Merdeka.com - Meski berbagai upaya telah dilakukan, Kota Solo kembali gagal meraih penghargaan Adipura. Pengelolaan sampah lagi-lagi menjadi masalah mengganjal Solo meraih piala itu.

"Kita gagal menerima Adipura. Kota Solo hanya menerima sertifikat penghargaan Adipura saja," kata Pejabat Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Yulistianto, di Balai Kota, Selasa (24/11).

Kasi Pengembangan Kapasitas bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas Badan Lingkungan Hidup (BLH), Banny mengatakan, Solo sebenarnya masuk kategori kota besar dalam penilaian Adipura. Dari empat indikator dalam penilaian Adipura, yakni kebersihan dan keindahan, pencemaran udara, pencemaran air, serta pengelolaan sampah, poin terakhir gagal dilewati.

"Kami telah berupaya memperbaiki sejumlah indikator penilaian yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kami tak mampu berbuat banyak untuk memperbaiki indikator dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo masih menjadi indikator terburuk," kata Banny.

Menurut Banny, pengelolaan sampah TPA Putri Cempo masih menggunakan sistem open dupping. Padahal di masa kini mestinya sudah memakai sistem sanitary landfill. Dia menambahkan, sebenarnya poin didapat Kota Solo, yakni 73, sudah memenuhi standar penilaian Adipura kategori Kota Besar, jika mengacu pada basis penilaian tahun lalu.

"Ternyata tahun ini dinaikkan poinnya menjadi 75, sehingga Solo masih belum memenuhi," lanjut Banny.

Banny mengatakan, Kota Solo kalah dengan kota besar lainnya, seperti Semarang, Jakarta, Surabaya, dan Medan yang kali ini berhasil meraih penghargaan Adipura. Kota Solo tahun ini lagi-lagi hanya menerima piagam Adipura. Piagam ini diberikan kepada kota yang telah berupaya meningkatkan kualitas lingkungan.