Diskriminasi Perempuan, Komnas Sebut Ada Pelecehan dengan Iming-Iming Jadi Karyawan
Merdeka.com - Komnas Perempuan menyebut, diskriminasi dan kekerasan terhadap pekerja perempuan ditemukan pada hampir semua sektor pekerja.
"Perburuhan, rumah tangga, pekerja migran, perempuan dengan disabilitas, jurnalis, pekerja kreatif. Tidak ada sektor yang sepenuhnya aman," kata anggota Komnas Perempuan, Rainy Hutabarat dalam acara peluncuran hasil kajian "Urgensi Ratifikasi KILO 190", di Jakarta, Selasa (22/11).
Dia mencontohkan diskriminasi terhadap perempuan calon pekerja saat rekrutmen, seperti standarisasi cantik atau layak untuk diterima oleh perusahaan.
"Ini dilakukan oleh HRD maupun sebagai suatu SOP penerimaan karyawan yang diberlakukan oleh perusahaan," ujarnya.
Diskriminasi terhadap perempuan berjilbab dan adanya kewajiban menggunakan rok mini. Tak hanya itu, ada juga pelecehan dengan iming-iming akan diterima sebagai karyawan.
Rainy menambahkan perempuan juga mengalami diskriminasi untuk mendapatkan upah layak karena adanya pemotongan upah atas cuti maternitas dan cuti haid.
"Ada lapisan-lapisan yang membuat perempuan jadi kehilangan upah layak. (Upah) dipotong karena maternitas, cuti haid," ungkapnya seperti dilansir dari Antara.
Menurutnya, diskriminasi ini terjadi karena tidak adanya perlindungan terhadap pemenuhan hak maternitas perempuan, seperti cuti hamil, cuti melahirkan, cuti menyusui, dan cuti haid.
Selain itu, untuk pekerjaan tertentu seperti buruh harian lepas, perempuan juga dianggap hanya bisa melakukan pekerjaan yang mudah sehingga perempuan dipekerjakan dengan upah yang rendah.
"Dipandang perempuan lebih cekatan, lebih rapi dan lebih mau (menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah)," terang Rainy.
Kemudian sistem sanitasi yang buruk dan ketiadaan air bersih di perusahaan juga memperburuk kondisi kesehatan buruh perempuan, khususnya pada kesehatan reproduksi.
"Misal menstruasi, sementara air bersih terbatas. Jam ke toilet dibatasi," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas Perempuan: Tidak Ada Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Kekerasan Seksual
Ini mempertimbangkan kerugian dan dampak negatif yang dialami korban dan tidak jarang bersifat permanen.
Baca SelengkapnyaCerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur
Fatin (23),warga Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat mengaku masih bersedih dan belum menerima kenyataan bahwa dirinya gagal berangkat kerja ke Dubai di 2024.
Baca Selengkapnya13 Saksi Diperiksa Ungkap Senjata Penembakan Relawan Prabowo-Gibran di Sampang
Kasus penembakan ini mulai menemui titik terang.. Diduga, pelaku penembakan satu orang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan
Musdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaKonvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial mulai Diadopsi pada 21 Desember 1965
Konvensi ini lahir sebagai tanggapan terhadap tantangan yang dihadapi oleh banyak negara yang berjuang untuk melawan diskriminasi rasial.
Baca SelengkapnyaSempat Diremehkan Calon Ibu Mertua Lantaran Dulunya Santri, Perempuan Ini Buktikan Diri Jadi Abdi Negara
Perempuan ini membagikan kisah pahit asmaranya di masa lalu yang diremehkan ibu dari kekasihnya.
Baca SelengkapnyaAnies Kritik UU Cipta Kerja: Jangan Sampai Masyarakat Dirugikan
Regulasi harus memberikan dampak kepada masyarakat setelah ditetapkan.
Baca SelengkapnyaPrabowo: Kita Ingin Beri Tempat Perempuan, Tapi Suaminya Tak Izinkan Kampanye
Rintangan yang masih kerap ia temui yaitu suami atau orang tua yang tidak mengizinkan perempuan itu untuk melangkah lebih jauh
Baca SelengkapnyaPerempuan Muda Muhammadiyah Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran
Deklarator Kaukus Perempuan Matahari, Sani Nurohmah mengatakan, mengungkap alasan memilih Prabowo-Gibran.
Baca Selengkapnya