Diana ceritakan suasana menegangkan saat rumah digembok PT Jiwasraya

Merdeka.com - Diana tak pernah menyangka pada Rabu 6 Januari lalu menjadi hari kelabu untuk dirinya dan keluarga. Bangunan tua berarsitektur khas Belanda di Jalan Taman Kebon Sirih 3 Nomor 9 yang dihuninya selama ini digembok paksa oleh sekelompok orang yang disaksikan polisi dan TNI.

Saat itu, kata dia, lebih kurang seratusan orang datang dengan berteriak dan masuk ke dalam rumahnya. Selain memasang gembok beralarm, di halaman rumah itu juga dipasang papan besar bertuliskan 'Tanah Milik PT Asuransi Jiwasraya'. Sebelumnya juga ada papan bertuliskan 'Bangunan ini dalam perkara'.

"Waktu itu saya mau siap-siap ke kantor. Anak-anak juga mau berangkat sekolah, tiba-tiba banyak polisi, TNI sama orang pakai kaos hitam datang. Saya ketakutan langsung masuk ke dalam," ujar Diana, dari dalam rumahnya yang berjarak 5 meter dari gerbang utama, kepada merdeka.com, Senin (11/1).

Dengan suara agak berteriak, dia menegaskan terkait penggembokan ini masih diproses di kepolisian. "Pengacara saya masih memproses di Polda, karena kemarin libur jadi hari ini (11/1) diteruskan lagi, supaya saya bisa keluar masuk secara wajar dan tanpa ancaman," tambahnya.

Rumah digembok ©2016 Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin

Di dalam rumah yang terkunci itu terdapat lima orang yakni pak Azhari (83), Diana (47), Ruth ( 5), Abigael (6) dan pembantu separuh baya. Akibat penyegelan ini kedua anaknya pun tak bisa bersekolah. Ayahnya yang tak pernah melewatkan salat di masjid pun tidak bisa keluar. Ayahnya dikenal ramah dan mudah bergaul oleh para tetangga. Begitu juga dengan aktivitas Diana yang terganggu.

"Saya ini sedang mengajukan pengunduran diri dari kantor karena sudah terpecah dengan keadaan rumah, kerja jadi terbengkalai," jelasnya wanita berkacamata ini.

Halaman rumah sepeninggalan kakeknya itupun tak terurus. Terlihat kursi dan ember terguling di bagian tengahnya. Mobil sedan biru dan sebuah sepeda motor hanya bisa terparkir di dalam pagar.

Ditemui terpisah, Nana Suhan (27), ketua RT 09 tak tega melihat apa yang dialami warganya. "Saya kasih makanan ke Bu Diana pakai galah ini, atas dasar kemanusiaan saja, masa tetangga kesusahan kita enggak bantu. Kan dia (Diana) enggak bisa keluar," ujar Nana dengan nada pelan.

Lewat rumah belakang seorang warga, Nana memberikan makanan dengan bantuan sebuah gala berukuran tiga meter. Dari bangunan tingkat dua itu ia menyodorkan makanan yang telah dibungkus dengan plastik lalu diikatkan dengan tali rapia di ujung gala.

"Nah, pake ini nanti Bu Diana ambil naik tangga ujung rumahnya," sambil tangannya memegang gala dan menyodorkannya ke tepian rumah Diana.

Tidak hanya sayur matang, minyak dan bumbu dapur seperti cabai dan bawang juga dikirimkan ke rumah Diana. Kadang juga obat-obatan seperti obat darah tinggi dan vertigo yang dipesan untuk ayah Diana.

Dia yakin, kondisi ini membuat Diana stres. Diana tak punya teman menceritakan masalahnya.

"Sama saya dia cerita 'kalau dibilang stres ya iya juga tapi saya enggak mau cerita sama yang lain apalagi anak-anak. Kasihan mereka," ungkap Nana mengulang keluhan Dian.

Warga lainnya yang tak mau disebutkan namanya juga menceritakan bagaimana Diana berusaha tegar dan meminta warga tak usah membantu agar tak terlibat.

"Jangan dekat-dekat pagar! Biar saya saja yang rasain hal ini. Kalian enggak usah, nanti malah bisa kena hukuman juga. Saya kasihan sama Bu Diana, setelah ia bicara lalu nangis," ungkap warga tersebut.