Drone Emprit: Pola Hoaks, Isu Kesehatan Sebar Ketakutan & Politik soal Keberpihakan
Merdeka.com - Senior Analyst Drone Emprit Yan Kurniawan mengungkapkan saat ini masyarakat menyukai atau menikmati hoaks. Meskipun demikian tidak berarti bahwa masyarakat menyukai kebohongan.
Ada dua faktor yang mendorong masyarakat untuk menikmati hoaks. Faktor pertama karena ketakutan. Sementara faktor kedua karena keyakinan.
"Kalau karena ketakutan itu biasanya kayak di isu-isu kesehatan. Saya takut keluarga saya kena makanya saya kasih, saya sebar juga," ujar dia dalam diskusi daring Trijaya FM, Sabtu (23/10).
"Ada juga karena keyakinan. Pokoknya yang dilakukan Pak Jokowi salah. Jadi ada berita negatif tentang Pak Jokowi, langsung sebar," lanjut dia.
Menurut dia, tiap isu memiliki pola hoaksnya sendiri. Isu kesehatan lebih mengedepankan sisi ketakutan. Sedangkan, isu politik dan SARA mengedepankan keyakinan sama keberpihakan.
Dia pun menjelaskan, tinggi penyebaran hoaks tidak berarti bahwa konten-konten berkualitas tidak diminati. Konten berkualitas yang diproduksi oleh media mainstream tetap dibaca dan disebarkan, hanya saja lajunya tidak sekencang penyebaran hoaks.
"Konten investigasi itu keren cuma laju penyebarannya tidak sekencang hoaks. Ada pola masyarakat cepat menyebarkan hoaks tapi setelah tahu data itu hoaks dia tidak ikut klarifikasi. Ini yang kita sayangkan dan harus kita edukasi," ujar dia.
Bicara soal data penyebaran hoaks, dia menyampaikan sebuah fakta menarik. Pertama, dalam kurun waktu 2 tahun pemerintah Jokowi-Ma'ruf, ada sekitar 1,98 juta percakapan tentang hoaks di kanal Twitter. Kedua ada 50.000 artikel online yang membahas tentang hoaks.
Ada dua isu yang paling besar. Dua-duanya berkaitan dengan pandemi Covid-19. Pertama hoaks terkait Covid misalnya hoaks yang menyatakan Covid sebagai konspirasi. Kedua, hoaks terkait vaksinasi.
"Itu menarik karena di tahun-tahun sebelumnya tidak ada pola seperti itu. Yang ada hoaks didominasi oleh isu politik dan SARA," terang dia.
"Yang ngeri hoaks itu tidak lagi masuk di hanya kanal sosmed terbuka. Tapi juga di kanal tertutup seperti WhatsApp dan sebagainya," katanya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Datangi Warga, Polres Kampar Sosialisasi Tahapan Pemilu 2024 dan Ingatkan Jangan Terpancing Hoaks
Warga diminta tidak terpancing berita hoaks dan SARA terkait Pemilu.
Baca SelengkapnyaVIDEO: Klarifikasi Ganjar Beredar Cuitan Hoaks 'Karyawan Dipecat Dapat Bintang Empat'
Ganjar berharap agar perkembangan teknologi tidak digunakan untuk memproduksi hoaks.
Baca SelengkapnyaBegini Cara Polri Ajak Masyarakat Lawan Hoaks Terkait Pemilu
Polisi mengajak masyarakat untuk melawan hoaks terkait Pemilu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Polresta Pekanbaru Gandeng Diskominfo untuk Sosialisasi Pemilu & Tangkal Hoaks
Masyarakat diimbau untuk selalu mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya dan melaporkan hoaks kepada pihak berwenang.
Baca SelengkapnyaCEK FAKTA: Hoaks KPU Coret Gibran Sebagai Cawapres karena jadi Provokasi saat Debat Capres
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan
Baca SelengkapnyaPolresta Pekanbaru Ingatkan Warga Waspada Hoaks Menggunakan AI
Menurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaCEK FAKTA: Hoaks YLKI Bisa Bantu Lunasi Utang Pinjol
Tulus mengimbau kepada masyarakat untuk tidak percaya hoaks soal pelunasan pinjol oleh YLKI
Baca SelengkapnyaJadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaPolisi Ungkap YouTube, Facebook hingga TikTok Jadi Tempat Terbanyak Sebar Hoaks Pemilu 2024
YouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca Selengkapnya