Cerita Keluarga Korban Jatuhnya Sriwijaya Air: Kabar itu Datang dari Ujung Telepon
Merdeka.com - Fadly Satrianto, sesungguhnya adalah kopilot Nam Air, anak perusahaan dari Sriwijaya Air. Dia ditugaskan menjadi ekstra crew dalam pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1).
Ayah korban, Sumarzen Marzuki mendapatkan kabar soal anaknya dari pimpinan Nam Air. Semalam, melalui sambungan telepon.
"Tadi malam direktur operasi Nam Air langsung menelpon kami dan meminta maaf karena Fadly ini bersama satu tim yang berisi 6 orang ditugasi ke Pontianak untuk membawa pesawat dari Pontianak ke tujuan lain," ujar Marzuki kepada awak media, Minggu (10/1).
Fadly sudah menjadi kopilot selama 3 tahun. Sang ayah menceritakan, anak ketiganya itu ditugasi oleh perusahaan untuk terbang ke Pontianak. Lalu membawa pesawat ke tempat lain.
"Tapi berhubung pada waktu yang ditentukan, dia menumpang atau naik pada pesawat tersebut (SJ 182), nah status dia di sana sebagai ekstra crew istilahnya. Jadi perusahaan yang menugasi dia ke Pontianak untuk membawa pesawat dari Pontianak ke tempat lain," katanya.
Marzuki dan keluarga sempat melakukan kontak dengan Fadly via telepon seluler sebelum keberangkatannya ke Pontianak. Fadly selalu memberi kabar saat hendak terbang.
"Terakhir kontak saya sekitar jam 7 jam 8 (Sabtu) pagi kemarin (9/1), dia menyampaikan ke mamanya setiap terbang kemana atau pergi kemana selalu menginformasikan," ujarnya.
Meski sedih, Marzuki mengaku mengikhlaskan segala kemungkinan yang bakal terjadi. Namun demikian, dia tetap berharap sang anak bersama dengan para penumpang lainnya dapat segera ditemukan.
Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Sabtu (9/1) siang sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Dalam pesawat, terdapat 62 orang yang terdiri dari tujuh anak-anak, tiga bayi, 12 kru, dan 40 penumpang dewasa.
Pesawat SJ 182 sempat keluar jalur, menuju arah barat laut pada pukul 14.40. Lalu, pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot terkait arah terbang pesawat. Tapi, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak tahan dengan perlakuan suaminya, korban melayangkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Prabumulih.
Baca SelengkapnyaPembunuhan terhadap Iwan Sutrisman Telaumbanua (21) memberi luka mendalam kepada keluarga korban.
Baca SelengkapnyaBikin terharu, momen seorang ayah naik pesawat dengan pilot anaknya sendiri. Berikut informasinya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.
Baca SelengkapnyaPelaku MS tak terima anaknya ditusuk korban gara-gara membawa cucu bertandang ke rumah korban.
Baca SelengkapnyaSimak kisah seorang kolonel TNI yang berhasil jadi perwira meski sang ayah hanya berpangkat kopral.
Baca SelengkapnyaSaat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.
Baca SelengkapnyaKisah haru perjalanan istri Kolonel TNI Arm Joko Setiyo dalam mendampingi sangsuami mengarungi bahtera rumah tangga,
Baca SelengkapnyaMayat Kaki dan Tangannya Terikat Ternyata Siswa SMP
Baca Selengkapnya