Merdeka.com - Gema takbir bersahut-sahutan menyambut Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriyah. Saat itu sejumlah pemudik masih berada di Kapal Motor (KM) Sinabung milik PT Pelni.

Sebelum naik ke kapal, salah seorang calon penumpang KM Sinabung, Nungki Lutfiana terlihat gelisah di Posko Mudik Lebaran Pelabuhan Makassar. Harapannya untuk bisa mudik bertemu orang tua dan anaknya di Desa Kedungsari, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur hampir saja gagal, karena tertipu calo tiket PT Pelni.

Dengan Mata sembab di Posko Mudik, Nungki menjelaskan kepada personel Polisi Air dan Udara (Polairud) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan (Sulsel) bahwa tiket elektronik miliknya tidak bisa ditukarkan di mesin pencetak tiket. Hal itu karena calo tiket sudah lebih dulu mencetak tiket di mesin pencetak tiket PT Pelni.

"Tiketku sudah dicetak sama calo. Petugas mesin cetak kasih tahu tadi," ujar Nungki kepada personel Polairud Polda Sulsel.

Nungki menjelaskan bahwa awalnya dirinya berinteraksi dengan calo bernama Asri untuk membeli tiket. Saat itu, calo bernama Asri menawarkan tiket ekonomi KM Sinabung seharga Rp560 ribu. Padahal harga normal tiket kelas ekonomi kapal PT Pelni hanya Rp282 ribu.

"Saya waktu itu tidak tahu kalau harga tiket kapal Pelni harganya cuma Rp282 ribu. Dan saya kasih Rp310 ribu untuk tanda jadi," tuturnya.

Pegawai Adira cabang Pettarani Makassar ini menjelaskan dirinya dan calo bersama Asri mempunyai perjanjian beli tiket dengan sistem dua kali bayar. Uang sebesar Rp310 ribu sudah dirinya serahkan kepada Asri. Pembayaran tahap kedua dilakukan saat penukaran tiket di mesin cetak milik PT Pelni.

"Saya baru tahu kalau harga tiket ekonomi sebenarnya cuma Rp282 ribu setelah saya cek di website PT Pelni. Makanya saya tidak kasih uang Rp280 ribu untuk pembayaran kedua," bebernya.

Di saat harapannya untuk mudik ke Lamongan, Jawa Timur, terancam pupus, akhirnya seorang personel polisi membantunya untuk bertemu dengan calo yang memegang tiket miliknya.

Setelah pembicaraan alot, akhirnya dirinya menyetujui untuk menambah biaya Rp100 ribu. Akhirnya harapannya untuk berlebaran bersama orang tua dan anaknya di Kabupaten Lamongan bisa terwujud.

Mudik menggunakan kapal laut merupakan pengalaman pertama Nungki. Karena itu, dirinya tidak mengetahui harga tiket PT Pelni sebenarnya.

"Ini pertama kali mudik pakai kapal laut. Sebelumnya, selalu pesawat. Tapi tahun ini harga tiket pesawat terlalu mahal," kata dia.

Meski tiket telah dipegang, rasa getir dirasakan Nungki bersama ribuan penumpang KM Sinabung lainnya belum berakhir. Alasannya, KM Sinabung yang diperkirakan tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Sabtu (22/4) pukul 04.00 WIB, harus molor hingga pukul 11.00 WIB.

Berdasarkan informasi, keterlambatan terjadi akibat salah satu mesin KM Sinabung mengalami kerusakan. Sejak diberangkatkan dari Pelabuhan Manokwari, Papua Barat, KM Sinabung hanya menggunakan satu mesin, sehingga kecepatannya saat berlayar berkurang.

Alhasil, ribuan penumpang KM Sinabung harus merasakan salat Id di tengah laut. Di Musala Al Ridho KM Sinabung, gema takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang.

Ratusan penumpang memadati Musala Al Ridho yang berada di dek 7 Buritan bagian belakang KM Sinabung. Meski berada di perairan Masalembo, takbiran di Musala Al Ridho KM Sinabung berjalan Khusyuk dan khidmat.

Salat Id pun diimami Muallim I KM Sinabung. Bertindak sebagai khatib Ustaz Iskandar.

Dalam ceramahnya, Ustaz Iskandar menyampaikan kondisi fitri umat muslim usai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Dia mengingatkan kepada penumpang KM Sinabung untuk segera membayarkan zakat fitrah.

"Zakat fitrah itu sangat penting dan wajib. Zakat Fitrah dari kata Fitra yang artinya membersihkan harta yang kita miliki. Untuk membersihkan jiwa kita, hati kita dari sifat tercela, seperti sombong, iri hati, tamak, dan kikir. Itulah fungsi dari zakat fitrah," tuturnya.

Seusai melaksanakan ibadah salat Id, Anak Buah Kapal (ABK) menggelar halalbihalal bersama seluruh penumpang di Musala Al Ridho. Di saat itu, para penumpang dan ABK KM Sinabung saling bermaaf-maafan.

Tepat pada pukul 11.03 WIB, KM Sinabung akhirnya berlabuh di Gapura Surya Nusantara Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Ribuan penumpang pun turun dengan tertib, meski berdesak-desakan.

KM Sinabung merupakan kapal terakhir yang mengarah ke Pulau Jawa dari pemberangkatan awal Manokwari, Provinsi Papua Barat.