Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ditolak ormas Islam, Tan Malaka justru dibanggakan Buya Hamka

Ditolak ormas Islam, Tan Malaka justru dibanggakan Buya Hamka Tan Malaka. Buku Dari Penjara ke Penjara

Merdeka.com - Sosok pahlawan nasional Tan Malaka mungkin tak setenar Bung Karno atau Bung Hatta di tanah air. Penyebabnya, sejak Orde Baru berkuasa, nama pahlawan yang berhaluan kiri 'dihilangkan' dari sejarah. Orde Baru melarang keras paham komunis setelah terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Padahal, Tan Malaka memiliki jasa yang besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ide dan pikiran yang dituliskannya dalam buku dan artikel dari daerah pembuangannya di luar negeri selalu menjadi bacaan para pejuang di tanah air seperti Bung Karno. Sebut salah salah satunya adalah 'Naar de 'Republiek Indonesia' atau 'Menuju Republik Indonesia' yang ditulisnya pada 1924-1925.

Meski pernah menjadi ketua PKI, Tan Malaka justru tak disukai oleh para elite-elite PKI. Penyebabnya, dia kerap berbeda pendapat dengan mereka soal langkah dan strategi perjuangan. Atas jasa-jasanya, Tan Malaka diangkat menjadi pahlawan nasional oleh Bung Karno pada 1962, atau 13 tahun setelah wafat.

Kini di era Reformasi, penolakan terhadap tokoh yang dijuluki sebagai Bapak Republik ini juga masih kerap terjadi. Salah satunya adalah penolakan terhadap pementasan monolog Tan Malaka yang sejatinya digelar, Rabu (23/3) malam lalu di IFI Bandung.

Karena ditolak sekelompok orang dari ormas Islam, acara itu alhasil dibatalkan. Mereka sudah mendatangi IFI sejak siang hari buat meminta agar pementasan tersebut tidak digelar.

Alasan penolakan ormas Islam yang tergabung dalam Forum Masyarakat Anti Komunis (FMAK) Bandung Raya itu yakni Tan Malaka adalah komunis. Karena itu tak pantas Tan Malaka dipentaskan.

"Kami sudah jelas, agar ini tidak dilaksanakan. Sudah jelas Tan Malaka itu memiliki paham kekirian," kata anggota FMAK, Dedi Subu yang juga Wakil Ketua Bidang Hisbah FPI Jabar di lokasi saat ditemui merdeka.com, Rabu (23/3).

Tak cuma kali ini saja, pada Februari 2014 lalu, rencana bedah buku dan diskusi Tan Malaka di C20 Library, Surabaya, Jawa Timur, juga dilarang oleh pihak Kepolisian. Penyebabnya, Front Pembela Islam (FPI) memprotes keras acara itu. Massa FPI bahkan menduduki depan C20 Library hingga malam hari untuk memastikan diskusi itu batal digelar.

Mereka tak peduli meski Tan Malaka adalah pahlawan nasional. Menurut mereka, gelar pahlawan bagi Tan Malaka adalah versi dari PKI. Padahal, gelar pahlawan nasional diberikan langsung oleh Presiden Soekarno pada 1963.

"Itu kan versinya PKI. Tan Malaka itu kan pahlawannya orang-orang PKI, Tan Malaka itu kan tokoh Marxis," kata Ketua Bagian Nahi Mungkar FPI Jawa Timur KH Dhofir di depan Gedung C20 Library, saat itu.

Namun, berbeda dengan ormas-ormas tersebut, ulama besar H Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal dengan nama Buya Hamka justru bangga dan salut pada Tan Malaka. Pandangan tokoh Muhammadiyah yang dikenal karena kesalehannya itu terhadap Tan Malaka diungkapkannya dalam kata pengantar di buku Tan Malaka; Islam dalam Tinjauan Madilog.

Berikut pernyataan Buya Hamka dalam kata pengantar di buku Tan Malaka; Islam dalam Tinjauan Madilog;

Memberi kata pengantar dari pada buku seorang pemimpin besar seperti Tan Malaka saya pandang adalah satukehormatan besar yang ditumpahkan pada diri saya.

"Islam dalam tinjauan Madilog” telah saya baca dengan seksama dan penuh minat. Yang mula-mula sekali menjadi perhatian saya ialah pengakuan terus terang dari pada Tan Malaka bahwa sumber Islam itulah yang terutama hidupdalam hati beliau.

Seorang yang dilahirkan dalam keluarga Islam yang taat, yang di waktu kecilnya telah dimasuki jiwa pergaulanIslam, tidaklah akan berubah. Dia boleh menjalani hidup, menerawang di bawah pengalaman, penderitaan, pergaulan dan pengetahuan sejauh-jauhnya, tetapi di hari tuanya dia akan kembali kepada kandang aslinya.

Kehidupan Tan Malaka yang dididik dalam Islam dari orang tua yang taat, samalah dengan kehidupan Mohammad Hatta. Soekarno-Hatta dan Tan Malaka adalah tiga pemimpin besar yang telah bersama-sama dan berlomba-lomba memasukkan modal sebesar-besarnya dalam agama Islam.

Maka meskipun berpuluh tahun bangsa Belanda mencoba memasukkan didikan materialisme dan individualism di tanah air kita pada waktu daulat penjajahannya, namun dengan sikap sekaligus dari ketiga pemimpin ini, yang menunjukkan dalam roh Islam itulah secara ideology, haruslah menjadi perhatian besar bagi pemimpin lain atau pencinta tanah air yang lain yang ingin berkhidmat bagi tanah air.

Adapun setelah membaca “Islam Dalam Tinjauan Madilog” , insyaflah saya bahwasanya di jaman modern ini untukmembela agama perlulah kita memperluas pengetahuan, di dalam ilmu-ilmu yang amat perlu diperhiatikan di jamanbaru. Sosiologi, Dialektika, Logika dan lain-lain sebagainya yang berkenaan dengan masyarakat modern tidaklah boleh diabaikan kalau betul kita ingin Iman-Islam itu menguasai masyarakat jaman sekarang.

Maka seringkali saya, jika sekiranya Soekarno, Hatta dan sekarang ini Tan Malaka dapat membanding, dapat ber-ijtihad, dan Ijtihad itu kadang-kadang salah dan kadang-kadang benar, bilamana agaknya kalangan agama sendiri, didikan agama sendiri, sebagai saya dan kawan-kawan saya, akan memperdalam pula pengetahuannya kepada masyarakat yang luas itu, sehingga dapat nilai tinggi harga agamanya, disamping kenaikan paham manusia.

Diawali Quran ada tersebut La Raiba- fihi (Quran itu tidak ragu-ragu). Maka bukanlah artinya karena dipermukaan Quran sudah bertemu kata-kata “tidak ragu”, lalu Quran diletakkan dan tidak dikaji lagi, melainkan haruslah dibaca terus dan dibaca pula kitab alam yang keliling, sehingga La Raiba-fihi bukanlah bertemu di pangkal kitab tetapi di ujung kitab sebagaimana ditemui oleh pemimpin-pemimpin besar kita ini.

Dahulu dalam Islam dipelajari filsafat. Ajaran Aristoteles mempengaruhi Ibnu Rusyid, ajaran Plato menarik hati Alfarabi dan Mantik (Logika) sampai jaman akhir masih dipelajari di surau. Tetapi paling akhir kita agak terengah sedikit.

Jika orang sempat mempelajari – sebagaimana Tan Malaka mulai mempelajari – akan tahulah orang bagaimana Nabi Muhammad telah memulai usaha hidup masyarakat yang damai adil dikala permulaan Beliau menyairkan Islam. Hidup yang lebih besar dari Sosialisme, hidup Sosialiseme yang Idealisme, hidup Sosialisme yang bertali ke langit telah Beliau mulai.

Tetapi kemudian setelah kerajaan Islam tumbuh bertukar dengan feodalisme Muawiyah dan keturunan Bani Abbas akan tahulah orang bahwasanya sebagian besar perbaikan dunia yang dikehendaki hari ini telah dimulai oleh Nabi dan kita yang datang kemudia diserukan supaya meneruskan itu.

Seseorang yang telah menaklukan seluruh Arabia dan telah mengalahkan suku-suku bangsa di tanah pasir, sedang di rumahnya sendiri tidak ada kekayaan selain dari pada sebuah bangku dan sebuah gariba tempat menaruh air wudhu; seorang yang pernah meletakkan batu di perutnya karena kelaparan, padahal umatnya membagi-bagi kekayaan yang didapatnya, adalah kedudukan lebih dari pada seorang Sosialis atau seorang Komunis. Ya itulah seorang Nabi.

Yang Beliau bawa adalah pokok ajaran seisi dunia boleh menafsirkan dan melanjutkan ajaran itu. Marx pun turut menafsirkannya.

Dunia sekarang menuju perubahan. Moga-moga janganlah hanya pertentangan buruh dan majikan, memberantas materialism dengan materialism; tetapi menuju perubahan baru dengan berjiwa ke-Tuhan-an.

Dalam buku ini Tan Malaka telah turut memberikan penerangan dan penjelasan pedoman bagi para pemuda dalam Negara kita yang masih muda.

Negara yang kita harapkan menimbulkan tesis baru dalam pergolakan dunia.

Demikianlah hendaknya!

HAMKA

(mdk/dan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional

Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional

Sosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional

Baca Selengkapnya
6 Orang Jadi Tersangka Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud, Ganjar: Oknumnya Tak Boleh Semena-Mena

6 Orang Jadi Tersangka Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud, Ganjar: Oknumnya Tak Boleh Semena-Mena

Ganjar Pranowo memuji gerak cepat Panglima TNI Agus Subiyanto dalam menangani kasus penganiayaan relawannya.

Baca Selengkapnya
Ganjar Siap Perjuangkan KH Syaikhuna Badruzzaman Jadi Pahlawan Nasional

Ganjar Siap Perjuangkan KH Syaikhuna Badruzzaman Jadi Pahlawan Nasional

KH Badruzzaman juga dikenal sebagai tokoh yang menyebarkan tarekat Al-Tijaniyah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kinerjanya Dikritik Megawati, Ini Tanggapan Bawaslu

Kinerjanya Dikritik Megawati, Ini Tanggapan Bawaslu

Bawaslu memastikan, mereka telah menjalankan apa yang menjadi tugasnya sebagai pengawas Pemilu.

Baca Selengkapnya
Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik

Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik

Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.

Baca Selengkapnya
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.

Baca Selengkapnya
Sosok Polisi Nabung di Toko Bangunan Demi Bangun Sekolah Bikin Jenderal Polisi Takjub

Sosok Polisi Nabung di Toko Bangunan Demi Bangun Sekolah Bikin Jenderal Polisi Takjub

Demi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.

Baca Selengkapnya
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Tabrakan dengan KA Lokal Bandung, Begini Sejarah Kereta Turangga Namanya dari Hewan Tunggangan Bangsawan

Tabrakan dengan KA Lokal Bandung, Begini Sejarah Kereta Turangga Namanya dari Hewan Tunggangan Bangsawan

Kereta api Turangga adalah salah satu kereta api yang memiliki sejarah panjang, nama kereta ini diambil dari kendaraan mitologi tunggangan para bangsawan Jawa.

Baca Selengkapnya