Imbas Virus Corona, Tradisi Unggahan Banokeling di Banyumas Digelar Terbatas
Merdeka.com - Masyarakat Adat Banokeling akan membatasi jumlah anak putu adat yang akan mengikuti tradisi unggahan jelang Ramadan di Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas. Pembatasan dilakukan untuk menghindari kerumunan guna mencegah penyebaran virus Corona.
Tradisi Unggahan biasanya dihadiri oleh ribuan trah Banokeling yang berkumpul di Desa Pekuncen. Komunitas adat ini akan melakukan selamatan besar-besaran dengan menyembelih puluhan hewan ternak kemudian ziarah massal ke Makam Kiai Banokeling.
Peserta yang hadir dari berbagai wilayah mulai dari Banyumas, Cilacap juga anak putu Banokeling yang merantau di berbagai tempat.
Ketua Komunitas Adat Banokeling, Sumitro mengatakan keputusan pembatasan tradisi unggahan merupakan hasil musyawarah adat pada Rabu (25/3) malam. Anak putu di luar Desa Pekuncen yang diperbolehkan ikut dalam unggahan cukup diwakili oleh kiai kunci.
Laku jalan kaki dari sejumlah wilayah Cilacap ke Desa Pekuncen yang jadi tradisi Banokeling ditiadakan. Sedangkan, anak putu yang merantau di luar kota dilarang untuk pulang menghadiri unggahan.
"Ini baru pertama kali terjadi memang. Tapi ini untuk kebaikan bersama," kata Sumitro, Kamis (26/3).
Semedi untuk Tangkal Corona
Sumitro bercerita, dalam sistem pengetahuan turun temurun di Banokeling, virus corona yang telah menjadi pandemi merupakan bentuk lain dari upas. Upas dalam pengertian masyarakat adat Banokeling yakni wabah atau racun dalam pengertian bahasa Banyumas. Wabah ini dipercaya terjadi karena ulah manusia merusak bumi atau lingkungan.
Demi menangkal upas, masyarakat adat banokeling melakukan pendekatan religius dengan semedi atau bertapa. Semedi ini dilakukan dengan menyepi di areal makam Banokleing oleh 6 kesepuhan yang merupakan pimpinan spiritual adat yakni kiai kunci dan para Bedogol. Semedi dilakukan sebagai penyuwunan atau permintaan pada sang pencipta untuk segera menghentikan wabah.
"Upas niku panase pitung panungkul (berhawa panas). Semedi untuk adang-adangan (penghadang) upas," kata Sumitro.
Virus atau upas yang telah mewabah begitu luas diyakini bisa dilawan dengan semedi menyepikan diri. Mendekatkan diri pada sang Pencipta untuk mengevaluasi segala perilaku yang membuat alam jadi marah.
"Di rumah saja baiknya selama wabah ini belum pergi. Lakukan semedi" jelas Sumitro.
Acara Tradisi di Banyumas Dibatalkan
Tak cuma Tradisi Unggahan Banokeling, sejumlah agenda budaya di Banyumas juga terpaksa harus dibatalkan imbas virus corona. Kepala Seksi Nilai Tradisi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Mispan menyebutkan, agenda tradisi yang ditiadakan tahun 2020 ini yakni pawai budaya Tawur Agung Kesanga dalam rangka Hari Raya Nyepi, Haul Syekh Makdum Wali dan kegiatan ziarah di Ndalem Santri Kutaliman.
Meski begitu, masih ada acara adat yang digelar seperti prosesi Jaro Rojab di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon pada 22 Maret lalu. Namun, ritual mengganti pagar di sekitar Masjid Saka Tunggal dilangsungkan terbatas, hanya melibatkan masyarakat adat setempat.
"Saat ganti pagar, masyarakat adat melakukan tapa bisu tanpa berbicara satu sama lain," kata Mispan.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaPerjalanan Hidup Anak Pemulung Hingga Punya 47 Cabang Kedai Cokelat, Gagal Berkali-kali tapi Tak Pernah Menyerah
Irham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaBuntut Rombongan Pesilat Bacok Warga di Lamongan, Para Orang Tua Menangis Sesali Perbuatan Anaknya
Mereka menyerang warga secara acak saat melintas jalan raya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hasilkan Empat Nada, Begini Uniknya Tradisi Menumbuk Padi oleh Ibu-ibu di Kampung Urug Bogor
Tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug benar-benar unik
Baca SelengkapnyaKini Mulai Tertelan Zaman, Ini Kisah Mbah Atmo Sang Pelestari Perajin Mainan Anak Tradisional di Bantul
Nenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaBansos Beras, Daging Ayam dan Telur Telan Anggaran Rp17,5 Triliun
Anggaran tersebut mencakup kucuran bansos hingga Juni 2024. Namun, Kemenkeu akan melakukan tinjauan setelah tiga bulan.
Baca SelengkapnyaBerbagai Atraksi Seni Budaya Siap Ramaikan Libur Lebaran di Banyuwangi
Ada beragam atraksi seni dan budaya yang dihelat dalam sepekan Lebaran di Banyuwangi.
Baca Selengkapnya50 Contoh Pantun Lucu yang Menghibur, Cocok untuk Cairkan Suasana Saat Berkumpul
Berikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.
Baca SelengkapnyaPenuh Haru! Nenek Asal Kebumen Ini Sempat Hilang selama 46 Tahun, Kini Bisa Bertemu Lagi dengan Anaknya
Nenek Satikem sempat "dibuang" oleh majikannya ke panti jompo di Bangka Belitung
Baca Selengkapnya