu-satunya adalah pemerintah. Pemerintah harus effort lebih keras lagi untuk bisa membantu MBR. Ini kan memang persoalan kepentingan publik. Jadi pemerintah harus turun tangan," ujarnya.
Salah satu program pemerintah yang akan dijalankan adalah membangun sejuta rumah untuk rakyat kecil. Menurut Ali program tersebut hanya mimpi dan omong kosong. Sebab, dahulu pun pemerintah pernah membuat program serupa, yaitu akan membangun 200 ribu rumah untuk rakyat kecil. Tapi tidak terealisasi.
"Ngimpi, bangun sejuta rumah itu enggak gampang. Siapa yang mau membangun. Pemerintah harusnya punya kebijakan untuk menjamin harga tanah murah. Punya bank tanah. Jadi pengembang juga tidak ragu untuk membantu mewujudkan program tersebut," jelasnya.
Saat ini pemerintah, menurut Ali, belum menerapkan sistem bank tanah. Ini nantinya untuk menjamin pengembang agar aman untuk membangun perumahan rakyat. Jadi pengembang tidak perlu takut rugi karena tanah yang naik. Ada tanah yang harus dipatok harganya oleh pemerintah agar tidak naik. Selain itu pemerintah belum memiliki lembaga yang fokus mengurus pembangunan rumah untuk rakyat kecil.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baru Pertama Kali Kerja Mau Ambil KPR Rumah, Bisa Nggak Ya?
Perlu banyak persiapan dan pertimbangan finansial yang harus dilakukan terutama yang baru pertama kali bekerja.
Baca SelengkapnyaRumah Sederhana Ini Punya Fasilitas Menakjubkan, Buka Pintu Langsung Laut Cantik 'Orang Kaya Mah Lewat'
Meski sederhana, namun pemiliknya setiap hari dimanjakan dengan berbagai hal menakjubkan.
Baca SelengkapnyaKisah Ibu Asal Madiun Jualan Pentol Tepung Kanji di Rumah, Omzetnya Capai Rp6 Juta per Hari
Ia berhasil membeli tanah, membangun rumah, hingga membeli mobil
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Standar Hidup Layak di Jakarta Rp15 Juta per Bulan, Pengeluaran Terbesar di Sewa Rumah dan Tagihan Listrik
Pengeluaran terbesar lainnya ada di komoditas operasional kendaraan seperti bensin.
Baca SelengkapnyaPantang Nyerah Walau Pernah Rugi, Ini Cerita Ibu Rumah Tangga di Bogor Usaha Kue Sederhana Omzetnya Capai Rp 40 Juta
Bermula dari memajang kue di status, ibu rumah tangga ini raup cuan hingga puluhan juta rupiah.
Baca SelengkapnyaHore, Diskon Pajak Pembelian Rumah Harga Maksimal Rp5 MIliar Diperpanjang Sampai Akhir 2024
PPN DTP diberikan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) maksimal Rp2 miliar yang merupakan bagian dari harga jual paling banyak Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaKejagung Buka Suara Terkait Sosok HL, Pemilik Rumah di PIK Digeledah Dalam Kasus Korupsi Timah
Kejagung menyatakan banyak pihak yang keliru terkait sosok HL yang rumahnya digeledah penyidik.
Baca SelengkapnyaTernyata, Pengeluaran Rata-Rata Masyarakat Jakarta Hampir Rp3 Juta Setiap Bulan
Untuk pengeluaran komoditas non makanan mencakup perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, alas kaki, dan tutup kepala.
Baca SelengkapnyaFasilitasnya Apik! Rusun di Jakarta Timur Ini Biaya Sewanya Hanya Rp10 Ribu Per Bulan, Begini Potretnya
Fasilitasnya terbilang mewah, dengan ranjang tingkat yang empuk sampai toilet duduk.
Baca Selengkapnya