Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Profesor Unej 'Terjebak' di Nigeria Karena Lockdown

Cerita Profesor Unej 'Terjebak' di Nigeria Karena Lockdown Pakar pangan Unej tertahan di Afrika. ©Istimewa

Merdeka.com - Prof. Dr. Achmad Subagio ‘terjebak’ di Kota Benin, Nigeria. Hampir dua bulan, pakar teknologi pangan dari Universitas Jember (Unej) ini tak bisa pulang karena pandemi Corona.

Nigeria melakukan lockdown di sejumlah kota besar. Guna menahan laju penyebaran virus Covid-19 yang telah membunuh ratusan ribu orang di dunia.

Pria yang dikenal dunia sains internasional karena temuan olahan tepung Mocaf (berbahan singkong) itu, terpaksa bertahan di kota Benin, kota yang terletak kurang lebih 200 mil di timur kota Lagos, bekas ibukota Nigeria sebelum pindah ke ibukota baru, Abuja.

"Saya awalnya berangkat ke Nigeria pada 15 Maret 2020 lalu diundang untuk memberikan konsultasi terkait teknologi pangan sesuai kepakaran saya," ujar Bagio, sapaan akrabnya.

Saat hendak pulang, kota-kota besar di Nigeria berlakukan lockdown sejak 21 Maret 2020. Penerbangan internasional pun terhenti sehingga ia akhirnya tertahan di Nigeria.

"Perusahaan yang mengundang saya sebenarnya sudah melakukan upaya pemulangan saya ke Indonesia. Tapi tak ada maskapai penerbangan yang melayani penerbangan dari Nigeria ke negara lain hingga kini. Ada upaya patungan mencarter pesawat secara bersama-sama, agar para ekspatriat di Nigeria bisa pulang ke negaranya masing-masing," lanjut Bagio.

Namun upaya itu batal karena tidak semua ekspatriat bisa membeli tiket mengingat harganya melambung tinggi.

"Kalau dihitung satu orang dikenai harga 80 juta rupiah. Tiket ini jadi mahal karena satu pesawat hanya boleh diisi separuh dari kapasitas kursi yang ada. Semoga ada kepastian kepulangan agar bisa berlebaran di tanah air,” papar Bagio saat berdialog sebelum acara webinar bertema Kronik Pandemi Covid-19 di Berbagai Benua dimulai.

Webinar digelar atas kerjasama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) bersama keluarga Alumni Universitas Jember (Kauje), Selasa malam lalu (5/5).

Peraih doktor dari Universitas Osaka Jepang ini mengaku sudah amat rindu keluarga, apalagi di suasana Ramadan seperti saat ini, ditambah kondisi di Benin yang kurang kondusif. Benin adalah kota penghasil produk pertanian di Nigeria dengan hamparan kebun dan lahan pertanian yang luas.

Kondisi ini menarik suku nomaden penggembala ternak, khususnya sapi, untuk menggembalakan ternaknya di wilayah Benin. Suku ini adalah suku Fulani, mereka tak mengenal batas wilayah negara dalam menggembalakan ternaknya. Karena itu sering terjadi bentrok dengan warga lokal karena ternaknya masuk ke kebun atau lahan pertanian, bahkan bentrokan tadi sampai mengakibatkan korban jiwa.

"Sekitar dua minggu yang lalu ada sapi yang dibunuh oleh penduduk lokal gara-gara masuk ke lahan pertaniannya. Suku Fulani pun tak terima, maka bentrok terjadi. Polisi pun turun tangan hingga mengambil langkah tegas, dua orang dari suku Fulani ditembak hingga jatuh korban jiwa," ujar Bagio.

Sapi bagi suku Fulani tidak hanya sekadar ternak, tapi sudah jadi kebanggaan dan harga diri. Mereka tak terima sapinya dibunuh hingga menyerang penduduk lokal.Akhirnya bentrok antara suku Fulani dengan penduduk lokal dan polisi setempat pun tak terhindarkan.

"Makanya, setiap kali saya ke kebun selalu dikawal oleh polisi Nigeria, yah seperti Brimob lah jika di Indonesia," lanjut Bagio kepada rekan sesama anggota Kauje via daring.

Kekhawatiran lain yang dialami Bagio akan pandemi Covid-19 yang kini korbannya menunjukkan trend meningkat di negara-negara Afrika, termasuk Nigeria. Kondisi ini disebabkan minimnya pengetahuan warga akan pencegahan Covid-19, masih rendahnya kesadaran dalam menerapkan gaya hidup bersih, fasilitas kesehatan yang terbatas, sanitasi yang buruk dan faktor lainnya.

"Alhamdulillah, perusahaan menyediakan compound atau lokasi penginapan yang baik dan menerapkan protokol kesehatan sesuai standar internasional, bahkan dijaga ketat oleh personel keamanan dan polisi Nigeria sehingga tidak sembarang orang boleh lalu lalang keluar masuk compound," imbuh Bagio.

Menanggapi cerita Prof. Bagio ini, Rektor Universitas Jember yang turut serta dalam kegiatan webinar berharap agar upaya perusahaan mencarter pesawat segera membuahkan hasil, atau ada maskapai penerbangan yang membuka layanan lagi seusai masa lockdown.Sehingga Prof. Bagio segera pulang ke Indonesia, dan bisa berlebaran di Jember.

"Biasanya saya sering bertegur sapa dengan Prof. Bagio karena kami satu fakultas, kini sementara hanya bisa bertemu via daring. Semoga Prof. Bagio selalu diberi kesehatan dan segera bisa pulang ke Indonesia," ungkap Iwan Taruna, Rektor Universitas Jember yang juga dosen di Fakultas Teknologi Pertanian ini.

(mdk/rnd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Aneh, Tubuh Katak Ini Tumbuh Tunas Jamur Sampai Ilmuwan Dibuat Bingung

Aneh, Tubuh Katak Ini Tumbuh Tunas Jamur Sampai Ilmuwan Dibuat Bingung

Para peneliti di India baru-baru ini menemukan seekor katak hidup dengan jamur kecil tumbuh di sisi tubuhnya. Yuk, simak penjelasannya!

Baca Selengkapnya
Kapan Pesawat Terbang Masuk Bengkel? Ini Jawabannya

Kapan Pesawat Terbang Masuk Bengkel? Ini Jawabannya

Dalam operasional, ternyata pesawat udara membutuhkan perawatan dan perbaikan berkala dan rutin guna menjaga kelaikannya terbang.

Baca Selengkapnya
Jelang Lebaran, Penerbangan dari Jakarta dan Surabaya Menuju Banyuwangi Ditambah

Jelang Lebaran, Penerbangan dari Jakarta dan Surabaya Menuju Banyuwangi Ditambah

Memasuki arus mudik Lebaran sejumlah maskapai penerbangan menambah frekuensi penerbangannya ke Banyuwangi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Maskapai Diimbau Waspada Usai Penembakan Pesawat di Dekai

Maskapai Diimbau Waspada Usai Penembakan Pesawat di Dekai

Akibat penembakan tersebut, satu orang penumpang yang mengalami luka ringan.

Baca Selengkapnya
Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga

Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga

Mbak Ita membawa sejumlah logistik bantuan berupa air bersih, sembako, selimut yang akan dibagikan kepada warga terdampak.

Baca Selengkapnya
Jangan Sampai Salah Hitung, Ini Biaya Perlu Diperhitungkan saat Mudik dengan Kendaraan Pribadi

Jangan Sampai Salah Hitung, Ini Biaya Perlu Diperhitungkan saat Mudik dengan Kendaraan Pribadi

Kendaraan pribadi cukup banyak memakan biaya baik sebelum maupun saat melakukan perjalanan mudik Lebaran.

Baca Selengkapnya
Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.

Baca Selengkapnya
Cerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur

Cerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur

Fatin (23),warga Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat mengaku masih bersedih dan belum menerima kenyataan bahwa dirinya gagal berangkat kerja ke Dubai di 2024.

Baca Selengkapnya
Mengurungkan Niat Berangkat Ke Jepang Untuk Bekerja, Pemuda Ini Memilih Berternak Entok 'Alhamdulillah Sudah Punya Mobil dan Menikah'

Mengurungkan Niat Berangkat Ke Jepang Untuk Bekerja, Pemuda Ini Memilih Berternak Entok 'Alhamdulillah Sudah Punya Mobil dan Menikah'

Berbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.

Baca Selengkapnya