Merdeka.com - Pasca-jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, mitos seputar keangkeran Gunung Salak ramai menjadi perbincangan. Bahkan, sejumlah anggota TNI yang ikut dalam pencarian pesawat dan korban mengaku mengalami hal mistis di gunung yang menurut legenda menjadi tempat Prabu Siliwangi berubah wujud menjadi macan itu. Benarkah Gunung Salak angker?

Konsultan spiritual Feri Purwo mengatakan, hal mistis yang terjadi di Gunung Salak bukanlah sesuatu yang aneh. Sebab, Gunung Salak memiliki energi yang sangat kuat.

"Kalau yang kebaca selama ini memang di situ tingkat energinya banyak sekali. Banyak makhluk seperti itu di sana," kata Feri saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (18/5).

Menurut Feri, di Gunung Salak terdapat kehidupan mahluk lain yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Hal itu tidak dapat dihindari, karena lokasinya berada di tingkat kesunyian yang tinggi.

"Itu daerah sunyi dan berlembah dengan tingkat kelembaban tertentu dan memang banyak makhluk seperti itu," kata dia.

Namun demikian, Feri menolak jika Gunung Salak digolongkan menjadi tempat angker. Menurut dia, kawasan Segitiga Bermuda (Bermuda Triangle) yang berada di Samudera Atlantik, lebih angker ketimbang gunung yang berada di Jawa Barat itu.

"Kalau tempat itu (Segitiga Bermuda) memang angker, tarikan dia jauh lebih kuat. Di sana pesawat dan kapal hilang dan tidak berbekas. Kalau di Gunung Salak kan masih ditemukan," kata dia.

Lebih lanjut Feri mengatakan, semua tempat yang ada di muka bumi tak akan terlepas dari hal mistis, karena makhluk gaib ada di semua tempat.

"Tapi kategori angker itu tak bisa disamaratakan. Angker itu biasanya kalau ada makhluk yang sering mengganggu sekitarnya dan memiliki pengaruh energi negatif ke orang sekitarnya," kata dia.

Sementara, terkait seringnya para pendaki hilang di Gunung Salak, Feri mengatakan hal itu tidak bisa dijadikan bukti keangkeran Gunung Salak. Sebab, tidak ada upaya keras untuk mencari para pendaki yang hilang itu.

"Kalau memang di situ angker, maka pesawat yang jatuh dan korbannya tidak akan ketemu. Pendaki itu kan tidak dicari seperti hilangnya pesawat. Coba kalau dicari pasti ketemu," kata dia.

Karena itu, dia menilai berlebihan jika Gunung Salak disebut angker. "Karena kalau sudah masuk kategori angker orang tidak akan bisa darmawisata ke sana, dan tim SAR tidak akan bisa mencari ke sana," kata dia.