Merdeka.com - Ketua Pokja Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Siti Elkana Nauli mengatakan, sangat penting untuk mengidentifikasi pasien gagal jantung sedini mungkin. Hal ini dilakukan demi menurunkan tingkat rawat inap dan memperbesar angka kelangsungan hidup.
"Di sinilah titik tolaknya semakin dini diketahui, kita turunkan angka rawat inap berulangnya dengan harapan bahwa survival-nya akan semakin baik," kata dr Nauli dalam diskusi yang mengambil tema ‘Kenapa kita harus peduli gagal jantung?’ dikutip dari Antara, Sabtu (28/5).
Dalam diskusi tersebut, dia menjelaskan, sekitar 64 juta pasien dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi.
Di Indonesia, penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta.
Selain itu, angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi dan dapat menurunkan tingkat bertahan hidup. Dengan semakin sering pasien dirawat inap, angka kelangsungan hidup pasien menjadi semakin rendah.
Data InaHF National Registry 2018 memperlihatkan, sebanyak 17 persen pasien gagal jantung di Indonesia akan mengalami rawat inap berulang.
Selain itu, 17,2 persen pasien gagal jantung meninggal pada saat rawat inap dan 11,3 persen pasien gagal jantung akan meninggal dalam satu tahun pengobatan.
Deteksi dini itu penting, mengingat lebih dari 60 persen pasien gagal jantung di Indonesia berusia di bawah 50 tahun, masih masuk dalam usia produktif dan banyak yang menjadi pencari nafkah keluarga.
Advertisement
Penyakit gagal jantung juga hampir sama ganasnya dengan beberapa kanker umum yang didiagnosis pada pria dan wanita.
Pada pria, angka bertahan hidup karena gagal jantung memiliki tingkat lebih rendah dibandingkan kanker prostat atau kanker kandung kemih.
Sementara pada wanita lebih rendah dibandingkan penderita kanker payudara atau kanker usus.
Komorbid menjadi faktor utama yang mempersulit pengobatan gagal jantung. Karenanya penderita gagal jantung dengan komorbid membutuhkan tim multidisplin untuk menangani penyakit ini secara holistik.
Kondisi itu adalah alasan kenapa penanganan gagal jantung harus cepat dilakukan, dengan harapan pasien tidak sampai mengalami komorbiditas yang dapat menyebabkan terbatasnya pilihan pengobatan dan memperberat gagal jantung.
"Ada dua faktor yang harus kita ingat, faktor yang mengobati adalah dia harus melakukan treatment lebih awal dan harus komprehensif," tuturnya.
Faktor kedua dari yang diobati, mengingat masih belum besar kesadaran akan pentingnya perawatan dengan banyak pasien yang tidak melakukan kontrol ke rumah sakit setelah merasa lebih baik karena gagal jantung masih dianggap tidak memiliki tingkat kematian yang besar.
"Di sinilah kita mengharapkan bukan hanya pasien yang diobati yang kita komunikasikan, tapi juga keluarganya, kerabatnya atau caregiver, memberikan motivasi supaya pasien tetap mau berobat. Sekali lagi, penyakit ini bisa dikontrol," ujarnya.
Advertisement
Raih Merdeka Award 2022, Gubernur Kepri Terpicu Lahirkan Inovasi Kedaulatan Maritim
Sekitar 7 Menit yang laluAnalisis Pakar, Pertama Kali Danpaspampres Perwira Tinggi AU
Sekitar 11 Menit yang laluRaih Merdeka Award 2022, Modernisasi Teknologi Informasi Jadi Ikon MA
Sekitar 22 Menit yang laluDieksekusi Tengah Malam, Ini Rencana Jahat Irjen Napoleon Lumuri M Kece pakai Kotoran
Sekitar 25 Menit yang laluMassa Geruduk Kantor Gubernur Sumut: Cabut Izin Holywings
Sekitar 27 Menit yang laluWapres Ma'ruf Minta Pemuda Maksimalkan Wadah Y20 untuk Bangun Negeri
Sekitar 28 Menit yang laluAntisipasi Longsor, Banyuwangi Tanam 7.600 Pohon di Jalur Ijen
Sekitar 32 Menit yang laluDebat soal Hadits, M Kece Sempat Ditepuk Eks Panglima Laskar FPI di Rutan Bareskrim
Sekitar 35 Menit yang laluKominfo Harap Merdeka Award 2022 Menginspirasi Generasi Muda Manfaatkan Teknologi
Sekitar 37 Menit yang laluKemenag Targetkan Kuota Haji Reguler Terserap 100 Persen
Sekitar 37 Menit yang laluJenazah Prajurit TNI Prada Beryl di Pegunungan Bintang Dievakuasi ke Jayapura
Sekitar 38 Menit yang laluKorban Penembakan Orang Tak Dikenal di Sidoarjo Meninggal Dunia
Sekitar 42 Menit yang laluCerita Reshuffle Kabinet Jokowi
Sekitar 1 Minggu yang laluSosok John Wempi Wetipo, Kader PDIP Miliki Rp65 M Dipuji Megawati Karena Disiplin
Sekitar 1 Minggu yang laluLuhut Bongkar Rahasia, Kisah di Balik Jokowi Sering Merotasinya Sebagai Menteri
Sekitar 1 Minggu yang laluMomen Jokowi Lupa Sapa Zulkifli Hasan dan Hadi Tjahjanto di Sidang Kabinet Paripurna
Sekitar 1 Minggu yang laluCerita Reshuffle Kabinet Jokowi
Sekitar 1 Minggu yang laluPresiden Ukraina Puji Jokowi: Kewenangan Anda di Dunia Internasional Sangat Tinggi
Sekitar 2 Jam yang laluMoeldoko Ungkap Alasan Jokowi Upayakan Perdamaian Ukraina-Rusia saat Negara Lain Diam
Sekitar 4 Jam yang laluBertemu Jokowi di Kiev, Presiden Ukraina Merasa Didukung Rakyat Indonesia
Sekitar 5 Jam yang laluJokowi Ingatkan Pentingnya Keamanan Ekspor Pangan Ukraina
Sekitar 6 Jam yang lalu52 Persen Kasus Covid-19 di AS karena Varian Omicron BA.4 dan BA.5
Sekitar 1 Jam yang laluCovid Kembali Melonjak, Prancis Minta Warga Pakai Masker di Luar Ruangan
Sekitar 5 Jam yang laluEmpat Obat Dapat Izin untuk Terapi Covid-19, Publik Bisa Cek Informasi di Halo BPOM
Sekitar 6 Jam yang laluMenghapus Subsidi BBM yang Tinggal Janji
Sekitar 8 Jam yang laluHarga BBM Shell Kembali Naik, Bagaimana dengan Pertamina?
Sekitar 3 Minggu yang laluPresiden Ukraina Puji Jokowi: Kewenangan Anda di Dunia Internasional Sangat Tinggi
Sekitar 2 Jam yang laluAS akan Tambah Pasukan Darat, Laut, dan Udara di Eropa, Ini Jumlahnya
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami